✨💫✨
Tiga hari sudah berlalu, Wilza dan Narine terlihat lebih dekat sekarang. Walaupun Wilza masih sering gugup dan menunduk karena malu pada gadis itu.
Saat ini, Wilza berada di ruangan band, kelasnya sedang tidak ada guru jadi Jam Kosong. Daripada ia melamun di dalam kelas, lebih baik ia duduk sembari bermain gitar di ruang Band ini.
Wilza tersenyum ketika melihat Narine berjalan melewati ruangan Band, gadis itu terlihat sedikit kesusahan saat membawa tumpukan buku yang lumayan tebal. Wilza pun memutuskan keluar untuk membantu gadis itu, namun setelah membuka pintu....
Wilza melihat Narine sudah dibantu oleh seorang pemuda, bahkan keduanya mengobrol dan saling melempar candaan.Wilza menatap punggung Narine yang berbelok ke arah tangga untuk menuju lantai 2.
✨💫✨
Jam istirahat ini, Wilza pergi ke kantin. Ia sudah menenangkan dirinya sendiri agar tidak termakan api cemburu setelah melihat Narine bersama seseorang. Ia mensugesti dirinya sendiri dengan pikiran dan dugaan-dugaan positif.
Namun, persepsi dan dugaannya itu dipatahkan saat ini juga. Narine terlihat duduk berdua dengan pemuda yang ia lihat tadi. Gadis itu makan kentang goreng sembari mendengarkan cerita pemuda itu. Wilza merasakan hatinya pedih, dan panas luar biasa.
Wilza membuang nafas berat lalu berjalan melewati keduanya. Ia pura-pura tidak melihat Narine dan berjalan tanpa memperdulikan Narine dan pemuda itu.
"Wil, sini" Luna memanggil dengan melambaikan tangannya, membuat Narine juga menoleh dan menatap Wilza
Wilza berjalan kearah Luna dan teman-teman nya yang lain. "Kemana aja Lo?" Tanya Giura
"Di ruang band, latihan" ujar Wilza dengan dingin.
Narine bisa mendengar gadis itu, mejanya dan meja teman-teman kakaknya itu sangat dekat. Lebih tepatnya meja teman-teman Wilza berada di belakangnya.
"Tangan Lo berdarah?" Tanya Raina khawatir, ia menarik lengan kiri Wilza.
3 jari gadis itu luka dan berdarah, karena Wilza menggenggam jarinya itu, membuat telapak tangannya juga terkena darah.
"Biasa latihan" ujar Wilza
Mendengar Raina bertanya tentang kondisi tangan atau jari gadis itu, Narine juga menoleh dan membelalakkan matanya. Dan, bisa-bisa nya Wilza sangat santai berkata bahwa itu biasa karena latihan.
"Di cuci dulu Wil, nanti infeksi" ucap Lia lalu Wilza mengangguk
"Ntar aja, lagian nggak terlalu sakit" ujar Wilza.
"Kak, jangan bandel deh, itu darahnya udah keluar banyak" ucap Yaya menambah kan. Ia sangat ngeri melihat darah di jari Wilza sudah menetes.
"Gue bakal—"
Wilza ditarik oleh Narine sebelum ia menyelesaikan perkataannya. Narine membawanya ke UKS, dan mengambil beberapa obat merah dan kapas serta plester.
Narine menarik lengan Wilza ke wastafel dan membersihkan darahnya. Setelah itu menyuruh Wilza untuk duduk di tepi ranjang UKS dengan tatapan tajam.
Wilza pun menurut, adik kelasnya itu sangat seram jika menatap seperti itu, sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love (Kimzhuo)
Short StoryWilza memiliki banyak ketertarikan terhadap adik dari temannya Giura yang bernama Narine