P R O L O G

137 9 6
                                    

Hallo guys, ini adalah prolog dari spin-off Jingga. Aku harap kalian mau mengawal cerita ini sampai ending, bantu aku dengan cara vote dan komen untuk melancarkan proses penulisan.

Jangan lupa Vote dan Komen di setiap paragraf untuk lanjut ke chapter berikutnya!!

||Happy Reading||








Singapura

Di sebuah taman yang indah, terdapat banyak orang yang sedang duduk bersantai dan berlalu lalang menikmati keindahan sore hari yang begitu sejuk.

Sore hari ini adalah hal yang paling di nantikan oleh Alea, Alea sangat senang karena hari ini ia di ajak berjalan-jalan oleh ayahnya.

Alea Tahira Maharashtra, gadis kecil yang sangat disayangi oleh Jingga dan juga Thira. Alea adalah janin yang beberapa tahun lalu di kandung oleh Thira di masa SMA-nya.

Mereka tidak pergi bertiga, melainkan disini juga ada Herlin yang ikut bersama mereka. Gadis itu duduk di atas kursi roda menikmati pemandangan taman yang sangat indah dengan banyaknya bunga-bunga yang tumbuh di sekitaran tempat itu.

Bukan hanya bunga, di taman ini juga ada sebuah kolam ikan. Dan tepatnya mereka memang sedang berada di tepian kolam ikan. "Papa, lea haus." rengek Alea pada ayahnya.

Jingga menunduk mensejajarkan tingginya dengan tinggi Alea "Kamu haus? yaudah diem di sini ya, papa beliin minum dulu."

"Iya, trimakasih papa!" ujar Alea sangat senang, Jingga mengangguk kemudian berjalan menjauh untuk mencari penjual air minum.

"Mama! mama!"

Thira tersenyum kala putrinya menggenggam jari-jemarinya dengan senyum mengembang "Ada apa sayang?"

"Fotoin Alea dong! Alea mau foto sama kolamnya." pinta Alea dengan wajah memelas agar ibunya itu mau menuruti permintaannya.

Thira yang melihat putrinya memelas seperti itu membuatnya menganggukkan kepala, "Yaudah kamu berdiri di sana tapi jangan terlalu deket ya sama kolamnya, mama fotoin dari  sini." ujar Thira sebari beranjak mundur beberapa langkah.

Alea berlari kecil kearah kolam untuk bersiap di posisi mana ia ingin berfoto, namun baru saja ia hendak berdiri tegak di posisi yang di ambilnya tiba-tiba kaki kecilnya terpeleset air kolam yang terciprat ketepian.

Byur!

Alea tercemplung ke dalam kolam berisi beberapa ikan itu, Thira tentu terkejut begitu juga dengan Herlin yang langsung berlari ikut menceburkan diri ke dalam kolam untuk menolong Alea.

"ALEA!?" pekik Jingga yang berlari dari kejauhan, kini banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.

"Herlin.." gumam Jingga dan Thira tercengang kala melihat Herlin berenang ke tepian kolam sebari menggendong Alea yang tak sadarkan diri.

Mereka terdiam, fikiran mereka seolah terkoneksi satu sama lain sehingga kini mereka saling tatap menatap satu sama lain. Apa ini artinya Herlin tidak lumpuh?

Herlin bisa berjalan, ah bukan hanya itu bahkan berlari dan juga berenang?

Dan setelah kejadian itulah mereka tahu bahwa Herlin sebenarnya tidak mengalami kelumpuhan permanen seperti apa yang dijelaskan dokter beberapa bulan yang lalu.

Padahal mereka sudah sangat percaya dengan dokter yang ada di rumah sakit terbesar di Singapura.

Setelah pulang dari taman mereka menanyakan semuanya pada Herlin, dan gadis itu mengakui semuanya. Semua kebohongannya terbongkar, Herlin tidak mengalami pembengkakan otak. Ia baik-baik saja.

Bahkan Herlin mengingat semuanya, ia tidak mengalami hilang ingatan.

Itu semua hanya kebohongan agar ia bisa pergi jauh dari jangkauan Varen–ayahnya.






[Typo bertebaran]

Segini dulu ya guys, kita lanjut ke chapter pertama!

Jangan lupa Vote dan banjiri Kolom komentar untuk lanjut ke chapter selanjutnya!! RAMEIN CHAPTER KALI INI BIAR CEPET UPDATE!!

REVISI SETELAH END.

NEXT🤬‼️

Jingga's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang