Hallo guys aku update! jangan lupa vote dan banjiri komen biar aku makin semangat buat nulis!!
typo bertebaran
revisi setelah end.
||Happy Reading||
Thira berjalan perlahan menuju kamar dengan segelas minuman yang ia bawa untuk suaminya yang, keadaan rumah sangat sepi karena mereka hanya berdua di rumah. Luna dan juga Dikta sedang pergi bersama Alea, mereka mengajak Alea berjalan-jalan ke taman bermain.
"Kenapa melamum?" tanya Thira pada Jingga karena laki-laki itu terdiam duduk di tepi ranjang dengan wajah yang suram.
Thira duduk di samping Jingga yang masih merenung "Kalau ada masalah kamu bisa cerita sama aku, jangan dipendem sendiri." ucapnya sebari memberikan segelas minuman yang ia bawa, dan tentu langsung di terima oleh Jingga.
Segelas air yang diberikan oleh Thira langsung di minum sampai tandas oleh Jingga, sepertinya laki-laki itu merasa sangat haus.
"Lo tau Arga kan?"
Thira terdiam sejenak, ia berusaha mengingat-ingat siapa laki-laki yang dimaksud oleh Jingga. Setelah beberapa detik berfikir akhirnya terlintas sekilas siapa itu Arga di benaknya "Arga, laki-laki yang bersama Herlin sebelum kita pergi ke bandara?" ujar Thira memastikan, benarkah laki-laki itu yang beranama Arga.
Jingga mengangguk mengiyakan pertanyaan Thira barusan. "Emangnya dia kenapa? kamu punya masalah sama dia?"
Thira sedikit terkejut kala Jingga tiba-tiba menoleh dan menatapnya, sangat sulit bagi Thira untuk menerka apa arti tatapan tajam yang diberikan oleh Jingga padanya.
"Arga itu klien papa, rencananya mereka bakal buat pesta untuk merayakan kerjasama perusahaan." jelas Jingga agar Thira tau bahwa Arga adalah kliennya.
"Lalu letak masalahnya dimana? kenapa kamu merenung?" walaupun Jingga sudah memberitahunya siapa itu Arga, namun Thira masih belum menemukan dimana titik masalah yang membuat Jingga termenung seperti tadi.
"Arga minta papa supaya dia mau mengundang Herlin buat dateng ke pesta itu, dan papa setuju gitu aja."
"Sedangkan gue, gue gak mau Herlin pulang ke Indonesia. Gue gak mau dia ketemu sama om Varen, gue gak mau lihat Herlin terluka lagi karena dia." jelas Jingga.
Thira memejamkan matanya sejenak, ia tidak habis fikir dengan suaminya itu.
Ia merasa hidup Jingga hanya berpusat pada Herlin, dan hanya Herlin yang selalu di pikirkan oleh Jingga selama ini.
Ternyata semua tentang Herlin masih sangat berarti untuk Jingga. Dan lagi-lagi ia merasa kalah dan gagal untuk membuat Jingga benar-benar mencintainya.
"Hm, aku tau kamu gak mau Herlin sedih atau terluka. Tapi keputusan tetap ada pada Herlin, mau atau enggak dia dateng ke pesta itu hak dia untuk memutuskan." hanya itu yang bisa Thira ucapkan pada Jingga, ia sangat berharap Jingga akan mengerti jika hidup Herlin adalah milik dirinya sendiri.
Gadis itu berhak menentukan pilihannya, Herlin berhak mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, karena hanya Herlin yang tau apa yang dirinya rasakan.
"Herlin juga berhak untuk bertemu dengan keluarga kandungnya kalau dia mau."
Jingga meletakkan gelas kosong di tangannya ke atas nakas, ia mengalihkan pandangannya dari Thira. Ia merasa Thira tidak pernah bisa mengerti dirinya "Omong kosong. Lo gak pernah bisa ngertiin gue." ketusnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Thira sendiri di dalam kamar dengan tatapan getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga's Life
Teen FictionSpin-off Menikah di usia yang sangat muda bukanlah hal yang mudah bagi Jingga dan juga Thira, apalagi mereka tidak saling mencintai. Rasa cinta yang dimiliki oleh Jingga masih ada hanya untuk Herlin-sahabatnya. Seiring berjalannya waktu, mereka bera...