07 : Tidak Ada Bahagia Setelah Kehilangan

91 3 1
                                    


HALLO GUYS!! AKU UPDATE NIH, jangan lupa vote dan komen di setiap paragraf biar aku makin semangat nulis dan makin rajin update chapter-chapter selanjutnya!!

TYPO BERTEBARAN.

REVISI SETELAH END.

||Happy Reading||












Tok!

Tok!

Tok!

"MAMA!! PAPA!!"

Tok!

Tok!

Suara teriakan serta suara ketukan pintu itu membuat kedua orang yang tadinya tertidur lelap kini terbangun.

"Alea?" gumam Thira kala menyadari seseorang yang berteriak di depan pintu itu adalah putrinya, Thira berusaha melepaskan tangan Jingga yang melingkar di pinggangnya namun pelukan Jingga sangat erat hingga ia menjadi kesulitan untuk melepas tangan kekar itu.

"Biarin aja, gue masih ngantuk." lirih Jingga yang kembali ingin memejamkan matanya.

"Jingga, kasihan Alea." tegas Thira, dan barulah Jingga mau melepaskan pelukannya. Laki-laki itu berdecak kesal kemudian berdiri untuk memakai kembali seluruh pakaiannya.

Sebelum pergi untuk membuka pintu yang terkunci Jingga menoleh kearah Thira "Jangan lupa minum pil itu, gue gak mau lo hamil. Gue belum siap buat jadi ayah lagi." ucapnya kemudian beranjak kearah pintu untuk membukakan Alea pintu.

Thira mengusap kasar air matanya yang mengalir, hatinya begitu remuk kala mendengar Jingga yang dengan jelas mengatakan bahwa laki-laki itu tidak mau jika ia hamil dengan alasan belum siap menjadi seorang ayah untuk kedua kalinya.

Mendengar suara pintu yang mulai terbuka membuat Thira bergegas membenarkan posisi selimut yang ia gunakan agar menutupi tubuhnya yang masih telanjang bulat.

"Mama!!" pekik Alea berlari menghampiri Thira yang masih terbaring di atas ranjang, tanpa menghiraukan ayahnya yang tadi membukakan pintu dan sekarang sudah entah kemana perginya Jingga.

Laki-laki itu sudah tidak berada di sini.

"Mama gapapa kan? mama jatuh?" tanya Alea sebari meraih tangan ibunya untuk memastikan tidak ada luka di sana.

Thira tersenyum kecil kemudian menggeleng "Enggak, mama gak jatuh kok. Emangnya kenapa?"

"Tadi malem Alea kebangun, Alea denger mama teriak-teriak tadinya Alea mau kesini liat mama tapi kata Oma gak usah soalnya udah ada papa yang jagain mama kalau mama kenapa-napa." jelas gadis kecil itu, wajahnya masih menyiratkan tatapan khawatir terhadapnya.

Thira menatap getir putrinya, kemudian mengelus puncak kepala Alea dengan lembut "Mama gapapa kok, mama teriak karena mimpi buruk. Alea gausah khawatir gini, mama gapapa tenang aja. Bener kata Oma kalau mama kenapa-napa kan ada papa yang siap bantu mama."

Alea mengangguk kemudian memeluk ibunya erat, ia sangat menyayangi Thira. Alea tidak bisa melihat ibunya terluka, bahkan saat jari Thira tidak sengaja tergores pisau hingga berdarah gadis kecil itu menangis sesegukan dan langsung mengajak Jingga untuk membawa ibunya pergi ke rumah sakit.

"Nanti kalau mama mimpi buruk lagi panggil Alea ya? biar Alea temenin tidur."

Thira tersenyum dan hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya, ia bingung bagaimana cara untuk merespon ucapan putri kecilnya itu karena sebenarnya tadi malam ia tidak bermimpi buruk sama sekali.

Jingga's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang