12 | Anak Kandung vs Anak Pungut

432 43 4
                                    

Lukas baru saja tiba di rumah ketika tiba-tiba pukulan dari Devano melayang mengenai perutnya. Tanpa harus menebak dua kali pun ia sudah tahu apa penyebabnya.

"Bocah sialan, kau membuat Seline menangis hari ini?!"

Lukas mengusap pangkal hidungnya, menatap Devano dengan dingin. "Apakah itu berita yang menggemparkan?"

"KAU?!"

Sekali lagi Devano mencoba memukul Lukas, namun Lukas dengan sigap menghindari pukulannya.

"Wow, seorang ayah melakukan kekerasan kepada anaknya sendiri. Seharusnya inilah yang menjadi berita besar."

Emosi Devano semakin memuncak medengar ucapan Lukas. Sedangkan si empunya justru terkekeh tanpa beban sambil mengusap rambutnya yang agak lepek.

Baru saja Devano hendak menampar wajah Lukas, tapi suara ketukan di pintu membuat tangannya tergantung di udara sembari menoleh ke arah pintu.

"Ah, permisi, Tuan."

Devano bergegas menurunkan tangannya yang masih mengudara ketika melihat siapa yang berdiri di mulut pintu.

"Masuklah!" suruh Devano dengan nada sedikit lembut.

Seseorang itu pun masuk ke dalam, sedikit melirik Lukas yang juga meliriknya. Dia adalah pembantu baru yang Devano maksudkan untuk Fiona, namanya Messa.

Dia belum terlalu tua, mungkin seumuran dengan Fiona. Dia juga cukup cantik dan menarik. Messa sedikit tersenyum pada Devano dan Lukas lalu berjalan menuju dapur.

"Pergilah ke kamarmu!" suruh Devano kepada Lukas dengan nada tidak ramah.

Setelah itu dia berjalan ke arah dapur, sementara Lukas belum beranjak dari tempatnya hingga ayahnya itu sudah memasuki dapur dan tak terlihat lagi.

Lukas menghela nafas berat kemudian berjalan untuk pergi ke kamarnya. Sesampainya di kamar Lukas segera melempar tasnya ke atas kasur dan melepas seragamnya untuk diganti dengan pakaian rumahan.

Kini ia duduk di atas kasur sambil bermain ponselnya. Dia sudah janjian dengan Casey dan Kipli untuk bertemu, hanya untuk makan bersama dan mencari udara segar karena Lukas muak berada di sini.

Ketika menerima notikasi pesan dari Casey bahwa ia dan Kipli sudah on the way ke rumahnya, Lukas pun memakai jaket yang tadi sudah ia siapkan di atas kasur.

Dia keluar dari kamar, ketika melewati ruang tamu keadaan sepi, Devano tidak ada di sana. Biasanya pria itu akan duduk di sana untuk menonton televisi.

Tidak ambil pusing, dia langsung keluar dari rumah. Ia menunggu di depan rumah. Mereka akan pergi dengan jalan kaki, karena tempat yang mereka tuju juga tidak terlalu jauh.

Tidak sampai sepuluh menit keduanya sampai di rumah Lukas.

"Kuy berangkat, hari ini aku yang traktir," ucap Casey sambil tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.

Kipli menggeplak belakang kepala Casey dan berkata, "Ekspresimu seperti pedofil menawari permen pada anak kecil."

Casey mengaduh, ia serta merta melotot pada Kipli dan menarik telingannya cukup keras.

"Katakan sekali lagi! Kupastikan telingamu akan lepas dari tempatnya!"

"Hei, sudah," lerai Lukas.

Casey mendecih sambil melepaskan tangannya dari telinga Kipli. Kipli mengusap telinganya yang memerah dan berdenyut, Casey tidak main-main ketika menariknya.

Mereka bertiga pun berjalan bersama untuk pergi ke tempat tujuan. Mungkin tempat itu akan sangat ramai menjelang sore seperti ini.

Perjalanan dari rumah Lukas ke tempat itu sekitar 15 menit saja. Saat keduanya sampai ternyata memang suasana di sana sudah ramai, kebanyakan oleh pasangan yang sedang berkencan.

AM I LUKAS?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang