07 | Kerumah Kipli

545 54 3
                                    

Tangan Casey mengambil handuk kecil yang tergantung di lehernya, lalu disekanya keringat di kening paripurnanya itu dengan handuk kecil tersebut. Mulutnya tak berhenti tersenyum saat melihat sate mentah yang dia bawa tadi sudah ludes atau terjual habis. Kemudian dia lanjut membersihkan panggangan bekas membakar sate tadi.

Melihat Casey yang masih sibuk dengan bekas panggangannya, Lukas segera mendekati dompet pinggang Casey yang ditaruh di gerobak oleh sang pemilik dompet. Setelahnya ia pun mengambil dompet pinggang itu untuk menyelipkan 3 lembar uang berwarna merah diantara uang yang rata-rata berwarna ungu dan hijau.

Setelahnya Lukas langsung menaruh kembali dompet pinggang itu seperti sedia kala dan berpura-pura seperti tak terjadi apa. Ia hanya memasang wajah polos sembari melihat Casey yang baru saja selesai membersihkan panggangan. 

Casey menghadap ke arah Lukas dan bertanya, "Lukas capek? Mau beli es dulu?"

Lukas yang mendengar itu seketika mengangguk dengan semangat. Lagipula tenggorokannya terasa kering karena terlalu banyak berteriak saat mempromosikan sate milik Casey.

Dia sudah melakukan hal itu selama seminggu penuh, termasuk dengan menyelipkan beberapa lembar uang di dompet Casey. Dia ingin membantu dan hitung-hitung membalas budi karena Casey serta orang tuanya sudah sudi untuk menampung dirinya yang beban ini.

Casey hanya tersenyum saat melihat anggukan semangat dari Lukas, lalu dia pun mengambil dompetnya. Matanya seketika membulat ketika melihat uang di dompetnya yang sepertinya terlihat lebih banyak, apakah uangnya tadi memang segini?

Tak mau ambil pusing, Casey langsung mengambil uang berwarna ungu dan kembali memasang dompet itu ke pinggang nya. Lalu ia pun menarik pelan tangan Lukas untuk pergi menuju ke penjual Es Cendol.

"Mang beli 2 ya."

Penjual itu mengangguk sambil tersenyum, lalu segera menyiapkan pesanan Casey. "Mau pake gelas atau plastik, Den Ganteng?"

Casey hanya bisa menyengir saat dipanggil 'Den Ganteng'. Sudah seminggu ini dia terus dipanggil dengan sebutan itu oleh para penjual serta pembeli disini. Hal itu tentunya disebabkan oleh promosi yg dilakukan Lukas untuk pertama kalinya.

"Pake plastik aja, Mang," jawab Casey.

Lukas pun ikut mengangguk. Dia menelan salivanya dengan susah payah saat melihat penjual itu menyiapkan Es Cendol. Es pinggiran jalan itu dapat menggugah selera Lukas.

Casey terkekeh pelan saat melihat reaksi Lukas. Jika tau Lukas akan seperti ini hanya dengan es cendol, sudah sedari dulu dia akan membelikan Lukas minuman tersebut. Karena baru kemarin dia memperkenalkan Es Cendol kepada Lukas.

"Nih buat adeknya." Lukas segera menerima Es Cendol itu dengan mata berbinar. Ini akan menjadi kali keduanya merasakan es cendol. Dan dia suka sekali dengan rasanya yang memiliki perpaduan manis, segar, serta gurih.

Casey memberikan uang bernilai 10 ribu di tangannya kepada penjual. "Terima kasih, Mang."

Penjual itu mengangguk sebagai balasan. Dia juga tersenyum karena ada seseorang yang bahagia hanya karena es cendol milik nya.

"Sekarang waktunya kita pulang 'kan?" Anggukan kepala Lukas terima sebagai jawaban dari Casey.

Lalu mereka berdua kembali mendekat ke gerobak milik Casey dan mendorongnya agar gerobak itu berjalan. Lebih tepatnya hanya Casey yang mendorong karena Lukas hanya berjalan di sampingnya sambil menikmati Es Cendol.

Sesekali Lukas akan berlari pelan sembari melompat-lompat kecil. Tak jarang ia juga akan menendang batu kecil yang berada di hadapannya. Casey yang melihat itu hanya terkekeh pelan. Lalu tak lama kemudian, matanya berbinar saat melihat ada seorang penjual bakso.

AM I LUKAS?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang