20 | Om yang bersedih

296 33 2
                                    

"Mau kemana mas?" tanya Fiona yang baru saja masuk kamar dan melihat Devano yang sedang bersiap. Devano melihat kearah Fiona yang sedang menatapnya.

"Keluar," jawab Devano singkat tanpa senyuman.

Fiona hanya menatap bingung kearah suaminya yang akhir-akhir ini bersikap beda. Ia melangkahkan kakinya ke arah Devano, kemudian bertanya kembali, "Sama siapa?" tanya Fiona.

Devano menghela nafasnya dan menjawab, "Bersama messa dan seline" jawab Devano jujur. Mendengar jawaban sang suami Fiona jadi tersulut emosi, apa-apaan maksud dari suaminya ini?!

"Apa maksud nya mas?"

Devano menatap sebal kearah sang istri, ia tak menghiraukan ucapan Fiona dan memilih pergi keluar kamar.Fiona tak tinggal diam, ia juga ikut menyusul.

"Mas kamu belum jelasin, maksud kamu apa pergi sama Messa dan Seline?" tanya Fiona menggebu.

"Mas jawab!" seru Fiona dengan nada yang sedikit meninggi.

Devano yang mendengarnya pun menjadi sebal. "DIAM FIONA! TIDAK BISAKAH KAMU DIAM SEKALI SAJA HAH?" bentak Devano membuat Fiona tersentak.

"Apasih mas?! aku tanya baik baik!" ujar Fiona mencoba sabar sedikit lagi, tapi sayang seribu sayang Devano malah mengabaikan itu dan duduk di sofa, membuka iPad yang berisi dokumen pekerjaan.

"Bukan urusanmu, sekarang pergi," ucap Devano santai. Fiona tak menghiraukannya, lalu duduk di depan Devano dan berkata kembali.

"Jelas urusanku, kalian akan pergi kemana? dan kenapa harus Messa  yang ikut!"

"Untuk menjaga Seline."

"Haaa... bohong! jelaskan, Mas, maksudnya apa!"

Devano semakin kesal dibuatnya, ia meletakan iPad-nya dan menatap Fiona tajam. "Kau terlalu berlebihan Fiona! Aku hanya ingin mengajak Seline jalan jalan apa itu salah hah—"  

Gevano datang ke ruang tengah  dengan tiba tiba sambil membawa segulung kertas di tangannya, berjalan menuju sang ayah dengan tersulut emosi. Setelah ada di hadapan ayahnya, Gevano melempar kertas itu pada meja dan memukulnya.

Brughh!

"APA INI, PA?!" teriak Gevano tepat di hadapan ayahnya.

Kertas formulir pendaftaran asrama yang di dalamnya ada nama Lukas sebagai calon penghuni. Devano menatap wajah tegas Gevano dengan tajam.

Di ujung sana, ada Messa yang tersenyum licik, ia semakin senang dengan kehancuran keluarga Devano.

"Oh sudah tau ya? Papa akan mengirim anak sialan itu ke asrama!" ujar Devano santai. Fiona langsung mengambil kertas formulir itu dan benar saja nama Lukas tertera disana.

"AKU GAK SETUJU, PA!" bentak Gevano yang langsung mencengkram kerah baju sang ayah. Devano reflek berdiri mencoba melepaskan cengkraman sang anak.

Fiona yang melihat hanya diam kebingungan, suami dan putra sulungnya lagi-lagi bertengkar.

"MEMANGNYA SIAPA YANG BUTUH PERSETUJUANMU HAH?!" bentak Devano kembali, menepis tangan sang anak dan segera melayangkan pukulan.

"MAS UDAH!" ujar Messa yang datang sambil berlari kemudian memeluk Devano dengan erat. Fiona yang melihat juga kaget, berani sekali pembantunya itu.

"MESSA APA APAAN KAMU INI!" sentak Fiona, Gevano hanya diam menatap ayahnya dipeluk wanita lain.

Devano yang ditenangkan Messa itu menurut, ia sedikit tenang. Menghiraukan keadaan, Messa berbisik pada Devano "Sayangg, ayo lebih baik kita jalan jalan aja..." bisiknya.

AM I LUKAS?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang