18. Atma dan Harsanya yang tak pernah bisa ia gapai.

332 30 6
                                    

"Maaf, mas... gara-gara aku, kalian jadi berantem hik hiks." Messa menangis sesenggukan ditemani Roseline yang juga ikut menangis, sedangkan Devano kini tengah memijat pelipisnya yang berdenyut, sepertinya migrain.

"Tidak apa-apa Messa, Rosaline, aku akan mengurus Fiona. Maaf Messa, aku membuatmu menangis. Maafkan Papa juga, Seline, Papa membuatmu menangis juga." Setelah mengatakan itu, tangan besar Devano pun memeluk kedua wanita berbeda umur itu dan mengelus kedua surai itu bergantian. Tak lupa ia menciumi pucuk kepala keduanya bergantian pula.

'Sial!'

Kedua tangan pemuda yang menyaksikan pemandangan romantis 'keluarga' kecil itu dari atas tangga mengepal erat. Itu bagaikan melihat bangkai burung yang telah lama membusuk. Rahangnya mengeras menahan emosi yang mengalir semakin deras dalam nadinya.

Kedua tangan pemuda itu gemetar menahan perasaan ingin memukul tiap wajah orang di bawah sana, namun ia terpaksa menahannya demi sesuatu yang kini harus ia jaga.

______________________

"Hiks, hiks—"

Plak

Lukas menampar pipinya akibat perasaan kacau yang hinggap dalam dirinya. "Mengapa aku menangis? Tak seharusnya aku mengeluarkan air mata ini. Aku hanya jiwa tersesat yang ikut merasakan menderita, bukan perasaan deritanya."

Kepalanya berisik, banyak suara menganggu dari sana. Ia hanya jiwa tersesat, mengapa ia merasa sakit hati atas perbuatan ayah tubuh yang ia tempati, seharusnya ia hanya merasa sakit pada fisiknya, tidak seharusnya hatinya juga ikut merasakan sakit!

Tetapi sungguh... ini begitu menyakitkan Tuhan!!

Ia tak kuat menjadi Lukas, tempatnya bukan disini. Tubuh ini milik Lukas asli yang entah kemana jiwanya, ini bukan tubuh miliknya. Kembalikan ia pada asalnya, Tuhan! Kembalikan aku pada tempatku!!

Lukas berteriak dalam diam. Hm? Bagaimana?

Entahlah, mulutnya tertutup rapat menahan isak tangisnya, namun batinnya berteriak kencang meminta Tuhan mengembalikannya pada asalnya.

Atma yang tak sanggup mengikuti alur yang ditulis sang harjana, tak akan tahu Harsa apa yang akan harjana berikan padanya. Sayangnya diri ini termasuk Atma yang tak sanggup mengejar Harsa yang harjana berikan. Harsa bagaikan fatamorgana bagi Atma yang kehilangan arahnya. -Alienkeren

Lukas menutup matanya, membiarkan kantuk datang dan membawanya pergi, berharap ia tak akan kembali lagi. Batinnya terasa dingin ketika kantuk mulai menyapa dirinya.

_______________________

Netra kelam terbuka perlahan, kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya membuat pemilik netra tersebut mengalami loading sebelum kesadarannya dikembalikan sepenuhnya.

"Aku... masih hidup?" gumam Lukas tersenyum getir. Tubuhnya ia bawa bangkit, beranjak dari ranjang yang lumayan nyaman dan segera membersihkan diri. Setidaknya ia tidak ingin menyebar bau busuk seperti bau ketiak anak adopsi keluarganya itu.

Dengan pakaian, seragam seperti biasa, namun dengan terbalut hoodie hijau agar tubuh ringkih itu tak semakin kedinginan luar dalam. Seperti biasa tungkainya ia bawa menyusuri rumahnya menuju dapur untuk mencari makanan yang dapat ia konsumsi sebagai sarapan.

Namun pemikiran sarapannya runtuh seketika saat di dapur ia menemukan seorang wanita paruh baya menggunakan dress familiar bagi otaknya sedang memasak, mengaduk nasi yang sepertinya akan berganti nama menjadi nasi goreng.

Mama Fiona? Bukan, rambut mama fiona tidak bergradasi pirang seperti wanita yang memunggunginya saat ini.

Bik Atik? Tentu bukan!

Beberapa menit mengawasi punggung wanita yang tak ia kenali, pemilik punggung tersebut akhirnya membalik tubuhnya dan sedikit terkejut melihat Lukas yang hanya diam di belakangnya, terbukti dan terlihat dari reflek bahu yang naik sekali itu.

"Mengapa kamu diam di belakangku? Apakah kamu berniat membuatku terkena serangan jantung?!"

Tunggu, bukankah wanita ini adalah pembantu baru? Mengapa gayanya berani sekali padanya? Ia kan anak majikannya walau tak diakui oleh si 'majikan' itu sendiri! Dan juga, apa-apa dengan dress yang wanita itu pakai? Seingatnya ini adalah pakaian yang lusa kemarin mama Fiona pakai, dan baru dicuci siang hari kemarin. Dan sekarang?! Pembantu di depannya memakai baju milik istri majikannya yang mana pakaian itu baru saja terangkat dari tempat berjemurnya?!

Holy shit!!

Deym bro!

Sungguh keterlaluan pembantu ini, layak dipeca-!

"Apa yang kamu lakukan disini Messa? Bukankah aku sudah menyuruhmu beristirahat saja setelah malam itu, hm? Kamu tidak mendengarku ya?" Seorang pria paruh baya yang pasti bernama Devano tiada angin tiada hujan tiba-tiba muncul entah dari mana di dapur ini.

Lalu apa maksud dari 'malam itu'.

"Benar-benar mencurigakan," pikir Lukas yang hanya diam memperhatikan interaksi Messa dan Devano yang nampak seperti suami istri pada umumnya, tapi mereka ini berstatus majikan dan pekerja!

Grep

Tangan Lukas ditarik paksa menjauh dari dapur oleh seorang pemuda berwajah datar menyeramkan. Aura yang dikeluarkan pemuda itu pun tak enak, bukan baunya yang tak enak, namun suasananya. Benar-benar mencekam.

"Tu-tunggu.  Kita mau kemana? Tuan Vano?" tanya Lukas yang tak dihiraukan oleh Gevano.

Pemuda itu menyeret Lukas ke bagasi dan mendudukkan paksa pemuda ringkih itu pada slot kosong penumpang pada motor yang sepertinya akan ia gunakan, seharusnya seperti itu.

Gevano memasangkan helm berwarna cream dengan kasar pada kepala Lukas, membuktikan jika pemuda itu sepertinya benar-benar di ujung kemarahannya. Lukas hanya diam tak berani melakukan apapun, ia masih ingin bertemu dengan Casey dan Kipli, setidaknya mengucapkan beberapa patah kata permintaan maaf telah menyusahkan mereka selama ia hidup menjadi Lukas.

"Tuan Vano?" panggil Lukas berbisik pada Vano yang memakai jaketnya, berwarna hitam dengan logo naga menyemburkan api, dibawahnya bertuliskan Dragon familia. Lucu, namun Lukas tak berani menertawakannya.

"Berenti manggil gua tuan, Lukas. Atau lu mau gua banting di sini sekarang?"

Vano memakai kembali jaketnya setelah beberapa detik menghentikan kegiatan memakai jaketnya. Netra elang pemuda itu pun melirik tajam ke arah Lukas yang hanya diam, mati kutu. Ia bisa melawan, namun entah mengapa ia tak bisa melakukannya, hah.

Biarlah kata orang jika ia menye-menye, bodoh, lemah dll. Inikan ceritanya, bukan cerita orang tersebut┐( ˘_˘)┌

Mesin motor milik Gevano telah hidup. Beberapa menit Gevano hanya mendiamkan mesinnya, mungkin agar panas, lalu tak lama pemuda tersebut menarik gas lalu keluar dari kawasan Neraka berbentuk istana tersebut.

Disisi lain, gadis kucir rambut dua kuda dengan poni sedang mencak-mencak di depan pintu akibat di tinggal oleh kedua pemuda itu.

Bibir gadis itu maju 20 kaki.

"Ishh!! PAPAAAA!" teriak Roseline dengan tas yang tak ia tenteng, tasnya ia biarkan tergeletak begitu saja di lantai.

Seseorang yang Roseline panggil papa menuju Roseline dengan tergesa-gesa dan dengan wajah khawatirnya.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu teriak pagi-pagi gini, hm?" tanya Gevano yang mengelap keringat yang keluar tanpa izin dari keningnya. Masih pagi sudah keringetan, bau-bau mau mati nih.

"Kak Vano ninggalin Seline gara-gara kak Lukas, Papa! hiks hiks."

Pembaca: lah(⌐■-■)

TBC.

write by: Alienkeren_
editor: Aithor_

AM I LUKAS?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang