Azka kembali ke ruang rawatnya. Saat masuk, ia melihat Delisa dan Ammar melipat tangan di depan dada, menatap tajam anak mereka. Di sisi lain, Niko masih tertidur pulas.
“Loh, loh, ada apa ini? Tatapannya sangat menusuk,” ucap Azka sambil duduk di atas brankar.
“Ke mana tadi kamu? Bikin khawatir saja, sudah tahu sakit malah jalan keluar,” ucap Delisa dengan nada sedikit marah.
Azka tidak menanggapi Delisa. Ia mengangkat satu kakinya dan duduk dengan santai seperti seorang pria, sambil mengambil buah berupa buah anggur dari atas nakas dan memakannya.
Delisa, yang tidak suka melihat wanita duduk seperti pria, mencubit kaki mulus putrinya.
"Kalau duduk, anggun sedikit," ucap Delisa dengan kesal.
"Nih, nenek-nenek galak banget," batin Azka.
"Apa kamu lihat-lihat Mama? Mau marah?" Delisa melototkan matanya.
"Jangan marah-marah, nanti cantiknya hilang. Masa sudah tua, makin tua," balas Azka.
“Oh, gitu? Mama tua?" Delisa berkata sambil mencubit kuat kaki putrinya, membuat Azka meringis kesakitan.
"Nyokap siapa, sih ini?" ucap Azka kesal.
"Begitu nasib Papamu dari dulu, Niza. Malam pertama, badan Papa sakit semua," ucap Ammar, menampakan dengan wajah sedih.
"Emang Papa ngapain?" tanya Niko, membuat Ammar terlonjak kaget karena ia mengira Niko sedang tertidur di atas kursi panjang.
"Bocah mana paham! Mending kamu tidur lagi sana, bikin kaget Papa saja kamu," ucap Ammar.
"Yaelah, Papa, nanya doang. Masa badan segede Papa sakit-sakit cuma karena Mama? Emang Mama ngapain? Kayang? Atau Mama Smackdown Papa?" tanya Niko dengan rasa penasaran.
"Niko, diam sebelum mulutmu itu Mama jadikan sop," ucap Delisa.
"Ya ampun, kejam banget. Pantesan Papa sakit-sakit badannya karena Mama," balas Niko.
"Bro, mending kamu diam," Ammar menegur.
Saat Azka hendak tidur, Delisa memperingatkan anaknya untuk mengganti pembalutnya karena darah haidnya cukup lancar. Azka pun kembali memasangkannya.
Sementara itu, Niko memberitahu Ammar bahwa kakaknya tidak ingat cara memasang pembalut.
"Asal Papa tahu, ya, Kak Niza lihat tutor pasang pembalut," ucap Niko.
"Haa! Yang benar, Niko," jawab Ammar.
"Kamu cewek tulen atau cewek jadi-jadian, Niza?" tanya Ammar lagi.
"Kebetulan saya bencong," sahut Azka sebelum masuk ke dalam toilet.
Ammar, Delisa, dan Niko tertidur, Delisa berbaring di atas karpet dengan kasur tipis biasa, sementara Ammar dan Niko tidur di atas kursi panjang. Sementara itu, Azka belum tertidur dia masih terjaga dan membuka ponsel Niza.
Mengecek ponsel milik orang lain sebenarnya kurang sopan. Namun, karena Azka kini berada dalam tubuh sang pemilik, ia merasa perlu untuk memeriksanya. Selain itu, rasa bosan membuatnya memutuskan untuk membuka ponsel Niza.
Sebuah pesan muncul dari kontak dengan nomor yang tidak disimpan di ponsel Niza, menanyakan kabar dan kondisi Niza akibat kecelakaan. Dari foto profilnya, Azka yakin pria itu mengenal Niza, dan sebaliknya. Namun, mengapa Niza tidak menyimpan kontaknya, membuat Azka bertanya-tanya.
Azka kemudian membalas pesan tersebut dengan bertuliskan :
Aku sedikit membaik, terima kasih telah mengkhawatirkanku😚
Sebenarnya, Azka merasa jijik harus mengetik pesan seperti itu. Namun, ia mengira pria tersebut mungkin sedang dekat dengan Niza dan telah mengganti nomornya.
Saat pagi tiba, Niza tiba-tiba datang ke ruang rawat Azka dengan senyum ramah di hadapan ibunya. Sementara itu, Ammar pergi bekerja dan Niko berangkat ke sekolah, menyisakan Delisa yang menjaga anak perempuannya. Namun, Delisa pamit untuk membeli sesuatu di luar, sehingga di dalam ruangan hanya ada Niza dan Azka.
"Lo kenapa nolongin gue sih? Kan jadi ketukar begini," ucap Niza.
"Bukannya terima kasih lo" jawab Azka.
"Gue nolongin lo karena gue baik, sebagai pria yang hebat," tambah Azka.
“Lagipula, kalau gue enggak nolongin lo, lo bisa meninggal ketabrak mobil,” lanjutnya.
“Pokoknya lo tetap salah, kenapa lo harus muncul sih di kehidupan gue,” ucap Niza.
“Dih! Kalau perlu juga ingin menghempaskan wanita seperti lo ini di dunia,” ucap Azka.
Pintu ruang rawat kemudian terbuka, dan terlihat Delisa membawa satu kantong plastik hitam berisi makanan.
"Namamu siapa? Tante lupa tanya namamu tadi," tanyanya.
"Azka, Tante," jawab Niza.
"Oh, Tante baru lihat kamu. Soalnya Niza enggak pernah bawa teman cowok," ucap Delisa.
"Apalagi pacar," lanjutnya.
"Eh, eh, dia ini pacar Niza," ucap Azka.
Delisa menyipitkan matanya. Sejak kapan Niza punya pacar? Ada yang mendekati saja selalu diusir. Niza tidak pernah punya pacar karena ia senang berhalusinasi pria idaman dan sedang menutup hati setelah disakiti.
"Kok Mama enggak tahu?" ucap Delisa.
"Ini Mama tahu sekarang," jawab Azka.
"Sebelumnya, kamu kan suka menghalu cowok-cowok fiksimu."
Azka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mana ia tahu kalau Niza suka menghalu?
"Ini buktinya, cowok idaman Niza: tinggi, tampan, berotot, idaman para wanita dan ibu-ibu kompleks, uwuh!" ucap Azka dengan senyum lebar, padahal ia ingin memuji dirinya sendiri.
"Kamu kok mau sama anak saya?" tanya Delisa.
"Anaknya cantik, imut, dan rajin menabung, jadi saya mau-mau saja," jawab Niza.
“Menabung? Mana ada, yang ada dia habisin uang suami saya,” ucap Delisa.
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jiwa Tertukar [REVISI BAB]
Teen FictionBagaimana jadinya jika jiwa pria berada di tubuh wanita, dan jiwa wanita berada di tubuh pria? Berbagai pengalaman baru yang akan mereka rasakan Genre: Fantasi, Romance. ⚠️Jika ingin berhasil, jangan meniru karya orang lain⚠️ Buatlah karya sendiri...