Setelah beberapa hari dirawat, Niza dinyatakan bisa pulang ke rumah dan kembali beraktivitas. Andin merasa bahagia anaknya sehat lagi, tetapi dia juga merasakan perubahan pada diri anaknya. Entah mengapa, Andin merasa anaknya tampak seperti orang asing dan lebih banyak diam.
“Azka… ada apa? Ada masalah?” tanya Andin dengan rasa khawatir.
“Ah, tidak apa-apa, Tan—maksudnya Ibu,” jawab Niza.
“Baiklah, jika ada sesuatu, bicara kepada Ibu atau Ayah,” ucap Andin.
Sementara itu, Denny, ayah Azka, menatap curiga ke arah anaknya. Dia merasa bahwa itu adalah anaknya, tetapi dia juga merasa itu bukanlah anaknya.
Mereka kemudian kembali ke rumah, begitu juga dengan Azka. Jiwa mereka telah tertukar, sehingga Azka pulang ke rumah Niza, dan Niza pulang ke rumah Azka.
Saat tiba di rumah orang tua Azka, Niza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung mencari tahu keberadaan kamarnya.
“Ada apa, Azka?” tanya Denny, melihat anaknya yang belum menuju kamar.
“Kamarku di mana, ya, Ayah?” tanya Niza.
“Kamu amnesia? Tiba-tiba lupa kamar?” ucap Denny.
“Ah itu—” Niza terpotong.
“Itu apa?” tanya Denny, tidak sabar menunggu jawaban.
“Sudah, Mas. Mungkin ini pengaruh sakit. Ayo, Ibu antar ke kamarmu,” kata Andin.
Andin mengantarkan Niza ke kamar Azka, dia berusaha berpikir positif, mengingat anaknya masih dalam masa pemulihan. Setelah sampai di kamar, Andin menyuruhnya untuk beristirahat.
Niza masuk ke dalam kamar setelah kepergian Andin dan melihat sekeliling kamar Azka yang khas seorang pria. Di sudut terdapat tumpukan buku yang sepertinya buku-buku tersebut tentang jurusan Azka. Di dinding juga ada karya seni yang sepertinya dilukis sendiri oleh Azka. Niza mengetahuinya melalui tulisan kecil yang berada di bawah lukisan bertuliskan “by Azka”
Niza kemudian duduk di atas kasur, ingin berteriak sekencang-kencangnya. Dia ingin jujur memberi tahu orang tua Azka bahwa dia bukan Azka, melainkan Niza, yang jiwanya tertukar. Namun, siapa yang akan percaya? Niza yakin dia akan dianggap sakit jiwa jika mengungkapkannya.
Niza tidak masalah jika dia bertukar jiwa dengan sesama perempuan. Namun, kini dia terjebak dalam tubuh pria. Bagaimana Niza akan menjalani hidup sebagai seorang pria? Niza merasa bingung dan tertekan.
Sementara itu, di sisi lain, Azka sedang menikmati segelas kopi sambil duduk di kursi kamar Niza dengan satu kaki terangkat.
Azka kembali ke rumah Niza, awal masuk ke rumah orang tua Niza, dia tidak tahu di mana letak kamarnya. Untung saja, Niko selalu siap membantu kapan pun dan di mana saja.
Niko merasa heran mengapa kakaknya bisa lupa kamar sendiri. Saat Azka menjelaskan bahwa itu disebabkan faktor usia, Niko hanya bisa percaya. Dia yakin bahwa kakaknya semakin bertambah usia dan semakin jompo.
“Akh!” ucap Azka setelah meminum kopi tersebut.
Tiba-tiba, Niko datang dan merasa ada yang aneh dengan kakak perempuannya yang kini terlihat seperti seorang pria.
“Kek bapak-bapak aja lo, minum kopi dengan kaki terangkat. Nikmat banget hidup lo,” ucap Niko.
“Ngapain lo?” tanya Azka.
"Pinjam hoodie boleh?" jawab Niko.
"Ambil saja," ucap Azka tanpa berpikir panjang.
"Serius?!" Niko tidak percaya, karena biasanya Niza akan marah jika barang miliknya dipinjam Niko. Ada beberapa alasan, seperti Niko yang sering merusak atau menghilangkan barang milik Niza.
“Apakah wajah gue terlihat seperti seorang pembohong? Wahai anak muda?” tanya Azka.
“Biasanya lo pelit pinjamin gue,” ucap Niko.
Azka kemudian berdiri mendekati Niko dan berkata “Wahai anak muda, ambillah! Aku ikhlas memberikannya padamu, karena yang bekas lebih cocok dengan wajahmu,” ucap Azka sambil tertawa, menepuk pelan bahu Niko.
“Enggak lucu,” balas Niko, menatap datar kakaknya.
“Eh, emang lo mau ke mana?” ucap Azka.
“Jalan-jalan,” jawab Niko sambil mengenakan hoodie yang diambilnya.
"Banyak ceweknya?” tanya Azka.
"Banyak, ada—” Niko terpotong.
“Ikut!” seru Azka. Jika ada kesempatan jalan-jalan bersama wanita, dia pasti mau ikut dan berada di depan.
“Ha? Sejak kapan lo mau ikut bareng gue? Biasanya lo ogah,” ucap Niko heran.
“Halah, berisik lo! Kapan lagi lo ditemani kakak yang cantik, walaupun enggak bahenol,” balas Azka .
Azka tetap bersikeras untuk ikut bersama Niko, meskipun Niko memperingatkan bahwa kakaknya perlu istirahat setelah baru pulang dari rumah sakit. Namun, Azka tidak mengindahkan peringatan tersebut dan dia tetap ingin ikut bersama Niko.
•
•
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jiwa Tertukar [REVISI BAB]
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika jiwa pria berada di tubuh wanita, dan jiwa wanita berada di tubuh pria? Berbagai pengalaman baru yang akan mereka rasakan Genre: Fantasi, Romance. ⚠️Jika ingin berhasil, jangan meniru karya orang lain⚠️ Buatlah karya sendiri...