Prolog

553 23 0
                                    

Steffie Angelique of Glenmore adalah seorang gadis bangsawan, putri dari seorang Duke yang terkenal akan kedermawanannya. Namun sayangnya dia harus jatuh miskin menjadi seorang baron karena Duke Alistair of Glenmore ayahnya senang bermain judi sehingga Steffie terpaksa dijual dan menjadi seorang pelayan putri Marquess Greta Nova of Ravenswoord.

Greta adalah putri yang baik dia menjadikan Steffie sahabatnya, hingga pada satu hari seorang tuan muda anak dari Duke Leopold of Orion mampir ke kerajaan Greta membuat dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun sayangnya Greta kalah dengan Stefie yang rupanya teman masa kecil tuan muda Kael of Orion.

Greta terus berupaya untuk mencuri hati tuan muda namun tetap saja yang diinginkannya adalah Steffie, hingga membuat Greta menenggelamkan Steffie ke dalam danau yang ada di belakang kastil. Rasa cemburunya lebih besar daripada persahabatan mereka.

Naas, semua perlakuan Greta di lihat oleh pelayannya yang lain kemudian melaporkannya pada Kael sehingga Greta di adili dan diasingkan karena tindakannya. Greta diasingkan kemudian perlahan menjadi gila karena setiap harinya dia ditakuti oleh seorang Duke muda yang bengis orang-orang menyebutnya tiran. Namanya duke Draven of Morven. Greta akhirnya mati di tangan Draven karena tanpa sengaja dia memecahkan batu giok berharga milik nenek moyang kerajaan Morven.

Gresia menutup buku berjudul 'Love Between Castes'. Dia menguap, matanya terasa berat setelah menghabiskan membaca buku setebal 400 halaman.

"Sungguh tragis, aku harap Greta tak senaif itu untuk suka pada Kael. Lagipula setampan apa sih Kael itu? Cih, seperti tidak ada laki-laki lain saja." Grasia merutuk sebelum berlanjut ke dalam dunia mimpi.

Gadis itu merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya yang terlihat usang. Dia menghela napas, hidup sendirian bukanlah hal yang mudah, jika saja Tuhan memberikan kesempatan kedua agar dia memiliki keluarga, tentu dia akan sangat bersyukur dan menjaganya. Sungguh.

"Aku lelah Tuhan, bisakah aku kembali ke pangkuan-Mu saja?" ucap Grasia dengan air mata yang tidak bisa dicegah.

Grasia hidup sebatang kara setelah ayahnya meninggal karena kecelakaan tunggal satu tahun lalu dan ibunya lebih dulu pergi ke pangkuan sang Ilahi ketika sedang melahirkannya. Tidak ada saudara, mereka semua hanya mencari keuntungan dari kematian kedua orang tuanya. Segala aset berharga telah dipindah alihkan pada bibinya si bermuka dua, dan Grasia hanya di berikan rumah kecil yang sudah hampir rubuh.

Dia baru keluar SMA dua tahun lalu, dan kini dia menghabiskan waktu untuk bekerja sebagai seorang waiters di sebuah cafe, hanya cukup untuk memenuhi isi perutnya dan juga membeli token listrik.

Grasia mengingat kembali bagaimana beratnya perjalanan sampai di titik ini, segalanya harus dia relakan dengan rasa ikhlas, berharap Tuhan menggantikan segala sakitnya di suatu saat nanti.

Tak mau berlama-lama hanyut dalam kesedihan, akhirnya Grasia masuk kedalam dunia mimpi, dimana segalanya dapat dia raih. "Selamat malam."

*****

"Grasia, tolong bantu aku!"

Teriakan dari dapur membuat Grasia berjalan secara tergesa-gesa.

"Kenapa lagi Kak Nov?" tanya Gracia lembut.

Novia, seorang juru masak yang sudah dia anggap sebagai kakak perempuannya meskipun sikapnya memang agak galak.

"Tolong bantu aku membeli bahan-bahan dapur, aku pikir sudah membeli banyak bahan, ternyata perkiraanku salah," katanya sambil memberikan selembar kertas berisi catatan bahan bumbu dapur dan beberapa sayuran.

Novia memberikan uang cukup banyak pada Grasia. "Cepat belikan, ya. Kalau ada lebih, untuk kamu saja."

Wajah Gracia berbinar menatapnya, dia ingin berkata namun dengan cepat Novia memotongnya.

"Tidak usah berterimakasih, cepat belikan dan kembali lagi, jangan buat pelanggan kelaparan," ucap Novia dengan nada tegas.

Grasia mengangguk memberikan hormat sebelum dia berlari keluar memakai baju waitersnya. Dia tidak peduli ditatap aneh oleh orang-orang yang berlalu lalang, toh setiap sudut kota ini tidak mengenalnya juga, jadi untuk apa peduli?

Jarak cafe dengan pasar cukup dekat jadi dia memilih berjalan kaki saja untuk menghemat uang.

Kakinya melangkah lebar, melirik ke kanan dan ke kiri untuk menyebrang jalan. Dirasa aman dia segera melangkahkan kakinya menuju pasar yang ada di seberang jalan, namun naas sebuah mobil truk yang remnya blong berhasil membuat tubuhnya terpental.

Brakk...

Grasia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, yang dia rasakan tubuhnya kini mati rasa.

"Jadi pada akhirnya aku bisa bertemu dengan mereka, Tuhan?" ucap Grasia dalam hatinya.

Dia ingin tersenyum namun tubuhnya tak dapat digerakkan. Tak apa, segala penderitaannya di dunia akan segera berakhir. Ini saatnya kebahagiaan menanti.

"Aku tidak sabar melihat wajah ibu dan ayah, aku sangat merindukan mereka, Tuhan."

Gelap kini menyelimutinya. Benar, kini rohnya sudah keluar dari raganya. Namun, ada yang berbeda. Disaat semua para roh terbang menuju tempat penghitungan, roh Gracia malah melayang ke tempat asing seakan ada yang menariknya untuk memasuki dunia para tokoh fiksi pengabul mimpi.

"Biarkan dia hidup sekali lagi."

"Lagi? Dia cukup menderita bukan? Tidak bisakah kita langsung dorong dia ke surga?"

"Terlalu muda, mimpinya masih banyak. Biarkan dia menjalani kehidupan keduanya."

"Hei, kau pikir kau siapa?"

"Kau tidak mau menuruti perintahku, Ghea?"

Wanita cantik itu menghela napasnya. "Baiklah Zeus, kau memang akan selalu menang. Aku lancang karena telah meragukan keputusanmu."

Ghea sang dewi bumi melaksanakan tugas yang diberikan oleh dewa Zeus-sang pemilik Olympus. Entah apa yang diinginkan si tua itu, Ghea tidak peduli. Dia sudah membela manusia menyedihkan ini, jadi dia tidak memiliki beban lagi.

Dengan kekuatannya Ghea mengirimkan roh Gracia kedalam sebuah portal yang terhubung dengan kehidupan kedua, kesempatan bahagia bagi orang-orang yang hidupnya menderita semasa hidupnya.

"Hiduplah dengan baik, aku akan selalu melindungimu Grasia," bisik Ghea pada rohnya yang tidak mungkin dapat mendengarnya karena seluruhnya telah dibekukan.

Seperti sebuah angin yang menerbangkan bulu-bulu halus, kini roh Gracia menghilang masuk ke dalam portal, seketika portal itu tertutup dengan cahaya merah jambu.

Ghea tersenyum melihatnya. "Semoga kau menemukan bahagia di sana, putri Grasia."

*****

Grasia POV.

Aku merasa ada yang mengganggu tidur panjangku. Entah kenapa cahaya itu terus saja menusuk mataku seakan memintaku untuk membukanya. Dengan lemah, aku pelan-pelan membuka kelopak mataku dan hal yang pertama yang ku lihat adalah langit kamar yang begitu mewah dilapisi emas. Eh, bukankah aku sudah mati tadi? Dan mungkinkah ini Syurga?

"Lady, anda sudah sadar?"

Kulihat ke asal suara, rasanya jantungku akan melompat ke luar. Pakaian ini sepertinya aku mengenalnya, dan aku baru sadar setelah mengedarkan pandangan menatap ruangan yang begitu besar bak istana. Apa surga memang semegah ini?

"Lady Greta, apa ada yang sakit?"

Deg. Jantungku kini terasa berhenti berdetak. Apa dia bilang? Greta? Aku? Greta?

Mataku menatap laki-laki berwajah bak dewa Yunani, aku tidak bisa berhenti menatapnya sungguh aku seperti tersihir, dia menatap ku dengan khawatir. Siapa dia?

"Lady Greta. Aku putra Duke Leopold dari Orion meminta maaf karena tak bisa menyelamatkanmu dengan tepat waktu."

Hah?! Aku mohon, siapapun tolong bangunkan aku! Aku tidak bisa hidup dalam dunia novel yang kubaca, apalagi menjadi sang antagonisnya. Siapa bedebah sialan yang mengutukku masuk dalam dunia novel? Aku tidak akan memaafkannya!!

Choose Your Own Storyline [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang