08. Pria Misterius

182 13 0
                                    

"Ampuni aku Lady, aku berjanji tidak akan mengganggu pertunangan kalian, aku tidak berhak mendampingi seorang Lord, aku hanya seorang budak."

"Lepakan kakiku! Kau sudah bebas dan kerjakan saja pekerjaanmu dengan baik," ujar Greta ketus.

Greta kini terlihat benar-benar seperti seorang antagonis. Dia segera meninggalkan Steffi yang masih membungkukkan punggung padanya, malas untuk berlama-lama dan menjadi pusat perhatian orang-orang.

Greta menyered gaunnya ke taman yang ada di dalam kastil, dia berdecih pelan mengingat bagaimana Kael membela dirinya beberapa waktu lalu.

"Aku tidak ingin melihat rakyatku di hukum dengan tidak adil seperti ini. Kita tidak tahu siapa yang meracuni Lady, seharusnya Marquees tidak melakukan hal ceroboh seperti ini," ujar Kael dengan tegas.

"Dan bagiku, kecantikan bukanlah hanya dari luar tetapi dari dalam. Aku ingin Lady Greta bukan hanya cantik dari luar, tapi juga hatinya. Ku rasa kau harus membersihkan hatimu dulu untuk menghilangkan rasa iri dan takut."

Kael mendekat menatap lekat mata Greta. "Kau tau? Meskipun Steffi lebih baik darimu, namun dia tetap hanya seorang pelayan. Meskipun aku mencintainya, namun kau tetap adalah Lady yang akan menemani hariku hingga tua. Maka, aku harap kau tidak melakukan hal aneh lagi yang membuatmu dan orang lain celaka."

Rasanya Greta ingin muntah mendengar perkataan Kael yang panjang itu. Dan sialnya Alexander dan Eliza malah membela Kael karena sikap Greta yang dulu. Sangat menyebalkan!

Meskipun pertunangannya dibatalkan sampai minggu depan, tetap saja bagi Greta neraka itu akan segera sampai padanya, dia tidak bisa lari. Bagaimanapun Kael akan tetap bertunangan dengannya, dan kemungkinan terbesar nanti Steffi akan menjadi selir dari Kael. Tapi, jika Greta pikirkan, untuk apa dia peduli? Lagipula menikmati harta kekayaan saja sudah cukup kan?

Greta segera menggelengkan kepalanya. Tidak! Ini bukan hanya sekedar harta dan menikmati dunia, tapi ini tentang jati dirinya dan masa depan March of Ravenswood.

"Hah, kenapa si Greta itu tidak langsung memberitahuku saja, kalau begini aku kan jadi pusing!" keluhnya dengan tanpa sadar meremas bunga yang ada di taman.

"Kau memang jahat, seperti yang dikatakan orang."

Greta terperanjat, dia segera mengalihkan pandangan pada pria yang tiba-tiba saja datang. Siapa dia? Greta rasa tidak pernah melihatnya dimanapun.

"Kau bahkan membunuh bunga yang tidak bersalah, kurasa kau tidak cocok dengan Lord Kael yang lemah lembut," ujar pria itu lagi.

Greta tidak bisa melihatnya dengan jelas karena wajahnya tertutup tudung jubah hitam yang dipakainya. Namun, mendengar suaranya, Greta tahu bahwa dia adalah seorang pria yang umurnya berada di atasnya, sepertinya lebih tua 3-5 tahun darinya.

"Kau tidak takut?"

"Aku?" Tunjuk Greta pada dirinya sendiri. "Untuk apa?"

Pertanyaan konyol. Memang seharusnya jika seorang putri bertemu dengan orang asing dia sebaiknya segera berteriak atau paling tidak ketakutan. Tapi, berhubung ini adalah Grasia, manusia yang tiba-tiba terdampar di negeri dongeng, jadilah dia tidak peduli.

"Kau memang unik," ujarnya sambil tersenyum di balik jubahnya.

"Unik katamu? Kurasa matamu picek!"

"Maksudmu?" Dia terdengar bingung dengan perkataan Greta.

Greta tersenyum lebar sampai matanya menyipit. "Matamu begitu indah Tuan, kurasa dirimu dianugerahi Dewa karena bisa-bisanya melihat keunikan pada diriku."

"Kau benar, Dewa telah menganugerahkan diriku kekuatan yang begitu dahsyat," ujarnya menyombongkan diri.

Greta mengulas senyum. "Sakarepmu welah."

Daripada meladeni orang asing itu, lebih baik Greta berjalan-jalan menyusuri taman bunga miliknya. Ah, dia jadi semakin betah berada di negeri dongeng ini meskipun beberapa kali nyawanya terancam, tapi tidak apa-apa, nikmati selagi hidup, bukan?

Greta menghela napasnya. Dia pikir pria itu akan pergi, tapi nyatanya dia malah ikut berjalan disampingnya. Dasar jelangkung!

"Kenapa kau tidak takut kepadaku?" tanyanya membuka percakapan.

"Hidupku jauh lebih menakutkan daripada dirimu," balas Greta KW.

Ya, mana mungkin Greta asli berkata demikian. Hidupnya tidak semengerikan Grasia yang hidup sebatang kara. Greta hidup dalam kemewahan dan penuh kasih sayang, sedang Grasia? Dia mencoba bertahan hidup meski tanpa tujuan.

"Kau tidak penasaran siapa diriku?"

"Kau pikir aku perduli?"

"Kau tidak curiga apapun padaku?"

"Diriku lebih patut dicurigai disini. Dan kurasa kau tidak perlu terus mengikutiku seperti anak ayam yang baru menetas mengikuti induknya!" ujar Greta geram, dia menghentikan langkahnya.

Cukup! Ternyata lelah juga ditanyai seperti maling. Ayoklah, Greta hanya ingin menenangkan pikirannya dan mencari jala untuk keluar dari perjodohan konyol yang diatur oleh Duke dan Marquess gila itu.

Dia pikir pria itu akan tersinggung, namun dia malah tertawa mendengar perkataannya. Aneh!

"Sejak kapan Lady Ravenswood belajar bercanda seperti ini? Kurasa racun itu membuat otakmu sedikit bermasalah," ujarnya.

Greta menatapnya curiga. "Bagaimana kau tahu kalau aku baru saja diracuni?"

"Kupikir kau tidak peduli."

"Kau ingin menguji kesabaranku?!" ujar Greta yang kini berkacak pinggang menatapnya galak.

Dia tersenyum samar. "Aku tahu segalanya tentangmu, Greta."

"Oh, ternyata kau hanya penggemarku," ucap Greta asal.

"Apa? Istilah apa itu?"

"Kau kuno, kau tidak akan paham!"

Greta tidak tahu kenapa, tapi dia rasa memiliki keterkaitan dengan pria ini, tapi apa?

"Greta!"

Teriakan itu berhasil membuat keduanya berbalik. Di kejauhan Kael bediri menatap mereka berdua dan terlihat dia berjalan mendekat.

"Ah, Lord Kael, bagaimana aku bisa menjauh dari manusia menyebalkan itu," ucap Greta tanpa sadar.

Pria itu beralih menatap Greta. Tiba-tiba saja dia mendekatkan wajahnya pada Greta yang terdiam. "Kau tidak mencintai Kael?"

"Aku lebih mencintai diriku sendiri," jawab Greta berusaha tenang meskipun jantungnya kini berdegup kencang karena takut.

"Kalau begitu, pergilah bersamaku," katanya lagi.

Greta terdiam beberapa saat, sampai pria itu kembali berkata. "Aku tahu siapa musuh Ravenswood."

Bibirnya mulai ingin melafalkan sumpah serapah namun dengan cepat pria itu menghilang dari pandangannya seperti cahaya. Greta sampai mengelus dadanya karena kaget. Seharusnya dia tidak asing karena di negeri dongeng pasti masih ada kekuatan magic, dan tentunya kekuatan itu diperoleh oleh orang-orang yang istimewa. Lalu Greta? Dia rasa, Greta ini tidak istimewa, selain dari kekayaan ayahnya.

"Greta, siapa yang baru kau temui barusan?" tanya Kael, dia menatap menyelidik pada calon tunangannya.

"Tidak, bukan siapa-siapa," jawab Greta, jujur.

"Kau yakin?" tanya Kael lagi. "Bukan pria yang kau sukai?"

Greta tersenyum, jika saja yang ditanya sekarang adalah Greta asli pastinya dia akan menjawab 'bukan, karena hanya kau lah yang ku sukai'. Huekk..., Greta yang sekarang tidak seperti itu.

"Ya! Aku menemui pria pilihanku, dan dia lebih tampan darimu, juancok!"

Choose Your Own Storyline [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang