04. Duke Morven

238 14 0
                                    

Sementara itu, di kediaman Duke Morven, Draven tengah bersiap untuk menghadapi hari-hari ke depan yang penuh dengan intrik dan politik. Kastil Morven berdiri kokoh di atas bukit, dikelilingi oleh hutan lebat dan tanah subur yang membuat wilayahnya kaya. Namun, kekayaan bukan satu-satunya yang membuat Duke Draven berkuasa—itu juga karena kekejamannya, kekuatan militernya, dan kemampuan untuk menakut-nakuti musuh-musuhnya.

Di ruang takhta pribadinya, Draven duduk di kursi besar yang terbuat dari kayu mahoni yang diukir dengan lambang keluarga Morven: seekor serigala yang mengaum di bawah bulan purnama. Di sebelahnya, berdiri tangan kanannya, Jenderal Verri, pria yang telah bersumpah setia padanya sejak muda.

"Kita telah menaklukkan sebagian besar wilayah Exterm," ujar Draven tanpa memalingkan pandangan dari peta besar yang terbentang di atas meja kayu di depannya. "Tapi masih ada beberapa Count yang belum menyerah sepenuhnya."

Verri mengangguk, menyentuh dagunya yang kasar. "Benar, Tuanku. Tapi menurut laporan terakhir, Count Exterm telah bersedia untuk menyerahkan surat kuasanya. Aku rasa ancaman Anda mengenai pemungutan liar sudah cukup untuk menggoyahkan keberanian mereka."

Draven tersenyum tipis. "Bagus. Biarkan mereka tahu bahwa aku tidak akan mentolerir kesalahan sedikit pun. Setiap upaya melawan Morven akan dihancurkan, tidak peduli seberapa kecil."

"Lalu bagaimana tentang rumor para bangsawan yang mencoba membentuk aliansi untuk melawan Anda?" tanya Verrar.

Draven berdiri, berjalan ke jendela besar yang menghadap ke wilayah kekuasaannya. Di kejauhan, dia bisa melihat desa-desa kecil yang menjadi bagian dari tanahnya. Dia menatap dengan dingin, seakan bisa merasakan setiap getaran ketakutan dari rakyatnya.

"Aliansi?" Draven tertawa kecil, nada suaranya penuh ejekan. "Bangsawan pengecut itu tidak akan berani bergerak tanpa terlebih dahulu memastikan mereka aman. Mereka tahu apa yang akan terjadi jika mereka menentangku. Mereka tahu bagaimana nasib para pemberontak yang berani mengacungkan senjata kepada Morven."

"Namun, kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan itu," lanjut Verri. "Beberapa bangsawan yang lebih kecil mungkin terhasut oleh rumor bahwa kekuatan Anda mulai melemah."

Draven menyipitkan matanya, memikirkan kata-kata Verri. "Aku tidak pernah melemah, Verri. Justru aku semakin kuat setiap harinya. Mereka yang berpikir sebaliknya hanya membodohi diri mereka sendiri."

"Mereka menganggap kedudukan Anda sebagai duke akan semakin lemah karena kursi duchess masih belum terisi, Tuan."

"Apakah dengan kehadiran seorang duchess akan membuatku lebih kuat?"

Verri mengangguk. "Benar Tuan, karena bagi mereka, wilayah tanpa seorang ratu hanya seperti gundukan pasir yang bisa hancur jika disentuh."

"Omong kosong!" Dia berbalik menghadap Verri, dengan tatapan penuh tekad. "Kirim pesan kepada semua bangsawan di sekitar wilayah Morven. Katakan bahwa aku akan mengadakan pertemuan besar di Kastil Morven dalam dua minggu. Jika ada yang tidak hadir, anggap saja mereka telah memilih untuk melawan."

"Lalu jika ada yang hadir dengan niat buruk?" tanya Verri, sudut bibirnya terangkat sedikit, seolah menikmati pemikiran tentang kekerasan yang mungkin terjadi.

Draven tersenyum dingin. "Maka mereka akan merasakan betapa bodohnya keputusan mereka."

Verrar mengangguk dan segera pergi untuk melaksanakan perintah Duke Draven, meninggalkan sang Duke sendirian di ruangan itu.

Draven kembali ke kursinya, menatap lagi peta wilayah-wilayah yang sudah ditaklukkan. Dia tahu bahwa kekuasaan bukanlah sesuatu yang statis—itu adalah sesuatu yang harus diperjuangkan setiap hari. Pengkhianatan, aliansi, dan perang selalu mengintai, tetapi Draven tidak pernah takut. Dia telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bangsawan terkuat di tanah ini, dan dia akan terus mempertahankan posisi itu.

Namun, di balik kekuatan dan kekejamannya, ada sesuatu yang selalu menghantui Draven—sesuatu yang tidak bisa ia akui pada siapapun. Bayang-bayang masa lalunya, masa di mana ia tidak lebih dari seorang anak yang kehilangan segalanya karena ambisi bangsawan lain. Dan itu adalah alasan mengapa Draven begitu haus akan kekuasaan. Ia tidak akan pernah membiarkan dirinya menjadi lemah lagi.

Saat matahari terbenam, cahayanya menyinari wajah Draven dengan warna merah darah, seakan mencerminkan nasib mereka yang berani menantangnya.

"Jadi, untuk memegang kendali beberapa wilayah yang masih menentangku, aku membutuhkan seorang duchess?" gumamnya.

****

Saat Draven duduk di ruang kerjanya, seorang pelayan masuk dengan tergesa-gesa, membungkuk dalam sebelum menyerahkan sepucuk surat dengan segel kerajaan yang ia kenali dengan baik. Lambang serigala Orion terpampang jelas di lilin segel merah.

"Surat dari Duke Leopold of Orion, Tuanku," ujar pelayan itu, suaranya sedikit gemetar di bawah tatapan tajam Draven.

Draven mengambil surat itu dengan sedikit kerutan di dahinya. Ayahnya jarang sekali menghubunginya, apalagi setelah Draven mendirikan wilayahnya sendiri dan menjadi Duke Morven. Meskipun masih muda, Draven sudah dikenal luas karena kekejaman dan kekuatannya, namun sangat sedikit yang tahu bahwa dia adalah putra Duke Leopold of Orion—hubungan darah yang sengaja disembunyikan oleh keluarganya untuk melindungi posisinya. Dari usia muda, Draven dididik untuk mandiri, hidup di tengah medan perang, dan tidak pernah bergantung pada keluarganya. Itulah yang membentuknya menjadi Duke yang tangguh dan berdarah dingin saat ini.

Dengan alis terangkat, Draven membuka surat itu dan mulai membacanya. Tulisannya tegas dan lugas, persis seperti ayahnya.

---

Draven, Putraku,

Aku berharap surat ini sampai di tanganmu dalam keadaan sehat dan penuh kemenangan, seperti biasanya. Aku mendengar kabar mengenai pencapaian-pencapaianmu di wilayah Morven. Tampaknya didikanku tidak sia-sia, kau membuktikan dirimu sebagai pemimpin sejati.

Namun, ada urusan keluarga yang harus kubicarakan denganmu. Adikmu, Kael, telah diputuskan untuk bertunangan dengan Lady Greta Ravenswood, putri dari Marquess Alexander. Pertunangan ini adalah hasil dari aliansi politik yang telah lama kurencanakan untuk memperkuat posisi kita di antara bangsawan lainnya. Perkawinan ini akan menguntungkan keluarga kita dan membuka pintu bagi pengaruh yang lebih besar di seluruh wilayah.

Aku yakin kau memahami pentingnya ini, dan aku memintamu untuk tidak mencampuri urusan ini. Kau punya tanggung jawab besar sebagai Duke Morven, dan aku berharap kau tetap fokus pada tugasmu di sana. Kael mungkin membutuhkan sedikit bimbingan dalam hal ini, tapi aku yakin dia bisa menjalankan perannya dengan baik.

Aku akan menunggu kabar baik dari kedua belah pihak. Jangan sampai ketegangan antara wilayah kita membuat urusan ini lebih sulit dari yang seharusnya.

Duke Leopold of Orion

---

Draven menghela napas panjang setelah selesai membaca. Dia segera meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah, lantas dia tertawa pelan. Ayahnya tampak begitu ambisius untuk memperluas wilayahnya dengan menyatukan wilayah Ravenswoord yang begitu kaya dengan wilayah Orion.

Menurut surat, Duke Leopold tidak menginginkan kehadirannya, namun Draven adalah tipe manusia yang akan melawan aturan. Itu artinya, Draven harus datang ke acara pertunangan adiknya dan menghancurkan acaranya bukan?

"Lihat apa hadiah pertunangan yang aku persiapkan untukmu, adikku."

Choose Your Own Storyline [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang