06. Meja Makan

185 14 0
                                    

Greta tersenyum tipis ketika melihat pemandangan meja makan yang penuh dengan makanan, juga dengan keluarga yang lengkap. Dia jadi membayangkan betapa bahagianya jika di dunia sebelumnya ibunya masih hidup, mungkin seperti inilah gambaran keluarga harmonis Grasia.

Meski perutnya lapar, Greta berusaha untuk memasukkan makanan sedikit demi sedikit. Walaupun dulu bukan anak konglomerat, dia tahu sedikit-sedikit tentang tatakrama kerajaan berkat buku yang dia baca. Maka dari itu dia mencoba untuk tetap terlihat seperti seorang putri dari Marquess demi kehormatan Greta yang asli.

"Greta, kau tidak menyukai makananmu?"

Pertanyaan Alexander membuatnya mendongak menatapnya. "Tidak Ayah, aku sangat menyukainya, ini sangat enak," balasnya.

"Biasanya mulutmu akan penuh dengan makanan, tapi sekarang, tumben sekali kau bersikap anggun," celetuk Eliza.

"Hei, dia sebentar lagi akan menjadi seorang duchess, makanya dia belajar untuk menjadi gadis yang anggun," tambah Alexander membuat Greta membulatkan matanya.

Bagaimana mungkin Greta yang lemah lembut dan terlihat anggun di novel memiliki sikap rakus seperti dirinya di dunia sebelumnya? Apa dia salah menangkap maksud dari buku bacaannya?

"Greta, kami hanya bercanda," ujar Eliza sembari terkekeh pelan. "Kau akan tetap terlihat cantik meski tanpa bersikap anggun, jangan berubah untuk hal yang tidak kau suka, Sayang."

Mendengar penuturan Eliza, segera dia mengambil beberapa lauk lagi dan dengan lahap memasukkannya ke dalam mulut. Tidak peduli dengan tatapan para pelayan padanya, perutnya lebih penting sekarang.

"Nona, apakah anda ingin makanan penutup?" tawar Steffi yang setia berdiri di sampingnya.

Greta hanya mengangguk sebagai balasan karena mulutnya kini sedang digunakan untuk mengunyah makanan yang penuh dalam mulutnya. Steffi mengangguk kemudian pergi menuju dapur untuk mengambil makanan penutup.

"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang mengambilnya darimu," kata Eliza sambil tertawa pelan.

Keluarga Alexander memang sangat hangat, tanpa kecanggungan di antara mereka. Mereka lebih seperti keluarga biasa daripada bangsawan, mungkin karena itulah kepribadian Greta yang baik hati terbentuk.

"Lord Kael of Orion memasuki ruangan!" seru seorang pengawal dengan tenang namun tegas, membuat semua orang di meja makan berhenti sejenak dan bangkit untuk menghormat. Semua, kecuali Greta yang masih sibuk dengan sarapannya.

"Greta! Berdiri dan beri hormat kepada Lord Orion," tegur Alexander dengan suara tegas.

Namun, Greta tetap asyik makan tanpa memperhatikan kehadiran Kael."Greta–"

"Tidak masalah, Marquess Ravenswood," potong Kael dengan cepat. "Tidak apa-apa jika calon istriku tidak memberikan hormat. Aku tidak tersinggung."

Greta hampir tersedak mendengar kata 'calon istri.' Rasanya ingin berteriak, siapa juga yang mau jadi istrimu, Kael!

"Terima kasih atas kerendahan hati Anda, Lord Orion," ucap Eliza penuh hormat.

"Jangan terlalu formal padaku. Sebentar lagi aku akan menjadi menantu kalian, bukan? Perlakukan aku seperti putra kalian sendiri."

Inilah salah satu alasan Alexander ingin menjodohkan Kael dengan Greta. Dalam buku, Kael digambarkan sebagai pria yang lembut dan rendah hati, dan Alexander sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Setidaknya, itu yang diingat Grasia dari bukunya.

Steffi kembali dengan hidangan penutup yang diminta Greta. Dia melirik sekilas ke arah Kael dengan perasaan yang campur aduk. "Seharusnya aku yang duduk di sampingmu, Kael," batinnya.

Choose Your Own Storyline [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang