0.5

635 45 1
                                    

Waktu istirahat makan siang akan segera datang. Dan Heeseung sudah menyelesaikan pekerjaannya untuk siang ini.

Heeseung pun memutuskan untuk mengambil Hoon yang masih dia titipkan di Jungwon. Namun betapa terkejutnya Heeseung ketika Hoon tengah bermain dengan Jake.

"Jake?"

Jake yang merasa terpanggil pun mendongak melihat siapa yang memanggilnya. Dan dia menemukan Heeseung yang tengah berdiri di sebelahnya.

Tapi bukannya membalas sapaan dari Heeseung tersebut. Jake kembali memalingkan atensinya kepada Hoon.

"Tak pernah aku sangka kau adalah seorang penyayang binatang." gumam Jake yang merupakan fakta.

Selama mereka menjalin hubungan, Jake tak pernah sama sekali melihat Heeseung menunjukan ketertarikannya kepada hewan peliharaan.

Heeseung terkekeh dengan ucapan Jake tersebut, "Nah, aku hanya ingin merawatnya saja, aku menemukannya di jalan beberapa hari lalu." jelasnya.

Jake pun mengangkat Hoon kedalam gendongannya, "Siapa namanya?" tanyanya menatap Heeseung.

"Hoon." jawab Heeseung singkat, "Oh ya, dimana Jungwon?" tanyanya mengalihkan.

Jake menggeleng, "Entahlah, dia bilang dia ada sedikit urusan, jadi dia menitipkan Hoon kepadaku, kau sendiri ingin mengambilnya?" tanya balik Jake.

Heeseung mengangguk, "Aku akan mengajaknya makan siang." balasnya singkat.

Dan tanpa berkata apapun lagi, Jake segera menyerahkan Hoon ke pemiliknya, "Good boy, let's meet another time, okay?" ucapnya kepada Hoon, yang hanya dingeongi oleh Hoon.

"Oh ya kak Hee, aku hanya ingin memberitahumu kalau aku mungkin akan pergi ke apartemenmu untuk mengambil barang-barangku yang masih ada disana." ungkap Jake.

"Okay, aku tak mengubah sandi pintuku." tenang Heeseung kepada Jake.

Dan setelah Jake rasa dirinya sudah tak memiliki urusan disana. Pria itupun langsung berlalu dari ruangan sekertaris. Meninggalkan Heeseung dan Hoon berdua.

Heeseung pun mengalihkan atensinya kepada Hoon, "Hoon, kau ingin ikut makan siang dengaku di restoran atau pergi ke rumah saja dan makan dengan makanan kucingmu?" tanyanya.

Kucing abu-abu itu hanya mengeong. Heeseung terkekeh dan melanjutkan langkahnya untuk pergi menuju mobilnya di parkiran.

Di dalam mobil Heeseung membiarkan Hoon di seat penumpang. Dia mengambil sepasang pakaian yang dibawanya tadi dan meletakkannya di sebelah Hoon.

"Baiklah, kau bisa memutuskannya sekarang, ketuk kacanya jika kau sudah selesai berpakaian." pinta Heeseung lalu keluar dari dalam mobil.

Bukannya apa, Heeseung ingin Hoon berubah wujud di mobil adalah untuk menghindari kecurigaan. Bisa-bisa dirinya akan menjadi omongan staff kantor karena dirinya yang muncul dengan pria asing dari dalam ruangannya.

Sepuluh menit berlalu, dan akhirnya Heeseung mendengar suara ketukan kaca dari dalam mobil. Dilihatnya Hoon yang sudah dalam bentuk manusianya.

"Ayo pergi!"

•••

Siang ini, Heeseung memilih untuk pergi ke restoran klasik yang dulu dia sering sekali kesini bersama dengan kedua orang tuanya ketika masih kecil.

Heeseung ingin secara tak langsung memberi tahu Hoon bagiamana seleranya mengenai makanan. Yang anehnya, secara tak sengaja Hoon juga memiliki selera yang sama dengan dirinya.

Mereka berdua sama-sama menyukai hal-hal yang klasik. Heeseung sedikit bersyukur karena hal itu. Dia jadi tak perlu terlalu pusing memikirkan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh Hoon.

"Ayo masuk!" ajak Heeseung kepada Hoon untuk masuk ke dalam restoran.

Hoon pun dengan cepat mengikuti Heeseung yang berjalan terlebih dahulu dari belakang. Pria itu lalu membawa dirinya duduk di meja yang berada di pojok restoran.

Pelayanan pun langsung menghampiri Heeseung dan Hoon ketika mereka sudah duduk, "Selamat siang, bisakah saya mencatat pesanan anda?" tanyanya.

Heeseung membuka buku menu di depannya begitu juga dengan Hoon, "Hoon kau ingin makan apa?" tanya Heeseung pada Hoon.

Hoon terlihat berpikir sebelum menjawab, "Sepertinya aku ingin pasta saja, dan juga segelas wine."

Heeseung mengangguk dan menutup buku menunya, "Aku ingin dua, dan juga sebotol wine." ujarnya kepada pelayan.

Pelayanan itu hanya tersenyum dan membungkukkan badannya sebelum pergi dari hadapan Heeseung dan Hoon.

"Tempat yang bagus, Seung." puji Hoon melihat interior ruangan restoran klasik tersebut.

"Ayah dan ibuku dulu sering mengajakku kesini, sampai-sampai, kami saja mengenal pemilik restoran ini." ujar Heeseung dengan bangga.

Mengetahui Heeseung tahu akan siapa pemilik restoran bagus ini, mata Hoon langsung terpecik dengan rasa penasarannya, "Siapa memang pemiliknya?" tanyanya.

Namun baru saja Heeseung ingin menjawab pertanyaan Hoon itu. Matanya lebih dahulu menangkap seseorang yang tak asing, dan ia adalah pemilik dari restoran ini sendiri.

"Tuan Park!" panggilannya kepada pria paruh baya tersebut.

Pria paruh baya tersebut lantas membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Dan tersenyum begitu melihat Heeseung di pojok restoran.

"Ohh.. tuan Lee, senang sekali bertemu denganmu siang ini." ujar pria tersebut sumringah melihat Heeseung.

"Panggil saja Heeseung tuan Park." pinta Heeseung supaya tuan Park dan dirinya lebih nyaman dalam percakapannya.

"Oh ya tuan Park, perkenalkan temanku Hoon, dia sangat ingin bertemu dengan pemilik restoran terbaik ini." ungkap Heeseung menunjuk kepada Hoon yang ada di seberangnya.

Tuan Park terkekeh mendengar pujian Heeseung tersebut. Sebelum mengalihkan atensinya kepada pria lain yang duduk di meja yang sama dengan Heeseung.

Namun bukannya menyapa Hoon, tuan Park malah terdiam cukup lama ketika melihat Hoon. Yang tentu saja membuat Hoon bingung, karena mendapatkan tatapan yang dalam daripada tuan Park.

"Tuan Park?" panggilannya kepada tuan Park yang langsung membuat pria paruh baya itu terbangun dari diamnya.

"Maafkan saya, perkenalkan Tuan Park Taesan." tuan Park menjulurkan tangannya untuk dijabat oleh Hoon.

Hoon pun menjabat tangan tuan Park dan tersenyum, "Hoon." ucapnya memperkenalkan dirinya.

Tuan Park membalas senyuman Hoon, "Kau tau, kau mengingatkanku pada seseorang." gumam tuan Park memperhatikan setiap detail dari wajah tampan Hoon.

Hoon hanya terkekeh mendengar perkataan tuan Park itu. Tuan Park yang tak ingin merasa tak sopan pun lantas memalingkan pandangannya dari Hoon tak lama kemudian.

"Well, selamat menikmati makan siang kalian, aku harus mengurus sesuatu di dapur. " pamit tuan Park lantas berlalu pergi meninggalkan meja Heeseung dan Hoon.







Merah, darah itu mengalir kemana. Tubuhku mati rasa. Kumohon siapapun tolong aku...

"Kak Sunghoon, bertahanlah kak!"


TBC.
Don't forget to vote and comment!

Blessed-Cursed | HeeHoon ✓Where stories live. Discover now