Chapter 68

30 2 0
                                    

"Adekk"pekik gus fathi ketika masuk ke dalam ruangan.

"Akhirnya kamu sadar, mas kangen banget sama adek"ujarnya yang langsung memeluk sang istri dan menciumi seluruh wajah aisyah tanpa melihat sekeliling.

Aisyah terkejut ketika melihat suaminya tiba tiba datang, dan memeluknya sampai menciumnya di depan keluarganya. Ia hanya menghela nafas serta menahan malu karena ulah suaminya, dan gus fathi tidak melepaskan pelukan itu sehingga suara deheman menyadarkannya.

"Ekhem"deheman sang ayah membuat gus fathi mengedarkan pandangan, dan ia kaget ternyata keluarganya dan keluarga aisyah tengah berkumpul di sofa.

Ia segera melepaskan pelukan tersebut, dan ketika itu dia sama sekali tidak melihat sekeliling karena pokusnya hanya sang istri. Gus fathi cengengesan sambil mengaruk telinganya yang tidak gatal karena malu.

"Baru sadar kami ada di sini heh"sinis ning putri kepada abangnya itu.

"Maklum dek abangmu kan bucin. Sampai tidak tau ada kita di sini"ledek sang umi.

Gus fathi terkekeh pelan, sedangkan wajah aisyah memerah tengah menahan malu karena kejadian kepergok tadi, dan gus fathi segera menyalami tangan orang tua di sana.

Fallsback off

Ketika mendapat kabar sang istri sudah sadar. Gus fathi yang kala itu sedang ada di masjid yang mana jarak tempuhnya satu jam, bergegas pulang dan kembali ke rumah sakit. Ia sampai tergesa gesa ingin segera sampai hingga ada kejadian kepergok keluarga besarnya, saking sudah bucin kepada istrinya.

Fallsback on

Setelah menyalami para orang tua di sana, gus fathi duduk di antara mereka. Ayah aisyah memberikan kode lewat tatapan mata dan gus fathi yang cukup peka pun menyadari hal itu dan menganggukan kepala.

"Abang keluar dulu sebentar ya. Ada yang ingin abang ambil di mobil"ujarnya.

Mereka semua menganggukan kepala dan ia tak lupa pamit ke aisyah sebentar, yang mana sang istri tengah di suapi makan oleh sang bunda. Setelah dapat ijin dari aisyah, gus fathi keluar ruangan dan tak lama setelahnya ayah aisyah pun pamit ingin menerima telepon sebentar.

"Gimana kabarmu nak?"Tanya ayah aisyah yang ikut duduk di sebelahnya.

Ya mereka berdua beralasan ingin keluar, karena ada hal yang ingin di bicarakan dan mereka kini ada di satu bangku yang sama.

"Baik ayah, ayah gimana kabarnya?"Tanya gus fathi.

"Kamu pasti liat sendiri kondisi ayah sekarang gimana nak. Jika ayah berkata baik baik saja, tapi nyatanya hati ayah sakit mendengar kabar anak perempuan ayah yang sekarang sedang di timpa penyakit berbahaya. Apa bisa di katakan baik baik saja keadaan ayah sekarang? Kamu pasti merasakan hal itu kan?"ujarnya yang menatap lurus melihat sekiling rumah sakit ini.

"Ayah benar, tidak ada yang baik baik saja setelah mendengar kondisi aisyah. Bahkan saya sendiri pun seketika merasa sakit, dunia saya seakan runtuh. Apalagi ketika mendengar penjelasan dokter waktu itu mengenai umurnya yang----"ujarnya yang tiba tiba merasa kelu untuk kembali berbicara, dan merasakan dadanya tiba tiba sesak mengingat perkataan dokter.

"Ayah sudah tidak sanggup jika waktu itu tiba. Ayah sudah berusaha mencari pendonor tulang sumsum yang cocok, tapi sampai sekarang belum ada. Ayah harap sekarang kita berdoa terus untuk kesembuhan aisyah dan semoga ada keajaiban untuknya, ayah mohon temani dia dalam masa terpuruknya sekarang ya nak. Dan buat dia bahagia sebelum waktu itu tiba nantinya"tangisnya yang sama merasakan sesak ketika mengatakan itu.

"Ayah jangan berbicara seperti itu, saya yakin aisyah akan sembuh. Saya akan menjaganya dan berusaha membuatnya sembuh kembali!"tegasnya yang tak suka dengan perkataan sang ayah mertua. Perkataan itu seakan membuatnya semakin takut akan kehilangan sang istri. Ah tidak, ia tidak mau hal itu terjadi, dia bertekad akan berusaha sebisa mungkin membuat istrinya sembuh.

"Semoga ya nak, kita tidak pernah tau takdir itu akan seperti apa nantinya. Ayah berharap aisyah segera sembuh secepatnya"ujarnya yang sudah lega mengeluarkan ketakutannya kepada menantunya itu.

Perbincangan singkat mereka selesai, dan mereka berdya kembali ke dalam dengan ekpresi wajah yang sebisa mungkin tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka duduk kembali di sofa, yang mana aisyah masih istirahat di brankar di temani sang bunda.

Keluarga inti Al Muftar hadir semua di dalam ruangan itu, serta ada masny salah satunya. Dan mereka memulai perbincangan dengan obrolan yang lain, yang tidak menyangkut keadaan aisyah. Karena jika menyangkut hal itu, mereka akan merasakan sakit yang masih terasa sesak di dada masing masing.

Ujian Aisyah[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang