18th of June, 2024
Menjadi dewasa itu sangat melelahkan. Dia merindukan masa kecilnya, yang mungkin permasalahan di hidup gadis itu hanya tentang tugas sekolah dan berebut mainan dengan saudaranya.
Sekarang, bahkan ia tak bisa menghitung sudah berapa banyak masalah yang dilalui. Terkadang dia berpikir, mereka yang meninggal terlebih dahulu sangat beruntung.
Mereka tak akan merasakan bagaimana lelah melingkupi hari-harinya. Membuat gadis itu terkadang menangis sendirian karena merasa tak bisa melalui masalahnya.
Menjadi seorang penulis lagu awalnya Chaeyoung pikir adalah keputusan terbaik untuk hidupnya. Memilih tidak melanjutkan pendidikan, dia bergabung pada sebuah agensi dan menulis banyak lagu untuk artis yang bernaung disana.
Tapi dunia kerja tidak seindah bayangannya. Tidak jarang dia harus menghadapi berbagai masalah. Seperti hari ini, ketika lagu salah satu group idol agensinya dinilai memplagiat musik dari negara lain.
Chaeyoung benar-benar dibuat sakit kepala dengan itu. Dia bahkan tak pernah mendengarkan lagu yang dituduhkan. Lalu bagaimana bisa Chaeyoung meniru lagu itu?
Katakan saja jika Chaeyoung belum bisa menjadi dewasa. Kenyataannya memang begitu. Dibandingkan ikut menyelesaikan masalah bersama agensinya, Chaeyoung memilih pulang tanpa pamit.
Kepalanya sudah ingin meledak dengan masalah itu. Ia tak mau semakin merasa tertekan. Biarlah ia di pandang tidak peduli. Mereka tak akan bisa menendangnya begitu saja. Karena Chaeyoung tahu, lagu-lagunya masih sangat dibutuhkan disana.
Mobil Hyundai Elantra N berwarna baby blue itu seketika berhenti mendadak karena Chaeyoung yang tak memperhatikan sekitar, serta sosok itu yang tiba-tiba berada di depannya.
Beberapa langkah lagi ia sampai di garasi rumahnya, namun ada saja hal yang membuat Chaeyoung kesal. Apakah hari ini adalah hari sialnya?
Membuka pintu mobil itu, Chaeyoung dengan wajah memerah mendatangi sosok yang berdiri di depan mobilnya sembari menggendong seekor kucing.
"Kau tidak punya mata? Kenapa tiba-tiba melompat ke depan mobilku? Atau kau sengaja agar aku disalahkan jika kau terluka?" Karena kepalanya yang terlalu penuh dengan masalah, emosinya sangat tidak stabil. Ia benar-benar marah karena hampir melukai orang itu.
"Maaf, Chaeyoung-ah. Leo tiba-tiba berlari kesini dan aku spontan menangkapnya. Jika dia terluka, Lisa pasti akan memarahiku."
Chaeyoung memandang kucing jantan yang menjadi alasan keduanya berdebat. Kucing kesayangan adik kembarnya itu memang terlalu lincah dan tidak bisa diam. Sangat mirip dengan pemiliknya.
"Suruh Lisa pulang dan mengurus sendiri kucing menyebalkan itu. Kenapa dia sering sekali meninggalkan makhluk nakal ini sendirian." Chaeyoung mendesis, lalu hendak pergi dari sana. Dia sangat lelah dan segera ingin memasuki kamar. Tapi Jang Jisoo menahan lengannya.
"Kau tampak lelah. Mau Unnie buatkan minuman hangat?" Dengan lembutnya dia menawarkan sesuatu untuk meredakan sedikit rasa lelah adiknya.
"Kau pikir aku sudi?" Pertanyaan itu membuat bibir Jisoo mengatup.
Padahal, dia sudah sering mendengar Chaeyoung mengatakan hal kasar padanya. Namun ketika menerimanya, Jisoo selalu merasa tersakiti.
Melihat keterdiaman Jisoo, gadis blonde itu memilih benar-benar pergi dari sana. Membiarkan mobilnya berada di tengah jalan. Karena pasti sebentar lagi akan ada penjaga yang memasukkannya ke dalam garasi. Jadi, Chaeyoung tidak terlalu memusingkan kendaraan itu.
Memasuki kamarnya, Chaeyoung langsung merebahkan diri di atas ranjang dengan pakaian yang masih lengkap.
Baru saja hendak memejamkan mata, ponselnya berdering sekali. Menandakan ada sebuah notifikasi masuk. Lalu ketika membukanya, notifikasi itu berasal dari Email.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
FanfictionBayangannya tidak bisa digapai, sekalipun dikejar. Tapi bayangan itu selalu mengikuti, kemana pun langkahnya pergi. Seandainya, bayangan itu bisa digenggam akan terasa lebih baik.