1st of June, 2022
Jika seseorang memintanya untuk mendefinisikan adik yang sempurna, Jisoo mungkin tanpa ragu akan menunjuk Lisa. Bahkan setiap saat Jisoo selalu merasa bersyukur Liaa telah lahir ke dunia ini.
Melihat adiknya kini tumbuh dewasa, Jisoo merasa senang. Namun tak bisa dipungkiri, jika ia pun merasa sangat menyayangkan itu. Andai boleh, ia ingin Lisa tetap menjadi adik kecilnya.
Dimana Lisa tak memiliki banyak kegiatan di luar rumah, dan Jisoo bisa kapan saja melihat senyuman itu. Namun sejak Lisa memasuki Senior High School, dia sudah mulai kehilangan waktu bersama Lisa. Terlebih sekarang, ketika Lisa sudah sibuk bekerja.
Walau begitu, Lisa tak pernah melupakannya. Jika pulang, ia akan menemui Jisoo terlebih dahulu. Menceritakan pengalamannya bepergian dengan riang.
Siang ini, Jisoo berada di meja pantry. Memperhatikan Lisa yang sedang membuat mahakaryanya di dapur hingga menyebabkan tempat itu seperti terkena ledakan bom.
Sejak beberapa bulan belakangan, adiknya itu gemar membuat brownies. Ketika Jisoo bilang menyukainya, Lisa terus membuatkan kue itu untuk Jisoo.
"Tada! Sudah jadi, Unnie." Dengan wajah yang penuh tepung, Lisa tersenyum sembari menghidangkan brownies cokelat karyanya.
Dengan tak sabaran, Jisoo mengambilnya satu potong dan memakannya. Gadis itu mengangguk seakan makanan itu sangat enak.
"Apakah seenak itu? Aku ingin mencoba---"
"Aniya! Tidak boleh. Ini milikku dan hanya aku yang akan menghabiskannya. Aku tak rela membaginya dengan siapa pun." Ini pun adalah kebiasaan Jisoo ketika Lisa hendak mencoba brownies buatannya sendiri.
Jisoo selalu memarahinya karena ingin menghabiskan kue itu sendiri. Lisa tentu berpikir jika browniesnya sangat enak dan berakhir tersenyum bahagia.
"Dia membuat brownies lagi?" Suara itu berasal dari Chaeyoung yang tampak baru pulang bekerja.
Tanpa izin, dia mengambil satu potong dan memakannya begitu saja. Membuat Jisoo terkejut karena pergerakan Chaeyoung sangat cepat.
"Ya! Lisa! Kau sebut ini makanan? Kau bisa membunuh Jisoo Unnie jika membuatkannya terus menerus." Dua orang yang ada disana merespon ucapan Chaeyoung dengan keterkejutan.
Lisa terkejut karena ternyata selama ini Jisoo membohonginya dengan mengatakan brownies buatannya enak. Dan Jisoo yang kaget karena untuk pertama kali, Chaeyoung menganggilnya Unnie tanpa paksaan siapa pun.
"Benarkah?" Lisa segera mengambil satu potong browniesnya dan menggigit kue itu.
Mengerutkan dahi, Lisa segera mencari tissue dan mengeluarkan kembali potongan kue yang sudah ia gigit. Rasanya benar-benar buruk. Bagaimana Jisoo bisa menyukai makanan seperti ini?
"Unnie, ini tidak baik untuk dimakan. Aku akan membuangnya---"
"Aniya. Aku menyukainya, jadi aku akan menghabiskannya." Dengan cepat Jisoo menahan tangan Lisa yang hendak merampas brownies itu.
"Umurmu akan lebih pendek jika memakan itu. Jadi buang saja." Kali ini Jennie ikut muncul disana.
Gadis berpipi mandu itu menggeleng pelan melihat betapa kacaunya dapur karena ulah Lisa. Memang seharusnya Lisa tidak boleh menyentuh tempat itu jika mereka ingin aman.
Situasi ini memang tampak biasa saja. Namun bagi Lisa berkumpulnya mereka seperti sekarang adalah hal berharga. Terlebih melihat Jennie dan Chaeyoung yang mengajak Jisoo bicara, adalah salah satu impian Lisa sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
FanfictionBayangannya tidak bisa digapai, sekalipun dikejar. Tapi bayangan itu selalu mengikuti, kemana pun langkahnya pergi. Seandainya, bayangan itu bisa digenggam akan terasa lebih baik.