13rd of July, 2022
Siang itu, Jisoo baru saja menyelesaikan urusannya dengan pihak penerbit untuk tulisannya. Ini masih jam makan siang, jadi ia menghubungi Lisa untuk menemaninya.
Karena lokasi Lisa yang tidak jauh dari restaurant itu, sang adik tiba tak lama setelah Jisoo memintanya datang. Dengan senyuman, dia menghampiri Jisoo dan memberikannya kecupan di hidung.
"Ya! Disini banyak orang, Lisa-ya." Jisoo memprotes tindakan Lisa yang pasti mampu menarik perhatian sebagian orang itu.
"Memangnya kenapa? Kau kan kakakku." Gadis dengan hoodie abu-abu dan topi hijaunya itu mengedikkan bahunya tanda tidak peduli.
Dia tampak sumringah melihat meja yang sudah dipenuhi makanan. Jisoo memang sangat mengerti Lisa. Kakaknya itu tahu makanan yang ingin Lisa makan tanpa harus diberitahu.
Melihat Lisa yang mulai lahap dengan makanannya, Jisoo memilih mengabaikan makanannya sendiri. Ia menopang dagunya dengan kedua tangan. Terus memandangi wajah yang hanya bisa ia lihat sebentar belakangan ini.
"Kau tampak sibuk belakangan ini. Aku tidak yakin jika besok kau ada waktu untukku." Mendengar suara Jisoo yang terdengar kesal, Lisa menggulum bibirnya menahan senyuman.
Beberapa hari ini Lisa memang selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Hal itu ia lakukan karena sedang sibuk mengurus pameran yang akan di adakan besok. Pameran yang ia persembahkan untuk ulang tahun Jisoo.
Tidak masalah jika kakaknya itu merajuk sekarang. Asalkan, besok ia harus melihat wajah bahagia Jisoo ketika menerima hadiah darinya.
Menyudahi makannya, Lisa meraih kedua tangan Jisoo dan mengusapnya. Gadis berponi itu mulai tersenyum jahil pada kakaknya.
"Mungkin. Karena aku baru bisa menemuimu di sore hari."Jisoo mendengus. Apakah adiknya ini sedang bercanda? Besok adalah ulang tahunnya. Jisoo bahkan tak masalah jika semua orang mengabaikan hari esok. Asalkan itu bukan Lisa.
"Kau benar-benar keterlaluan--- Uhuk!" Jisoo menarik tangannya dari genggaman Lisa ketika merasa tenggorokannya sangat gatal.
"Batukmu belum sembuh, Unnie?" Lisa bertanya dengan khawatir.
Beberapa minggu belakangan memang ia sering mendapati Jisoo terbatuk seperti saat ini. Lisa sudah berulang kali meminta Jisoo untuk memeriksanya. Namun sang kakak selalu keras kepala dan terus bicara bahwa itu batuk biasa.
"Uhuk! Uhuk!" Batuk itu semakin menjadi.
Lisa bisa melihat jika kini wajah kakaknya mulai memerah. Sampai Lisa tak tahan dan ingin beranjak dari duduknya untuk menghampiri Jisoo, namun niat itu dia urungkan ketika Jisoo mulai menurunkan tangannya.
Tubuh Lisa maupun Jisoo menegang, melihat bercak darah terdapat pada telapak tangan Jisoo saat ini. Berusaha mengapaikan jantungnya yang berdetak lebih kencang karena merasa sangat takut, Lisa kini benar-benar beranjak.
Dia berdiri di samping Jisoo. Menghapus jejak dari di telapak tangan dan sekitar bibir kakaknya. Lalu mulai menarik lengan itu dengan pelan.
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit."
Selama mereka hidup bersama, bahkan saat Lisa masih kecil. Tatapan itu selalu hadir ketika bersama Jisoo. Tatapan dengan rasa takut yang terlihat jelas. Dibandingkan dirinya, Lisa terlihat lebih ketakutan akan kondisinya.
Terkadang Jisoo berpikir, kapan Lisa bisa hidup tanpa bayang-bayang rasa takut itu? Apakah ketika ia sudah tak ada di sisi Lisa? Apakah seperti itu akan lebih baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
FanfictionBayangannya tidak bisa digapai, sekalipun dikejar. Tapi bayangan itu selalu mengikuti, kemana pun langkahnya pergi. Seandainya, bayangan itu bisa digenggam akan terasa lebih baik.