2nd of June, 2022
Siang itu, Chaeyoung sangat lelah setelah menyelesaikan beberapa lagu. Ketika sampai di rumah, Chaeyoung memilih duduk di sofa ruang tamu sembari memejamkan mata sesaat.
Hampir saja terlelap dalam tidur, kedua mata Chaeyoung seketika terbuka saat merasa seseorang mengecup pipinya cukup lama. Dari aroma yang tercium, Chaeyoung tak bisa menahan senyuman di pipirnya. Terlebih sosok itu memeluk lehernya dengan hangat.
"Bunga apa lagi ini, Lisa-ya?" Chaeyoung bertanya pada Lisa yang tengah menggenggam beberapa tangkai bunga berbentuk lonceng.
"Chaeyoung-ah, terima kasih."
Tidak langsung mendapat jawaban pasti atas pertanyaannya, Chaeyoung dibuat bingung dengan ungkapan terima kasih Lisa. Hari ini mereka belum bertemu sejak pagi. Chaeyoung pun yakin dia tak melakukan apa pun untuk Lisa.
"Apa maksudmu, Lisa-ya? Kita baru bertemu sekarang, dan aku tidak melakukan apa-apa untukmu." Chaeyoung mulai menyuarakan kebingungannya.
"Terima kasih karena kau mulai bisa menerima Jisoo Unnie. Aku sangat bersyukur, dan bunga ini sebagai saksi betapa berterima kasihnya aku padamu." Lisa meletakkan bunga bernama Campanula itu di pangkuan Chaeyoung.
Walaupun tidak terlalu tampak, Lisa bisa melihat perubahan sikap kedua saudarinya pada Jisoo. Terlebih Chaeyoung yang selalu keras, kini mulai melunak.
Dimulai sejak kemarin, dimana Lisa membuat kue brownies untuk Jisoo. Mereka yang tahu bahwa kue itu tak enak, tentu menyarankan Jisoo untuk jangan memakannya. Bukan merasa tersinggung, Lisa justru merasa sangat senang. Secara tidak langsung, keduanya mulai menaruh perhatian pada Jisoo. Hal yang sudah Lisa tunggu sejak dulu.
Lisa tentu merasa sangat bersyukur dan berterima kasih karena Chaeyoung bisa mengalahkan egonya sendiri. Maka, bunga Campanula yang ia berikan pada Chaeyoung adalah sebuah lambang rasa bersyukur dan ucapan terima kasihnya.
"Kau sebahagia itu?" Chaeyoung menoleh, hingga hidung keduanya bersentuhan.
"Hm. Tak ada yang paling ku inginkan di dunia ini selain kau dan Jennie Unnie bisa menggenggam Jisoo Unnie. Bahkan, apa pun akan aku korbankan untuk itu." Chaeyoung tertegun. Apakah selama ini adiknya merasa kesulitan karena sikapnya?
Keinginan Lisa di dalam hidupnya sangat sederhana. Tapi butuh waktu yang lama hingga keinginan itu terwujud. Beralih mengusap wajah sang adik, Chaeyoung merasa sangat bersalah.
"Mianhae, eoh? Selama ini aku tidak bisa mengerti dirimu."
Lisa menggeleng. Menggenggam tangan Chaeyoung yang semula membelai lembut wajahnya.
"Tidak apa-apa. Setidaknya aku sudah bisa tenang sekarang."Suara adiknya itu mengandung perasaan lega yang sangat tampak. Seolah baru saja ada sebuah beban berat yang hilang dari pundak Lisa. Menjadikannya lebih ringan dan bisa melangkah kemana pun tanpa dihantui oleh rasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
FanfictionBayangannya tidak bisa digapai, sekalipun dikejar. Tapi bayangan itu selalu mengikuti, kemana pun langkahnya pergi. Seandainya, bayangan itu bisa digenggam akan terasa lebih baik.