7. Lavender

2.4K 482 99
                                    

14th of July, 2024

Jalannya takdir kehidupan memang tak ada yang bisa menduga-duga. Akan menjadi seperti apa masa depan? Apakah akan banyak perubahan yang terjadi? Apakah akan ada hal tak terduga nantinya?

Namun sesuatu yang pasti diketahui adalah, akhir dari kehidupan mereka adalah kematian. Mereka tidak bisa mengelak, jika kelak rasa bahagia dan sedih yang besar sekali pun akan berakhir di satu titik.

Walau begitu, siapa yang siap akan kematian itu sendiri? Juga, siapa seseorang yang siap harus merasakan sebuah kehilangan? Tak ada satu pun manusia yang akan rela memiliki luka atas perasaan itu. Karena sakitnya tak bisa hilang dalam waktu yang lama.

Terlebih, orang yang pergi itu tak pernah mengucapkan selamat tinggal. Ia pergi begitu saja, ketika ada banyak harapan yang dipikul.

Luka yang diberikan tentu jauh lebih besar. Mereka yang tak pernah mengira dia akan pergi secepat ini, merasa dunia sangat kejam. Bagaimana anak sebaik gadis itu, bisa pergi terlebih dahulu? Dengan rasa sakit yang tak akan bisa mereka bayangkan sebelumnya.

Sejak awal kelahiran kedua anak kembarnya, Eunbin memang tidak memiliki banyak keinginan selain menjadikan dua orang itu sebagai teman anak sulungnya yang kesepian.

Karena sejujurnya, kemunculan dua anak kembar itu tidak pernah Eunbin dan Geunsuk rencanakan. Mereka hadir padahal sedang tidak ditunggu kehadirannya.

Namun, Eunbin tetaplah seorang ibu. Walau awalnya tak terlalu berharap, namun semakin lama melihat mereka tumbuh membuat Eunbin merasa senang.

Hanya saja, Eunbin tidak pernah memperlihatkan perasaan sayang itu terang-terangan. Ia pikir, di masa depan masih bisa melakukannya. Ia pikir, kesempatannya untuk terus bersama mereka masih panjang.

Hatinya benar-benar hancur tak berbentuk ketika mengetahui kesempatannya telah habis. Mendapatkan kabar bahwa anak bungsunya mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat, adalah luka Eunbin yang tak bisa terobati.

Berjalan terseok mendekati tubuh yang tertutupi kain putih itu, Eunbin menahan rasa dingin di dalam kamar mayat disana. Kini, seakan tak ada lagi yang bisa ia rasakan selain kesakitan di hatinya.

Kedua tangan itu mulai menyentuh ujung kain putih yang menutupi anaknya. Perlahan membukanya dengan rasa takut. Hingga wajah Lisa terlihat, tangis Eunbin pecah begitu saja.

"Lisa-ya, kenapa dingin sekali?" Wanita itu melirih ketika tangannya mulau menyentuh wajah pucat sang anak.

Tapi apakah dia sadar, jika selama ini Eunbin selalu membiarkan Lisa kedinginan? Tak pernah ada dekapan. Tak pernah ada pertanyaan yang memastikan apakah Lisa tidak merasa kedinginan selama ini.

"Mau Eomma peluk, Nak?" Seharusnya, Eunbin menawarkan hal ini sejak lama.

Tapi apa yang dia lakukan? Eunbin hanya terus meyakini jika Lisa bisa menghangatkan dirinya sendiri. Tampa tahu, jika selama ini ia begitu mendampakan pelukannya sekali saja.

"Jika Eomma memeluk Lisa sekarang, apakah Lisa mau kembali?" Eunbin tak pernah merasa sejatuh ini. Ia benar-benar sulit untuk pergi dari kegelapan yang mengurungnya.

Anak hebatnya ini, yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Anak hebatnya ini, yang selalu ia salahkan bahkan ketika itu bukan kesalahan Lisa. Nyatanya memiliki titik lelah yang Tuhan mengerti.

Seperti tak membiarkan Lisa semakin kelelahan, Tuhan mengambilnya dengan cepat. Menuruhnya beristirahat dari semua hiruk-pikuk dunia. Menyisakan rasa sesal yang mencekik Eunbin sekarang.

"Kita belum melakukan banyak hal bersama, Sayang." Memangnya salah siapa jika selama ini kenangan mereka tidak lah banyak?

Lisa sudah sering meminta, namun Eunbin tak mengabulkannya. Eunbin selalu mengumbar tentang betapa lamanya Lisa bisa hidup. Dan selalu mengatakan mereka bisa melakukannya lain waktu.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang