Chapter 2. Alam Gaib

186 100 235
                                    

"Ada, sebentar biar dipanggilkan oleh Juwita." Ucap Nek Emi, seolah telah paham dengan kondisi yang terjadi saat ini.

"Iya, cepat bu. Saya sudah khawatir dengan keadaan Pijar." sahut Reyna yang pikirannya sudah semakin kalut.

"Juwita, panggilkan Ni Ijah, cepat!!!" perintah Nek Emi yang ikut khawatir dengan keadaan Pijar.

Juwita tanpa menjawab pun dengan sigap langsung pergi berlari menuju ke rumah Ni Ijah dan memintanya untuk datang ke rumah.

Sementara itu, Pijar yang saat ini sukmanya sedang berada di alam gaib, sedang berhadapan dengan sosok yang menyeramkan. Sosok tersebut berpakaian serba putih dengan rambut panjang, dan lidah yang menjulur ke bawah sampai leher disertai air liur yang terus menetes. Sosok itu bukanlah setan biasa, melainkan manusia yang sudah bersekutu dengan iblis untuk bisa merubah wujudnya demi melancarkan aksinya dan mencapai keinginannya. Namun, Pijar tidak mengetahui apa nama sosok yang berada di hadapannya itu.

"Siapa kau?" teriak Pijar, dengan tatapan tajam.

"Kau, tidak perlu tahu siapa aku." Jawab sosok itu dengan sudut bibir yang menyeringai.

"Untuk apa kau mambawa ku kemari, apa salah ku, hah!" teriak Pijar dengan penuh emosi.

Di usianya yang masih belia yaitu ia masih berusia 12 tahun, ia cukup berani berhadapan dengan sosok yang menyeramkan seperti itu. Karena dirinya sudah terlalu sering melihat hal semacam itu dari kecil. Meskipun terkadang jantungnya terasa seperti dipompa lebih cepat dari biasanya.

Sosok tersebut pun mulai mendekat ke arah Pijar, berusaha untuk menangkap Pijar, namun Pijar dengan sekuat tenaga mencoba untuk menghindar dan lari menjauh dari sosok itu. Tapi, dengan kecepatannya, sosok tersebut melayang dan berhasil sampai dan menggapai tubuh Pijar.

Pijar yang sudah tertangkap pun hanya bisa pasrah pada yang maha kuasa, ingin rasanya dia kembali pada tubuhnya, namun dia tidak tahu bagaimana caranya. Pijar yang sedang berada di hutan yang luas dan gelap itu pun, diikat di sebuah pohon besar dengan akar yang menjalar keluar permukaan tanah. Energi Pijar saat ini sudah terkuras habis, karena bertolak belakang dengan energi dari sosok tersebut.

Sementara di tempat Nek Emi, suasana semakin mencekam. Tubuh Pijar pun kejang, dan menimbulkan kepanikan pada raut wajah semua orang yang berada di sana dan menyaksikannya.

"Bu, kemana Juwita, kenapa lama sekali?" tanya Reyna yang semakin panik.

"Sabar, Reyna. Sebentar lagi, dia pasti sampai." Jawab Nek Emi, yang sebenarnya juga sudah mulai was was, namun dia berusaha untuk tetap tenang.

Tak berapa lama kemudian, mulai terdengar suara orang berlarian dari arah depan rumah, yang ternyata itu adalah Juwita dan juga Ni Ijah yang baru saja sampai di rumah. Mereka berdua pun langsung bergegas masuk ke dalam kamar Pijar.

"Kalian minggir, biar saya lihat kondisinya." Ujar Ni Ijah, seketika membuat mereka semua pun minggir untuk memberi ruang pada Ni Ijah.

Ni Ijah pun mulai menerawang apa yang sebenarnya terjadi pada Pijar di alam gaib sana. Setelah mendapatkan penglihatan tentang kondisi Pijar, barulah Ni Ijah membuka suara.

"Kita harus cepat menolongnya, dia sedang dalam bahaya, energinya sudah habis terserap oleh sosok yang mengganggunya." ucap Ni Ijah, dan seketika mereka yang mendengar hal itu pun terbelalak dengan penuturan Ni Ijah.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Ni?" tanya Reyna dengan derai air mata yang sudah membasahi pipinya. Sementara Janitra hanya bisa memeluk sang istri agar dirinya merasa lebih tenang.

"Kita harus segera menolongnya, saya butuh satu orang anggota keluarga untuk membawa kembali sukmanya ke dalam raganya..." Ni Ijah menjeda ucapannya, "Siapa yang bisa dan ingin ikut dengan ku?" tambahnya lagi.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang