Chapter 10. Kembali ke Dunia Nyata

92 58 62
                                    

Sebelum melihat masa lalu Lucas, justru Pijar diperlihatkan dengan bagaimana orang-orang asing itu menyiksa masyarakat pribumi yang dipaksa untuk kerja rodi, tanam paksa, dan sampai dijadikan budak oleh orang-orang Belanda. Banyak masyarakat pribumi yang diminta bekerja tanpa diberi makan dan minum oleh orang-orang Belanda.

Tiba-tiba saja kedua orang tua Lucas keluar dari rumah dengan membawa sejumlah makanan dan minuman untuk para pekerja pribumi, namun sepertinya mereka harus memindik-mindik agar tidak ketahuan oleh yang lainnya, jika mereka ingin membantu pribumi.

Posisi rumah itu pada jaman dulu, masih dikelilingi oleh lahan kosong dan juga tanah lapang, sementara di sebrang jalan masih hutan belantara. Orang-orang pribumi bekerja menanam tanaman secara paksa di lahan kosong tersebut. Itulah kenapa kedua orang tua Lucas, merasa tidak tega dengan para masyarakat pribumi.

"Lucas, apa mereka harus diam-diam seperti itu?" tanya Pijar yang merasa heran dengan yang dilakukan orang tua Lucas.

"Ya begitulah, karena jika sampai ketahuan oleh pimpinan bisa-bisa keluarga ku di habisi oleh mereka, karena dinyatakan berkhianat," jawab Lucas dengan tatapan sendu.

"Begitu yah, pantas saja orang-orang pribumi jaman dulu banyak yang sengsara dan banyak yang mati kelaparan," jawab Pijar dengan air mata yang menetes di pipinya, karena tak kuasa menahan rasa sedih melihat perjuangan masyarakat Indonesia pada jaman dulu. Sementara, Lucas hanya bisa tersenyum simpul.

"Pijar, sepertinya kita harus kembali, bukankah besok kau bekerja?" ucap Lucas.

"Ahh iya kau benar, tapi aku belum tahu banyak tentang masa lalu mu," jawab Pijar sembari menghapus air matanya yang jatuh.

"Kan masih ada hari lain, Pijar," balas Lucas.

"Baiklah, kalau begitu," jawab Pijar yang hanya bisa menuruti kemauan Lucas, karena dia juga tidak mungkin kalau terus-terusan ada di sana.

"Pegang tangan ku dan pejamkan matamu." ucap Lucas. Pijar kembali menuruti perintah Lucas, sampai akhirnya mereka telah berada di kamar Pijar kembali. Dan Pijar pun telah kembali ke tubuhnya, dan langsung istirahat, karena hari juga sudah semakin larut. Besok pagi dia juga harus bekerja.

Waktu pun terus berlalu, hingga esok hari pun tiba di sambut dengan mentari yang sudah bersinar dengan begitu cerahnya. Pijar pun terbangun dari tidurnya, dan langsung bergegas untuk bersiap berangkat bekerja. Namun, sebelum berangkat tidak lupa dirinya sarapan terlebih dahulu.

"Pijar, sarapan dulu, Nak," teriak Reyna dari arah dapur.

"Iya sebentar, Bu." jawab Pijar dari arah kamarnya.

Tak berselang lama, akhirnya Pijar pun telah keluar dari kamar dan langsung menuju ke dapur.

"Pagi bu, apa ayah sudah berangkat?" tanya Pijar pada Reyna, karena tidak melihat adanya Janitra di sana.

"Iya, tadi ayah sudah berangkat dari jam 06.30," jawab Reyna. "Sudah, lebih baik kamu sarapan saja dulu, nanti terlambat kerjanya loh," tambah Reyna.

"Iya, Bu." jawab Pijar dengan singkat, lalu duduk di kursinya dan mengambil lauk yang diinginkannya.

Pagi itu, hanya ada Reyna dan Pijar di rumah, akhirnya mereka berdua pun sarapan bersama. Sarapan pagi itu terasa hening, tak ada pembicaraan apapun antara Pijar dan juga Reyna. Yang ada hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring mereka berdua. Hingga beberapa saat kemudian, mereka berdua pun telah menyelesaikan sarapan mereka. Dan Pijar, segera berpamitan untuk berangkat bekerja. Karena hari sudah semakin siang.

Seperti biasa, Pijar berangkat dengan menggunakan motor maticnya, dia mengendarai motor dengan kecepatan sedang, untung saja jalanan di kota saat itu tidak terlalu ramai dan macet. Sekitar 45 menit kemudian, akhirnya Pijar pun telah sampai di kedai kopi tersebut. setelah meletakkan tasnya di loker, dan memakai apron yang telah disediakan. Dan bergegas menuju kasir, untuk mulai melakukan pekerjaannya.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang