Chapter 17. Penglihatan yang Berbeda

67 42 34
                                    

Sementara Raksa yang saat ini berada di kedai, merasa khawatir dengan keadaan Pijar, karena melihat dari kejadian beberapa hari lalu Pijar seperti sedang mengalami kejadian buruk, namun Raksa tidak tahu apa itu.

Raksa mencoba untuk menghubungi ponsel Pijar, namun dirinya tidak mendapatkan jawaban apapun, panggilan telepon tersebut tak kunjung diangkat oleh Pijar.

"Ada apa dengan Pijar?"

"Apa terjadi sesuatu padanya?"

"Sepertinya aku harus melihat keadaannya."

Itulah yang ada dalam pikiran Raksa saat ini, entah mengapa hatinya saat itu merasa tidak tenang setelah mengetahui bahwa Pijar tidak masuk bekerja. Raksa berniat untuk datang ke kos Pijar, guna menanyakan keadaannya.

Sedangkan Pijar, yang masih merasakan pusing dan sakit di sekujur tubuhnya hanya memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur, tanpa beranjak ke mana pun, bahkan pagi itu Pijar juga blm sarapan. Perutnya terasa lapar, namun tubuhnya terlalu lemah untuk sekedar berjalan dan membuat mie instan. Untuk membuka handphone saja dirinya sudah malas. Itulah mengapa, saat Raksa menghubungi Pijar, tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Sebenarnya ada apa dengan diriku?"

"Kenapa menjadi lemah begini?"

"Bukankah aku sudah biasa dengan hal gaib, tapi kenapa kali ini rasanya berbeda?"

Pikiran itu masih terus saja memenuhi isi kepala Pijar. Tak ada yang tahu Pijar kenapa saat ini, bahkan Lucas yang terbiasa bersamanya pun tidak datang, padahal biasanya jika Pijar sedang tidak baik-baik saja, Lucas selalu datang untuk sekedar menemaninya.

Di sisi lain, Raksa saat ini sedang membeli makanan dan minuman untuk dia bawa ke kosnya Pijar. Pertama dia memesan bubur ayam yang berada tidak jauh dari kedai kopi miliknya itu, setelah itu dirinya menuju kembali ke kedai untuk mengambil pesanannya, cemilan untuk Pijar nantinya, tidak lupa juga dia pergi ke supermarket dekat kedai untuk membeli beberapa minuman.
Setelah selesai membeli semua barang yang diperlukan, akhirnya Raksa pergi menuju ke kos milik Pijar, dan bertemu dengan ibu pemilik kos.

"Permisi, Bu. Apa saya boleh bertemu dengan Pijar?" tanya Raksa.

"Boleh, silahkan langsung ke atas saja, kamarnya ada di paling pojok sebelah kiri," jawab ibu kos.

"Baik terima kasih, Bu," ucap Raksa.

"Iya sama-sama, nanti buka saja pintunya ya, Nak," ucap ibu kos.

"Ohh iya, Bu." Jawab Raksa, lalu berjalan menaiki anak tangga untuk menuju kamar milik Pijar.

Sesampainya di depan pintu kamar Pijar, Raksa pun mulai mengetuk pintu tersebut.

Tok ... tok ... tok ...

"Siapa?" jawab Pijar dari dalam dengan suara lemahnya.

"Ini aku, Raksa," jawab Raksa dari arah luar.

Pijar yang mendengar itu terkejut bukan main, bagaimana bisa seorang bosnya datang mendatanginya, "Hah, ngapain Raksa ke sini?" batin Pijar.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Raksa kembali memanggil nama Pijar, "Pijar, kau dengar aku? Bolehkah aku masuk?" tanya Raksa.

"I-iya, masuk saja tidak di kunci," jawab Pijar dengan sedikit terbata.

Setelah mendapatkan jawaban dari Pijar, barulah Raksa berani untuk membuka pintu kamar tersebut, dan mendapati Pijar yang sedang berusaha untuk merubah posisinya untuk duduk bersandar di ranjang. Namun, terlihat susah karena dirinya merasakan pusing di kepalanya.

Raksa yang melihat itu pun, langsung sigap membantu Pijar, "Astaga, kau kenapa Pijar? Bagaimana bisa kau jadi seperti ini?" tanya Raksa, sembari membenarkan posisi duduk Pijar agar nyaman.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang