Chapter 12. Surabaya Bersama Mala

72 46 57
                                    

Setelah tangan Pijar di tarik oleh sosok Lucas, akhirnya kini Pijar telah kembali pada tubuhnya dalam keadaan mata yang sembab akibat menangisi tragedi yang di alami Lucas di masa lalu.

"Pijar ... Pijar ... Pijar bangunlah," ucap Lucas yang berada di sebelah Pijar. Beberapa detik kemudian Pijar pun terbangun sembari menyeka bekas bulir bening yang jatuh di pipinya sejak tadi.

"Kau kenapa, Pijar?" tanya Lucas.

"Kamu masih bertanya aku kenapa? Ohh, yang benar saja ...," ucap Pijar sembari memutar bola matanya malas. Baru setelah itu dia melanjutkan pembicaraannya, "Aku sedih setelah melihat semua yang terjadi di masa lalu mu," tambahnya.

"Kamu tidak perlu sedih, aku baik-baik saja. Apa kau melihat kemana ayah dan ibu ku pergi?" tanya Lucas dengan tatapan yang teduh.

Perlu diketahui selama Lucas berada bersama dengan Pijar, dia hanya sesekali saja menunjukkan wujud aslinya yang penuh dengan luka lebam dan sayatan itu. Jadi, hal itu lah yang membuat Pijar sudah terbiasa, dan menjadi tidak takut lagi jika melihat wujud asli dari Lucas.

Kembali ke obrolan Lucas dan Pijar. Pijar berkata, "Iya, aku melihatnya, mereka pergi tapi entah kemana aku tidak tahu," jawabnya.

"Huh, ya sudahlah. Aku tidak tahu harus mencari mereka ke mana sekarang," ucap Lucas.

"Apa kamu tidak pernah membenci kedua orang tuamu yang tega meninggalkanmu dalam keadaan genting seperti itu?" tanya Pijar.

"Tidak, aku tidak pernah membenci mereka, karena aku yakin mereka punya alasan tersendiri melakukan itu," jawab Lucas. Pijar di buat terharu dengan apa yang di ucapkan oleh Lucas, dia merasa anak sekecil Lucas bisa berpikir sedewasa ini, menurutnya hal itu sangat luar biasa.

"Ohh iya, ku dengar kamu di minta untuk pindah ke Surabaya, ya?" tanya Lucas.

"Iya, kamu di sini saja ya, tolong jaga ibu dan ayahku, selama aku jauh dari rumah ini," pinta Pijar.

"Apa aku tidak boleh ikut dengan mu?" tanya Lucas.

"Tentu boleh, tapi aku tahu dirimu pasti akan datang jika aku dalam bahaya. Jadi, selama aku baik-baik saja selama di Surabaya, kau harus tetap di sini untuk menjaga kedua orang tuaku, oke?" ucap Pijar.

"Baiklah, jika itu mau mu." jawab Lucas lagi.

Setelah pembicaraan itu sudah selesai, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Pijar membuka ponselnya untuk menghubungi Mala. Karena Pijar ingin meminta Mala menemaninya ke Surabaya untuk mencari kos-kosan di sana. Namun, sebelum itu Pijar juga sudah lebih dulu mencari beberapa lokasi kos-kosan yang ingin dia datangi dan tentu saja jaraknya harus yang dekat atau setidaknya tidak terjauh dengan tempat kerjanya.

Setelah mengirim pesan pada Mala, beberapa menit kemudian Pijar telah mendapat balasan dari Mala, bahwa dia bisa menemani Pijar ke Surabaya besok. Tanpa terasa waktu terus berlalu begitu cepat, Pijar kini sudah keluar dari kamar menuju ke toilet untuk mandi. Setelah beberapa menit, Pijar pun selesai mandi dan berganti pakaian. Kini, dirinya menuju ke dapur untuk sarapan, di meja makan sudah ada Reyna dan juga Janitra yang memang sedari tadi sudah menunggu kedatangan putri semata wayangnya itu.

"Pagi, Pijar," sapa Reyna.

"Pagi juga, Bu," Jawab Pijar, lalu duduk di kursi bergabung bersama mereka untuk sarapan bersama. Namun, sebelum sarapan di mulai Janitra bertanya terlebih dahulu pada Pijar, "Apa kamu jadi di pindahkan ke Surabaya, Pijar?" tanya Janitra.

"Iya, jadi ayah. Besok aku dan Mala akan pergi ke Surabaya guna mencari kos-kosan untuk ku tinggali selama di sana.

"Ya sudah, berhati-hatilah. Gunakan saja mobil ayah, biar ayah naik motor saja, lagi pula besok ayah tidak kemana-mana. Jadi, kau bisa menggunakan mobil itu," ucap Janitra.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang