Chapter 1. Awal Mula

287 108 345
                                    

Banyuwangi, 2005.

"Hai, kau sedang apa di sini?" tanya Pijar, pada anak kecil laki-laki yang sedang duduk di ayunan di halaman rumahnya itu.

"Kau bisa melihatku?" tanya seorang lelaki yang berada dihadapan Pijar, yang kemungkinan usianya tidak jauh berbeda dari Pijar saat itu.

"Tentu saja, kau mau bermain dengan ku?" tanya Pijar lagi.

"Apa boleh, jika aku bermain denganmu?" tanyanya dengan ragu.

"Tentu saja, kau tidak perlu khawatir, mulai saat ini kau adalah temanku," ucap Pijar meyakinkan laki-laki itu.

"Pijar, kau sedang apa, nak. Ayo makan dulu," ucap seorang wanita dari arah pintu rumahnya. Namun dirinya dibuat kaget dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.

"Astaga, bagaimana bisa Pijar malah asik mengobrol dengan sosok itu, padahal wujudnya saja sudah membuat ku bergidik ngeri." gumam Reyna yang merupakan ibu dari Pijar, saat melihat sosok tersebut.

Reyna melihat sosok yang sedang berbicara dengan Pijar, tubuhnya penuh dengan luka lebam dan sayatan yang menganga lebar di bagian leher, seakan hampir putus dibuatnya, dengan darah kental yang terus mengalir. Sosok itu memang sudah lama menghuni rumah yang ditinggali oleh keluarga Pijar, bahkan jauh sebelum Pijar lahir.

Itulah mengapa Reyna mengetahui sosok itu, karena Reyna merupakan orang yang dapat melihat mereka yang tak terlihat. Mungkin saja, bakatnya itu menurun pada anak semata wayangnya yaitu Pijar Renjana. Saat itu usianya masih menginjak 5 tahun. Tentu saja hal itu seakan membuka ingatannya kembali saat pertama kali Reyna mengetahui bahwa ada sosok itu yang menghuni rumahnya.

FLASHBACK ON

Tahun 1998, di mana saat itu Reyna Anjana yang kerap disapa Reyna baru saja menikah dengan seorang laki-laki bernama Janitra Rendi Atmaja yang kerap disapa Janitra, yang merupakan ayah dari Pijar Renjana. Baru beberapa hari mereka tinggal di rumah itu, rumah dengan nuansa abu-abu dan terlihat bangunan tersebut seperti bangunan rumah khas peninggalan Belanda. Konon katanya, rumah itu dulunya memang pernah dihuni oleh satu keluarga Belanda pada masa penjajahan. Namun, sampai saat ini masih terawat, dan bersih.

"Sayang, kita tinggal di rumah ini, tidak apa-apa kan?" tanya Janitra pada istrinya.

"Iya sayang, tidak apa. Aku suka rumahnya, modelnya bagus dan klasik." jawab Reyna.

"Baiklah sayang, syukurlah kalau kau suka, ku pikir hanya aku yang menyukai bangunan rumah yang seperti ini." ucap Janitra.

"Tenang saja, aku juga menyukainya, sayang." Ujar Reyna, sembari berkeliling rumah.

Tiba-tiba saja, Reyna dikejutkan dengan sekelebat bayangan anak kecil yang berada di belakang rumah.

"Apa itu tadi?" batin Reyna. Namun dirinya berusaha untuk tetap tenang serta menepis segala pikiran buruknya, agar suaminya tidak mengkhawatirkannya.

Beberapa bulan kemudian, semua masih terlihat normal tidak ada gangguan apapun. Tapi, disuatu malam tiba-tiba saja, terdengar suara piano yang mengalun dengan indah, namun saat Janitra melihat ke sumber suara tidak ada seorangpun yang memainkannya. Sontak hal itu membuatnya terperanjat, jantungnya seakan berhenti berdetak, tubuhnya pun tidak dapat digerakkan, mulutnya ingin sekali berteriak, namun tetap saja tidak bisa, dirinya hanya bisa diam mematung, ditengah suara piano yang masih saja terdengar.

Reyna yang baru saja keluar dari kamar karena mendengar suara piano pun terbelalak saat melihat suaminya yang sudah berdiri mematung di dekat piano.

"Mas, kamu kenapa?" ucap Reyna, sembari menepuk pundak Janitra. Di saat itulah, dia baru bisa menggerakkan tubuhnya kembali bersamaan dengan berhentinya suara piano itu.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang