Chapter 16. Gangguan yang Dirasakan Pijar

64 42 24
                                    

"Kau mungkin akan ingat siapa diriku, jika aku mengatakan hal ini padamu," ucap Raksa.

"Cepatlah, apa yang ingin kau katakan, Sa?" tanya Pijar.

"Jika kamu ingat, dulu kau pernah menghalangi jalanku, saat aku sedang berada di depan kelas mu, entah apa yang sedang kau lakukan saat itu, tapi kau terlihat tegang dan ketakutan," ungkap Raksa panjang lebar.

Pijar sempat terdiam dan berpikir sejenak, berusaha untuk mencerna perkataan dari Raksa dan mencoba mengingat momen itu, "Apa mungkin itu sewaktu aku melihat sosok Sari waktu itu?" batinnya.

"Bagaimana apa kau sudah ingat?" tanya Raksa lagi.

"Ahh, iya sepertinya aku ingat, ya sudah kalau begitu aku mau bekerja terlebih dahulu, permisi Raksa." Ucap Pijar, kemudian berlalu pergi begitu saja, tanpa menunggu jawaban dari Raksa.

Pijar pun menuju ke kasir, untuk melakukan tugas pertamanya. Hari-hari pertama Pijar bekerja di Twilight Coffe semua masih terlihat normal, belum ada gangguan sama sekali yang dia rasakan di kedai tersebut.

Namun, sepertinya semesta tidak membiarkan Pijar untuk hidup dengan tenang tanpa gangguan terlalu lama. Karena baru saja satu bulan bekerja di kedai tersebut, Pijar selalu saja di ganggu oleh sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan penuh luka tembak disekujur tubuhnya. Bisa di lihat dengan jelas darah kental mengalir, di sertai dengan bau anyir yang menyengat, membuat siapa saja yang melihat dan mencium aromanya menjadi mual.

Gangguan yang dirasakan Pijar awalnya masih biasa saja. Sosok hantu lelaki tersebut hanya akan menggangu Pijar saat sedang bekerja di kedai malam hari, biasanya muncul secara tiba-tiba dengan wujud yang sangat mengerikan, jika dilihat oleh mata manusia biasa. Bahkan, seorang Pijar yang memang sedari kecil telah memiliki kemampuan indigo itu pun dibuat oleh sosok hantu tersebut.

Bagaimana tidak, sewaktu kedai telah tutup dan Pijar serta karyawan yang masih masih disibukkan dengan kegiatan merapikan meja dan kursi kembali seperti semula agar enak dipandang dan keesokan harinya tinggal menurunkannya lagi ketika sedang membuka kedai.

Saat itu, Pijar sedang izin untuk ke kamar mandi terlebih dahulu. Pijar pergi seorang diri, karena yang lain masih sibuk dengan tugasnya masing-masing. Hingga tiba di kamar mandi, belum terjadi apapun, namun saat Pijar telah selesai menunaikan hajatnya, dan ketika dirinya sedang mencuci tangan di bagian wastafel, tiba-tiba saja lampu kamar mandi mati, dan pandangan Pijar pun menjadi gelap, Pijar mulai panik, tapi dia masih berpikir bahwa ini adalah kerjaan temannya yang sedang menjahilinya.

Hingga Pijar pun berteriak, "Fin, kalau Lu mau bercanda, ini gak lucu, sumpah! Nyalain nggak lampunya!" teriak Pijar dari dalam kamar mandi.

Setelah menunggu beberapa saat, ternyata tidak ada jawaban apapun dari Fina, Pijar mulai was-was, lalu dirinya berjalan sembari bertumpu pada dinding kamar mandi untuk sampai di pintu utama toilet. Tapi, saat Pijar mencoba untuk membuka pintu tersebut ternyata tidak bisa, pintunya terkunci, sedangkan lampu kamar mandi masih dalam keadaan mati.

Pijar kembali berteriak, "Fin, lu gak usah bercanda deh, buka pintunya, Fin. Gue tahu ini kerjaan lu, kan!" teriak Pijar dari dalam kamar mandi.

Karena tidak ada jawaban dari arah luar, Pijar pun mulai dibuat ketar-ketir. Pijar pun berpikir, "Jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi," ucapnya dalam hati.

Sementara Fina, Rina, Raksa, dan karyawan yang lain masih sibuk membereskan bagian depan kedai. Namun, Rina mulai melihat sekeliling dan tidak mendapati adanya Pijar di sana. Lantas, Rina pun bertanya pada Fina, "Fin, lu lihat Pijar enggak?" tanya Rina.

"Tadi sih bilangnya mau ke toilet, hanya saja entah kenapa sampai sekarang belum kembali," jawab Fina.

"Ohh ya sudah, ku kira dia sudah pulang duluan tadi," ujar Rina.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang