Chapter 13. Mala Kesurupan

79 47 48
                                    

Setelah beberapa menit berkeliling kota Surabaya, akhirnya mereka berdua menjatuhkan pilihan makan malam dengan sate ayam yang berada di pinggir jalan. Setelah menemukan tempat yang pas untuk parkir mobil, Pijar mulai menepikan mobilnya. Lalu, turun untuk memesan makanan.

"Bu, pesan 2 porsi sate ayam sama 2 es teh manis, ya," Ucap Pijar.

"Baik, mau makan di sini atau di bungkus?" tanya ibu penjual sate tersebut.

"Di sini saja, Bu," Jawab Mala.

"Ya sudah, tunggu sebentar ya mbak. Silahkan duduk dulu, Mbak," Ucap ibu penjual tersebut.

"Iya, terima kasih, Bu." Ucap Mala dan Pijar secara serentak, lalu mereka pun mencari tempat duduk lesehan yang dekat tembok agar bisa bersandar.

Perlu diketahui, jam segitu warung sate tersebut, masih sepi pengunjung. Karena kebanyakan masyarakat Surabaya, membeli sate itu sore hari atau larut malam sekalian. Jadi, meja dan kursi yang ada masih banyak yang kosong. Sehingga, Pijar dan Mala bebas mau duduk di mana saja. Tetapi, mereka tetap memilih untuk duduk lesehan dan yang dekat dengan tembok.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya makanan dan minuman pun sudah tersedia di meja hanya tinggal dinikmati saja. Pijar dan Mala, sedang asik menikmati sate makanan tersebut. Pembeli yang sejak tadi berada di sana sebelum kedatangan Pijar dan Mala pun sudah pergi meninggalkan tempat makan tersebut karena sudah selesai.

Kini hanya tinggal Pijar dan Mala yang berada di sana. Sang penjual sate tersebut pun, menghampiri tempat duduk mereka berdua, dan mengajak mereka mengobrol bersama.

"Hai anak muda, kalian dari mana mau kemana?" tanya pemilik warung tersebut.

"Kami, dari Banyuwangi, Bu. Ke sini ingin mencari kos-kosan, tapi sekarang sudah dapat, Bu," jawab Pijar.

"Wah, jauh juga asal kalian. Kalau boleh tahu ngekos di mana, Mbak?" tanya pemilik warung itu lagi.

"Di jalan Anggrek, sebrang kedai kopi Twilight Coffee, Bu," Jawab Pijar. Namun, seketika raut wajah ibu pemilik warung tersebut pun berubah menjadi tegang, dan itu disadari oleh Mala.

"Ada apa, Bu? Kenapa seperti kaget begitu?" sambung Mala.

"Ahh, tidak apa-apa. Kalian berhati-hatilah. Ya sudah, lanjutkan makannya saya mau membuat pesanan lain dulu, itu ada pembeli lagi. Saya permisi ya, Mbak," jawab pemilik warung tersebut.

"Ohh iya, Bu, silahkan." jawab Pijar dan Mala secara bersamaan. Setelah kepergian ibu pemilik warung itu, mereka pun beradu tatap seolah sedang bingung dengan perubahan ekspresi dari si pemilik warung tadi.

"Ada apa dengannya tadi, ya? Seperti ada yang sedang di sembunyikan?" celetuk Mala.

"Entahlah, tapi biarkan saja. Sudah cepat selesaikan makannya. Setelah ini kita kembali ke kos," sentak Pijar.

"Ah, iya baiklah, kau benar." jawab Mala, lalu menunduk dan kembali menikmati makanannya.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka berdua pun telah selesai makan malam, dan memutuskan untuk kembali ke kos untuk beristirahat karena besok mereka harus kembali ke Banyuwangi. Sebelum itu, tidak lupa mereka membayar makanan dan minuman yang di pesan tadi terlebih dahulu. Setelah melakukan pembayaran, mereka pun kembali ke mobilnya, dan langsung menancap gas menuju ke kosan.

Sesampainya di kos, Pijar dan Mala langsung merebahkan tubuhnya ke kasur empuk yang ada di sana. Mereka telah merasakan lelah sejak tadi sampai di Surabaya. Akhirnya, mereka berdua pun tidur bersama dalam satu kasur yang lumayan lebar tersebut.

Malam itu, Mala telah terlelap lebih dulu, sedangkan Pijar masih belum bisa memejamkan matanya, dia masih memikirkan obrolannya bersama dengan pemilik warung tadi, yang seketika ekspresinya berubah saat mengetahui Pijar dan Mala tinggal di kos-kosan ini. Pijar, merebahkan dirinya sembari memandang langit-langit kamar malam itu, dengan suasana yang sudah hening dan dalam keadaan lampu kamar yang telah dimatikan olehnya.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang