Chapter 20. Terungkap (Ending)

105 41 114
                                    

"Pasti mereka sedang menuju ke sini," ucap Pijar dengan wajah sendunya.

"Sudahlah jangan banyak berpikir dulu, lagi pula itu hal yang wajar bukan, ketika mengetahui anaknya sedang sakit, lalu orang tua datang untuk menjenguk anaknya?" tanya Lucas.

"Iya kau benar." Jawab Pijar.

Hingga tak berapa lama, akhirnya kedua orang tua Pijar pun telah sampai di Surabaya, dan langsung menemui Pijar di kosnya.

Tok ... tok ... tok ... (Suara ketukan pintu kamar kos)

"Iya masuk," jawab Pijar dalam kamarnya.

"Astaga Pijar, apa yang terjadi padamu?" tanya Reyna saat melihat kondisi Pijar yang masih terbaring lebih di kasurnya.

"Aku baik-baik saja bu," jawab Pijar.

"Jangan bohong, Nak. Ceritakan saja pada kami ada apa sebenarnya?" sahut Janitra.

"Ya sudah jangan di paksa dulu untuk bercerita, anak mu masih butuh istirahat, Mas," jawab Reyna.

"Pijar, tubuhmu demam, sebentar biar ibu kompres terlebih dahulu ya," ucap Reyna, lalu segera dirinya mengambil baskom yang berisi air hangat untuk mengompres Pijar.

Sambil mengompres kening Pijar, Reyna pun berkata, "Apa kau sudah makan?" tanya Reyna.

"Belum ibu," jawab Pijar.

"Ya sudah biar ayah saya yang mencari makanan," celetuk Janitra.

Namun, tiba-tiba saja dari arah luar dari yang mengetuk pintu kamar Pijar lagi.

"Permisi," ucap seseorang.

"Iya sebentar," Jawab Janitra lalu membuka pintu kamar kos tersebut.

"Maaf cari siapa ya?" tanya Janitra, saat sudah bertemu dengan seorang lelaki yang ternyata itu adalah Raksa.

"Halo om, saya kemari mau bertemu dengan Pijar," ucap Raksa.

"Kamu siapa, mau bertemu dengan Pijar?" tanya Janitra lagi.

"Saya Danu Raksa Wiguna, om bisa memanggil saya Raksa," jawan Raksa dengan ramah.

Degghhh... (jantung Janitra berdegup)
"Namanya seperti tidak asing," pikirnya, sembari memandang ke arah Raksa dengan seksama.

"Baiklah, ayo silahkan masuk." Ajak Janitra.

"Iya, terima kasih, Om. Ini saya juga membawa beberapa makanan dan minuman om," jawab Raksa sembari menyerahkan bungkusan yang begitu banyak.

"Terima kasih banyak, Raksa. Kebetulan kami belum makan," canda Janitra.

Akhirnya mereka berdua kembali masuk ke dalam kamar Pijar. Saat Pijar menoleh, dia dibuat terkejut dengan kedatangan Raksa, yang bersamaan dengan kehadiran kedua orang tuanya di sini. Pijar, saat itu hanya takut jika kedua orang tuanya salah paham terhadapnya dan Raksa.

"Pijar, ini ada teman kamu mau menjenguk mu, dia juga membawa banyak makanan untuk kita," ucap Janitra.

Pijar hanya diam tanpa menjawab apapun, dia terpaku dengan semua yang dilakukan oleh Raksa selama dirinya sedang sakit. Pijar baru sadar betapa perhatiannya sosok lelaki yang menjadi atasannya itu.

"Hai Pijar, maaf tidak mengabari mu jika mau ke sini, bagaimana keadaanmu?" tanya Raksa tanpa basa-basi.

"Emm, sudah lebih baik, Sa." Jawab Pijar.

"Ayo duduk nak Raksa, maaf ya duduknya di lantai," ucap Reyna.

"Iya, tidak apa-apa tante," jawab Raksa, lalu duduk di lantai bersama dengan kedua orang tua Pijar.

Astral Projection (Revealing Past Events) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang