BAB 2: Orang Asing

459 53 3
                                    

"Kamu yakin mau ke sana?" Seorang pemuda dengan tahi lalat di hidungnya menatap tak yakin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu yakin mau ke sana?" Seorang pemuda dengan tahi lalat di hidungnya menatap tak yakin.

Langit yang menerima pertanyaan tersebut pun dengan percaya diri menjawab. "Yakin, karena saya rasa di sana akan ada banyak ikan yang bisa kita tangkap. Penduduk lain jarang ke sana."

Pemuda tadi menghela napas, lalu menatap empat pemuda lainnya yang juga ada di sana. "Bagaimana? Saya, sih, mau-mau saja. Benar kata Langit, di sana kita pasti akan mendapat banyak ikan."

Mereka berenam adalah Langit, Rama, Edo, Sastra, Andri, dan Rahul. Keenamnya memiliki usia yang tak jauh berbeda, hingga mereka berteman sangat akrab.

Pagi ini, Langit mengajak teman-temannya menuju pantai yang jarang dikunjungi penduduk pulau. Tujuannya untuk mencari ikan dan kepiting-jika ada-karena jarang dikunjungi, Langit yakin bahwa akan ada banyak tangkapan yang bisa mereka bawa pulang. Namun, teman-temannya yang lain tentu ragu untuk menerima tawaran tersebut.

Pantai itu dinamai Pantai Kurnia, bukan tanpa sebab penduduk pulau tidak mau datang ke sana. Konon, pantai tersebut sangat berbahaya karena sering mencari tumbal. Langit sendiri bukanlah tipe orang yang mudah percaya pada hal-hal seperti itu.

"Boleh, saya juga bosan ke pantai di dekat sini." Edo menjawab setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Ya, sudah, kalau kalian semua setuju saya juga pergi," imbuh Sastra, tak lupa ia memberikan senyuman manisnya di akhir kalimat.

Mereka berenam pun berangkat dengan perlengkapan seadanya. Tidak banyak yang mereka bawa dalam ember berwarna biru di tangan Edo.

Sebenarnya perjalanan menuju Pantai Kurnia tidak begitu lama, hanya memakan waktu dua puluh lima menit. Meski jalan yang mereka lewati memang sulit karena harus menuruni bukit dan melewati hutan.

"Wah, akhirnya kita sampai!" teriak Rahul dengan wajah cerianya yang tak berhenti tersenyum.

"Lumayan bersih untuk ukuran pantai tidak terurus, benar, kan?" tanya Andri saat melihat sekelilingnya.

Langit melakukan hal yang sama, ia mengedarkan pandangannya, melihat-lihat dan memastikan situasi aman. "Aneh, tidak ada yang menyeramkan, tapi kenapa orang-orang tidak mau datang kemari?" gumamnya.

Saat mereka tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing suara teriakan Sastra berhasil membuat teman-temannya yang lain terpelonjak.

Langit yang posisinya berdiri paling dekat dengan Sastra pun berlari cepat menghampiri pemuda manis tersebur. "Kenapa?" tanyanya dengan nada panik saat mendapati wajah Sastra memucat."Kamu sakit? Kita bisa pulang sekarang," imbuhnya.

Sastra menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan ...."

"Kenapa?"

"Ada apa, Sastra?"

"Kamu sakit?"

Pertanyaan itu datang dari Rama, Edo, Andri, dan Rahul yang berlari dengan cepat saat mendengar suara teriakan Sastra.

Find My Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang