BAB 3: Ayo, saya akan bantu kamu

440 48 9
                                    

"Langit, coba kamu cek anak kemarin, siapa tau dia sudah sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Langit, coba kamu cek anak kemarin, siapa tau dia sudah sadar."

Langit yang tengah membantu ayahnya menggulung jaring untuk menangkap ikan pun mau tak mau beranjak dan melaksanakan titah tersebut.

Kaki Langit melangkah memasuki kamarnya yang untuk sementara waktu ditempati orang asing yang ia tolong. "Anaknya belum sadar, Yah!" teriak Langit saat melihat lelaki itu masih memejamkan mata dengan posisi tubuh yang tidak berubah.

Kemarin anak laki-laki itu telah mendapat penanganan dari penduduk pulau yang sedikit paham dengan ilmu kesehatan. Kaki kanannya pun sudah diobati oleh ahli patah tulang. Kini kaki itu tampak dibungkus dengan kain dan di dalamnya ada penyangga yang terbuat dari bambu.

Langit menatap anak tersebut sejenak, hingga tak lama kemudian mata itu terbuka perlahan. "Ah, kamu sudah bangun? Sebentar, saya panggil ayah saya dulu." Langit dengan cepat keluar dari kamarnya, meninggalkan pemuda asing yang masih menatap sekitar dengan bingung.

"Ini di mana lagi?" lirihnya, "orang tadi aneh." Maksud aneh adalah gaya bicaranya. Orang tadi terdengar berbicara dengan bahasa Indonesia yang baku dan nada yang terdengar naik di awal dan turun di akhir kalimat.

"Apa yang kamu rasakan?"

Ah, ia terlalu sibuk dengan rasa bingungnya hingga tidak sadar sudah ada dua orang asing yang duduk di sebelah kasurnya. "Sakit," jawabnya lirih.

Pria dengan rambut yang hampir memutih sepenuhnya juga jambang yang juga ikut memutih itu pun menyadari bahwa orang yang ditolong anaknya mungkin dilanda bingung saat ini. "Ah, baik. Nama saya Agung dan ini anak saya, namanya Langit."

"Aku Jean, maaf, ini di mana, ya?" Jika boleh jujur, Jean senang sekali. Akhirnya setelah berhari-hari tak menemui orang akhirnya ia bisa mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya.

"Kami juga tidak tahu bagaimana pastinya. Tetapi, anak saya menemukanmu di pinggir pantai. Karena merasa kasihan, ia membawamu kemari untuk mendapatkan pertolongan." Agung menatap Jean dengan tajam. Meski nada bicaranya terdengar ramah, tetapi sebenarnya ia tetap waspada.

"Gitu ... aku sendiri juga ga tau apa yang terjadi, waktu itu aku di dalam pesawat sama Oma. Pesawatnya mungkin jatuh dan aku hanyut?" jawab Jean tak yakin karena ia pun tidak tahu bagaimana kronologi lengkapnya.

Agung menganggukkan kepalanya, lalu menatap Langit sejenak dan beranjak untuk menyiapkan sarapan Jean. "Kamu pasti lapar, saya siapkan makanan dulu."

Jean tersenyum manis. Ia ingat, terakhir kali sebelum ia kembali tak sadarkan diri ia merasa sangat lapar. "Terima kasih, Om."

Setelah Agung pergi, suasana antara Jean dan Langit sejenak terasa canggung. Jean melirik Langit beberapa kali sebelum akhirnya berkata, "Terima kasih udah mau bantu aku." Senyum manis yang menimbulkan lesung di pipinya membuat Langit turut tersenyum.

Find My Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang