BAB 4: Masih Asing

358 56 3
                                    

Jean masih berbaring dengan nyaman di dipan Langit sembari memerhatikan Langit yang tengah mempelajari beberapa hal dari sebuah buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jean masih berbaring dengan nyaman di dipan Langit sembari memerhatikan Langit yang tengah mempelajari beberapa hal dari sebuah buku.

"Lagi apa, Kak?" tanya Jean. Jika boleh jujur, memanggil Langit dengan sebutan kakak benar-benar membuat Jean rindu pada dua saudara kembarnya.

"Belajar, ini buku tentang tumbuhan yang bisa dijadikan obat dan tumbuhan beracun yang tidak bisa dijadikan obat." Langit menjawab sembari tetap fokus pada buku bacaannya.

Mata Jean berbinar saat mengetahui hal tersebut. "Wah, Kak Langit ada cita-cita buat jadi dokter, ya?"

Langit melirik Jean sekilas, setelah mengangguk. "Iya," jawabnya, sejenak Langit terdiam dan menarik napas panjang. "Saya ingin menjadi orang yang berguna."

"Kak Langit pasti bakal jadi dokter hebat yang bisa nyelamatin banyak nyawa suatu saat nanti. Aku yakin banget," kata Jean. Namun, entah mengapa Langit justru menutup bukunya dan menyimpan ke atas lemari pakaian yang cukup tinggi.

"Tapi, saya lebih tertarik untuk jadi nelayan seperti ayah saya." Mata tersebut tampak kehilangan cahayanya membuat Jean sedikit paham mengenai kondisi Langit.

"Gapapa, kak, kadang kita emang ga bisa jadi apa yang kita mau. Tapi, apa pun itu selagi baik, jalani aja." Kalimat tersebut sebenarnya bukan hanya Jean tujukan untuk Langit, tetapi juga untuk dirinya sendiri.

Langit tersenyum manis dan beranjak dari duduknya. "Saya keluar sebentar, mau minta air kelapa pada ayah. Kamu mau?"

"Mau, dong!" seru Jean. Ah, rasanya nyaman berbincang santai dengan Langit. Pemuda itu benar-benar baik dan bersikap dewasa, membuat Jean yang selama ini kekurangan kasih sayang dari keluarganya merasa mendapatkan hal itu dari Langit, sosok yang baru ia kenal tadi pagi.

Jean menatap ke arah jendela kamar yang terbuka dan memperlihatkan pemandangan halaman rumah yang luas dan dipenuhi rumput hijau. Halaman rumah Langit juga ditumbuhi beberapa pohon kelapa yang sudah sangat tinggi. Enak banget di sini, tapi rasanya kangen sama Kak sean, sama Kean juga. Mata Jean yang awalnya berbinar menunjukkan kebahagiaan, kini padam dan hanya tatapan kosong yang mengarah pada pemandangan di luar jendela.

"Oma, Aku kangen, tapi di sini lebih nyaman rasanya." Gumaman itu keluar dari bibir Jean diiringi dengan helaan napas Jean yang cukup mengganggu.

Saat Jean tengah asyik melamun memikirkan banyak hal, pintu kamar Langit yang tengah ia tempati tiba-tiba diketuk membuat perhatian Jean teralihkan.

"Kak Langit?" tanya Jean saat pintu terbuka perlahan. Langit masuk ke kamar Jean dengan nampan berisi gelas dan juga satu wadah seperti tabung yang Jean tebak berisi air kelapa. Namun, Langit tidak datang sendiri.

Seorang pria dewasa yang asing di mata Jean masuk dengan wajah sangarnya. "Ini, Pak orangnya." Langit berkata sembari menarik sebuah kursi kayu untuk diduduki pria tersebut.

Find My Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang