Mentari Senior High School pagi ini di penuhi para murid-murid yang berburu bangku belakang di kelas. Yap, hari ini hari pertama kenaikan kelas di kelas 12. Naik kelas, Teman-teman nya berbeda lagi dari tingkat yang sebelumnya.
Hadijah, cewek berkacamata kotak membenarkan letak kacamatanya yang melorot kebawah. Pendiam, baik hati, dan si paling ngikut aja adalah tiga ciri yang menggambarkan Hadijah.
Hari senin yang cerah menyapa SMA Mentari di pagi hari ini selepas upacara bendera dilaksanakan. Hadijah menyeka keringatnya di dahi.
"Aduh," ujar Hadijah kala dirinya tak sengaja menubruk seorang perempuan.
"Eh maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya Aiza. Dari mata saja bisa nampak Aiza yang merasa bersalah karena sudah menabrak Hadijah.
"Aku nggak apa-apa kok, kamu sendiri?" tanya Hadijah balik.
Aiza tersenyum. "Justru aku yang nggak apa-apa dan kamu yang aku tabrak. Oh iya, kenalin nama aku Aiza."
Hadijah menjabat tangan Aiza. "Aku Hadijah. Boleh panggil aku Dijah, Hadi, terserah kamu aja."
Aiza tersenyum senang, ia senang dapat teman baru di kelas barunya. Karena kelas barunya adalah kelas unggulan yang isinya anak-anak pilihan, yang tentu saja berisi anak-anak yang ranking 1-7 di kelas lamanya karena kelas di SMA Mentari berjumlah 5 kelas untuk jurusan IPS, dan 5 kelas untuk jurusan IPA, serta 3 kelas untuk jurusan Bahasa.
Tak lama, Maira datang menghampiri Hadijah. Maira ini teman sekelasnya Hadijah sewaktu kelas 11. Dulunya Maira tidak satu circle sama Hadijah. Karena Maira bingung kenalan sama orang baru, jadinya Maira nyamperin Hadijah.
"Hadijah, aku ikut kamu ya." ucap Maira.
Hadijah mengangguk. "Iya boleh kok Mai. Oh iya kenalin ini Aiza."
Maira menoleh pada Aiza. "Salam kenal Aiza, aku Mairanuri Ashofi. Panggil aku Mai aja."
"Salam kenal juga Mai. Aku Aiza Putri, dipanggilnya Aiza." balas Aiza tak kalah ramah. Aiza ini sifatnya sangat ramah dan tidak pernah marah. Kalau dia kesal, paling dia diem.
"Eh ke kantin yuk, jam istirahat masih lama." ajak Maira.
"Ayo deh," balas Aiza dan Hadijah kompak. Sampai di kantin, Maira seperti biasa matanya menari-nari ngelihatin cogan alias cowok ganteng penghuni SMA Mentari.
"Eh Za, Hadi, lihat deh itu ada cowok ganteng. Wkakaka mukanya lucu banget ngambek dijahilin temannya." tawa Maira terpingkal. Maira terkikik geli, dia heboh sendiri.
"Iya ih lucu mukanya, tapi kasihan juga gak sih dia kelihatan panik gitu." balas Aiza.
Maira mengatupkan mulutnya. Ia lupa bahwa teman-teman nya bukanlah yang dulu. Jadi dia seharusnya bisa menjaga sifatnya, jangan terlalu heboh. Hadijah juga hanya tertawa kecil, suka bingung ingin merespon apa.
Selepas makan bakso, mereka bertiga kembali ke kelas. Tak lama dari kembalinya mereka, suara bel berbunyi.
Otak Maira, Hadijah, dan Aiza masing-masing berpikiran yang berbeda. Maira memikirkan setelah zuhur mau makan ayam geprek atau mie ayam. Isi otak Aiza adalah gurunya kira-kira galak atau asik. Sedangkan Hadijah, sibuk membuka buku tulis, menulis mata pelajaran pertama yaitu ekonomi.Menjadi anak yang masuk ke dalam kelas unggulan bukanlah suatu hal yang mudah. Yang sebelumnya kerja keras hanya satu kali lipat, kini bahkan harus menambah menjadi dua kali lipat atau lebih supaya dapat seimbang dengan anak yang lainnya. Tetapi lihat lah Hadijah, Aiza, dan Maira. Otak mereka bertiga dasarnya sudah encer, jadi tak perlu bersusah payah di kelas unggulan, 12 IPS 1. Apalagi Hadijah, yang dulunya ranking 1 di 11 IPS 5.
Hingga tak terasa, hari pertama di kelas 12 berlalu. Hari berikutnya, menanti!
TBC
Hai Hai ini cerita ke 4 aku. Jangan lupa vote dan komen yaa!
based on true story heheh
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Eldan & Hadijah
Teen Fiction[SEBAGIAN DARI KISAH NYATA] PARA NAMA PEMERAN DISAMARKAN❗ Hadijah, perempuan yang dijuluki ''cewek terserah' jatuh cinta pada lelaki tidak tahu diri yang bernama Eldan. Mau tau kisah selanjutnya? Baca aja