6. Six

33 3 1
                                    

"Gila ini soal apaan sih, nggak masuk akal di otak gue?" Syifa memegang kepalanya frustasi. Hiperbola aja sih, memang Syifa kebiasaan begitu. Semua mata tertuju pada Syifa. Eldan yang mendengar teriakan Syifa langsung nyamperin Syifa.

"Lo berisik banget sih Syif, kenape?" tanya Eldan.

"Liat tuh Dan, soal-soal yang di kasih guru matematika. Gue nggak ngerti. Mendingan lo kerjain deh, tolongin gue," pinta Syifa. Syifa sama Eldan langsung akrab begitu perkenalan di kelas pertama kali, karena keduanya cukup satu frekuensi.

"Mana sini coba gue baca soal nya," Eldan mengambil buku tulis dari tangan Syifa. Eldan sebenarnya juga belum ngerjain PR dari guru matematika, menyalin soal ke buku tulis aja belum.

"Sama, gue juga nggak ngerti." jawab Eldan.

"Nggak usah ngomong!" Syifa memutar bola matanya malas.

"Ya udah sih, kenapa lo jadi sewot?!" tanya Eldan ngegas.

"Lagian lo ngeselin,"

"Lo lebih ngeselin," balas Eldan tak mau kalah.

"Ya udah buruan bantuin gue kerjain soal matematika yang sangat mematikan ini," pinta Syifa.

"Mana gue tau, tanya geng nya Hadijah aja. Gue lihat-lihat geng an mereka paling pintar di kelas ini apalagi si Hadijah," ucap Emil.

"Panggil dah,"

"Panggil aja sendiri,"

"Ihh panggilin dong Eldan," ucap Syifa. Perempuan itu berusaha merayu Eldan dengan senyumnya. Sebenarnya Syifa bisa saja manggil gengnya Hadijah buat ngajarin. Tapi Syifa malas gerak, jadi biarin aja Eldan yang panggil.

"Ya udah, tadi gue lihat geng mereka lagi ada di luar kelas. Gue panggilkan dulu." Eldan pasrah.

Syifa mengacungkan jempolnya. Dasar laki-laki bodoh, mau aja disuruh-suruh.

Di luar kelas, Eldan memanggil Hadijah, Maira, Aiza, dan Dalilah. Mereka berempat menoleh pada Eldan. Menatap penuh tanda tanya pada Eldan, mengapa cowok itu memanggil.

"Kalian berempat bisa bantuin Syifa kerjakan PR matematika nggak? Ditanya Syifa tuh di dalam," ucap Eldan bersuara. Tanpa banyak tanya, geng Hadijah langsung masuk ke dalam kelas dan nyamperin Syifa yang lagi duduk diantara geng-geng an nya. Syifa di kelas geng nya ada sepuluh orang. Sebenarnya bukan geng sih, tapi teman main Syifa. Syifa biasanya di kelas main sama temen-temen nya (ber sepuluh dengan dirinya jadi totalnya sepuluh orang, itu diluar geng nya Hadijah).

Hadijah dengan cekatan mengajarkan Syifa sampai perempuan itu mengerti. Syifa mengangguk-angguk, mencoba mengerjakan sendiri setelah diajarkan Hadijah. Ternyata setelah diajarkan, tak se-mematikan itu.

Eldan menatap Hadijah takjub. Kepintaran Hadijah tak main-main.

"Gue acungi jempol buat otak lo itu," puji Eldan.

"Biasa aja," jawab Hadijah.

"Idih merendah, nanti ajari gue juga."

"Hem, iya,"

---

Maira menepuk jidatnya. Ia lupa mengambil buku tulis di dalam jok motornya. Sepuluh menit lagi bel berbunyi, dan Maira baru ingat hal itu.
Lantas Maira berlari keluar kelas. Sebelum ia pergi, Maira berpamitan kepada teman-temannya untuk keluar kelas. Teman-temannya menawarkan mau ditemani atau tidak, tetapi Maira menolak. Alasannya karena Maira tak ingin merepotkan.

Di pertengahan jalan menuju arah parkiran motor, saking buru-burunya Maira sampai menabrak seseorang. Maira segera mengangkat wajah, ingin meminta maaf kepada orang yang ia tabrak.

The Journey of Eldan & HadijahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang