[ SHANKARA #02 ] ⚠︎ Mature themes, Contents kissing scene, and Bilingual.
When he closed his eyes, he saw only the shadow of his lover, who loved to colonize the contents of his head. Many men admirer her in secret, and Zakiel has the privilege of h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hear the song ; Lose Face — Daniel Di Angelio.
Napasnya memburu dalam, mengacak-acak rambut kasar ketika sang pelatih menyudahi sesi latihan. Bulir-bulir keringat tidak hanya nampak hadir di kening serta sudut mata, tetapi pada perutnya yang seksi — bagian mencolok yang digilai kaum perempuan, mengkilap sehingga timbul kesan panas menggoda napsu duniawi.
Zakiel baru saja selesai kelas boxing private. Secara khusus pada satu waktu tempat boxing yang dia datangi tidak dapat diakses oleh pengguna lain, tentunya dengan alasan cowok remaja tersebut yang tak begitu menyukai keramaian. Berkat ayahnya pula yang telah diluluhkan, pria itu menyewakan pelatih terbaik untuk mengembangkan kemampuan bela diri sang anak. Zakiel berjalan keluar ring tinju, otot-otot tubuhnya begitu kencang, celana pendek hitam yang dia pakai mengetat dibagian paha karena basah oleh keringat. Cowok itu melepas salah satu sarung tinjunya. Ada Ozzie yang memperhatikan sejak awal, kali ini dia tidak mengikuti kelas boxing seperti Zakiel, sedang rehat sejenak karena pergelangan tangan kanannya perlu waktu lagi untuk bisa diandalkan memberi pukulan keras — akibat kecerobohannya yang menimbulkan cidera ringan.
“Pelatih bilang lo lebih stabil dari sebelumnya. Apa udah membaik?” Ozzie menghampiri setelah dengan santai melempar sebotol air pada Zakiel yang ditangkap sempurna oleh temannya.
Zakiel yang diajukan pertanyaan lantas mengangguk usai meneguk minumannya rakus dalam sekali teguk.
“Baguslah.” ceplos Ozzie. Tahu kalau beberapa hari sebelumnya, temannya tersebut bertingkah gila — dengan terus-terusan mengambil jam tambahan untuk kelas boxing, sehingga pelatih mulai mengeluhkan kewalahan menghadapi Zakiel yang memang seperti ingin membuat seseorang babak beluk guna melampiaskan emosinya, berujung pelatih memberinya libur paksa hingga emosionalnya dapat dikendalikan, pun Zakiel malah melakukan tindakan nakal lain yang merepotkan bagi Ozzie pribadi sebab ditunjuk untuk mengurus masalah yang ditimbulkan temannya secara sengaja. Dia menghela napas mengikuti Zakiel memasuki sebuah ruangan yang terdapat banyak loker, sopa panjang, dan bilik ganti pakaian. Zakiel membuka loker miliknya, mengambil pakaian ganti dan memakainya tanpa perlu repot-repot memasuki bilik disudut lain.
Ozzie duduk di sopa, memperhatikan Zakiel, dan melayangkan pertanyaan usai menerawang jauh. “Malam itu lo nggak lakuin hal yang merugikan kan? Gue harap lo bisa kendaliin tempramen lo. Gue sama yang lain liat lo bawa Nale masuk ke dalam mobil.” Ada jeda untuk mengambil napas. Melanjutkan dengan suara khasnya. “Nale pribadi yang baik, jadi gue pikir dia bakal takut kalau lo sampai bertindak seenaknya. Terlebih, kalau sampai lo maksain kehendak pribadi.”
Deretan kalimat tersebut dibalas tawa nyaring dari Zakiel. Cowok itu telah berpakaian dengan benar, tercium aroma khas yang maskulin. Zakiel menutup lokernya kasar, masih tertawa, tapi Ozzie sadar bahwa ada nada sinis yang mengacu pada ketidaksenangan terhadap apa yang dia katakan. Zakiel menatapnya datar, sebelah bahunya bersandar pada loker, melipat kedua tangan dan mengangkat alis sombong. “Lo udah pinter kasih nasihat, ya?” sarkasnya.