Disko di UKS [Greesel x Gracie]

1.1K 83 11
                                    

Hari minggu ini Greesel sedikit kesal karena kedua orang tuanya datang ke asrama. Sekitar setengah hari Cio dan Shani berada di kamar asrama anak bungsu mereka yang sudah duduk di bangku SMA itu. Dan sampai sore ini belum ada tanda-tanda untuk pamit pulang.

"Kamu ga ribut kan Cel sama temen-temen kamu?" tanya Cio yang kini berdiri di dekat jendela. Pemandangan dari lantai 3 cukup membuatnya terkesan, bangunan ini ia sendiri yang mendesain, jadi ia sudah memperkirakan pemandangan ini bisa memanjakan mata.

"Engga lah, Pa. Ribut sama siapa juga?" Greesel menjawab dengan nada kesal, dan tentu hal itu didengar oleh Shani. Wanita paruh baya yang duduk di sofa itu tersenyum melihat gerak-gerik anaknya.

"Kalau Gracie gimana? Kamu ga nyusahin dia, kan?" Kini Shani yang bertanya.

Greesel semakin kesal karena ditanya soal gadis itu, yang entah kemana perginya ia sekarang. Semenjak orang tua Greesel datang, gadis itu menghilang.

"Gausah bahas soal dia, Ma. Cegil kek dia tuh ga penting banget."

Cio terkekeh, ia berbalik dan berjalan mendekati dua perempuan yang paling ia sayangi.

"Kamu itu kenapa ga pernah bisa akur sama Gracie sih, Cel? Kan papa udah bilang buat berteman sama dia."

Jemari Greesel sibuk bermain permukaan sofa yang berbahan kain tebal, "Icel berteman Pa sama dia. Cuma kadang-kadang tuh anak nyebelin, jadi Icel ikutan sebel."

"Udah satu semester loh kamu sekamar sama dia. Ribut mulu kalian?"

Greesel menggeleng menjawab jawaban Papanya lagi. Nyatanya memang ia dan Gracie tidak pernah ribut besar, biasanya mereka hanya akan saling diam dan tidak mempedulikan satu sama lain. Paling pol mereka saling bentak, sindir, dan sinis, tidak sampai ribut besar.

"Kamu harus baik sama dia, Cel. Dia itu kasihan loh, dia—"

"Anak sebatang kara yang ditinggal di panti asuhan Mama, dan karena dia pinter makanya Papa sekolahin dia disini. Iya, Ma, iya, Icel tau." Gadis itu memotong perkataan mamanya begitu saja. Shani kesal tapi juga gemas karena tingkah anak gadisnya ini.

Di waktu yang sama, pintu kamar asrama mereka terbuka dan gadis yang sejak tadi mereka bicarakan akhirnya kembali. Tangannya membawa satu plastik berwarna putih dan nampak sedikit besar.

"Om, Tante. Maaf Gracie baru pulang." Gadis itu lantas menyalami tangan Cio dan Shani.

"Darimana, Gracie?"

Gracie tersenyum sampai gigi gingsulnya terlihat, "habis dari depan, Om. Beli martabak buat Om sama Tante. Tadi pas tau Om sama Tante mau kesini aku bingung mau kasih apa soalnya stok makanan udah abis. Jadi aku beli martabak."

Tentu hati Cio dan Shani tersentuh dengan sikap Gracie. Mereka lantas menerima martabak itu dan melanjutkan obrolan, sambil sesekali mengunyah martabak.

Kecuali Greesel, ia yang melihat kelakuan Gracie barusan jadi semakin kesal. Ia hanya diam saja dan menjawab sekenanya saat diajak mengobrol lagi oleh Cio dan Shani.

Sampai akhirnya jam 6 sore, kedua orang tua Greesel pulang. Akhirnya hari minggu Greesel kembali lagi dengan ketenangan.

Saat itu ia dan Gracie masih di sofa, terdiam dengan lamunan masing-masing. Sampai pada akhirnya Greesel berdiri, tatapannya tajam ke arah Gracie.

"Penjilat," gumamnya seraya pergi ke kamar, meninggalkan Gracie dengan segala rasa campur aduknya.

Satu semester ia tinggal dengan Greesel di asrama, bahkan keduanya satu kelas saat di sekolah. Tapi anak ketua yayasan itu benar-benar menunjukkan sikap permusuhannya pada Gracie selama ini.

oneshoot and incorrect jkt48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang