Ini sudah hampir tengah malam saat Shani keluar dari teater. Sepertinya ia menjadi orang yang paling terakhir keluar karena tadi staff dan JOT mengajaknya rapat untuk membahas beberapa hal. Ditambah saat rapat sudah selesai baterai ponselnya habis jadi ia harus tinggal sebentar untuk menchargenya, bisa gawat kalau dia tidak bisa pulang karena tidak bisa menghubungi taksi online.
"Udah ah, lumayan dapet 7%. Aku keluar aja dulu siapa tau ada taksi lewat." Shani berdiri dan mencabut charger yang ia pinjam dari Jinan tadi. Ia menggerutu sedikit karena sejak tadi tidak ada driver yang menerima pesanannya. Mungkin karena faktor hujan dan waktu yang sudah hampir tengah malam, jadi sulit menemukan kendaraan untuk pulang.
Shani lantas membawa tasnya berjalan menyusuri fx yang juga sudah sepi. Matanya tidak lepas dari layar ponsel untuk menghubungi seseorang yang mungkin bisa ia mintai bantuan. Dan kebingungannya semakin bertambah saat satu-satunya orang yang paling bisa ia andalkan tidak mengangkat telepon darinya.
"Ih, Gege masa udah tidur, sih? Tega banget ga diangkat."
Shani turun menggunakan elevator dan tetap fokus pada teknologi miliknya itu. Hingga tidak sadar ada seseorang yang menunggunya di bawah sana. Wajahnya yang tertutup masker hitam sedikit tidak dapat dikenali apalagi keadaan fx yang mulai gelap. Tapi jika Shani melihatnya pasti sudah langsung tahu, masalahnya Shani tidak menatapnya sama sekali sampai ia berada di ujung elevator.
"Woy!"
"Hah!"
Shani tersentak ketika saat ia melangkahkan kaki dari elevator ada seseorang yang menepuk pundaknya sedikit keras dan berteriak padanya.
"Astaga, Ge! Kamu kenapa sih?! Ngagetin aku, tau!" Shani kesal, ia membenarkan maskernya yang sedikit turun akibat terkejut tadi.
"Fokus amat sama hapenya, Bro. Sampe ga liatin ada Taylor Swift disini." Gracia menyedekapkan tangannya sambil menatap Shani. Jaket kulit hitam membalut tubuh Gracia yang hanya memakai tanktop hijau di dalamnya.
"Kamu juga kenapa, Bro? Kok ditelepon ga diangkat?" Kali ini Shani yang mengintimidasi Gracia dengan tatapannya.
Gracia yang ditatap serius seperti itu hanya bisa mendengus dan mengangkat kedua tangannya setinggi telinga, "sorry, Bro. Hape aku mati." Gracia mengeluarkan ponselnya yang benar-benar sudah kehabisan baterai pada Shani. Well, sebenarnya itu sudah tidak penting karena sekarang ia sudah bertemu dengan Gracia.
"Kamu kenapa masih disini? Aku butuh penjelasan."
"Tadi aku makan dulu sama Christy. Terus dia pulang, kan, nah Jinan lewat. Aku tanyain dia, 'Oi, Nan! Ci Shani udah selese?' terus dia jawab, 'belom, Ci. Masih nge-charge hape di teater. Pake charger aku, ingetin buat balikin,' gitu kata dia. Aku tunggu kamu setengah jam ga turun-turun terus aku mau nyusulin kamu tapi pas sampe sini liat ada bidadari turun dari khayangan pake elevator. Yaudah aku tunggu disini."
Shani hanya mengangguk, "terus kamu udah pesen taksi? Atau dijemput?"
"Jason dah jemput, tapi dia masih makan. Nah terus niat aku mau ajak Cici pulang bareng, gitu."
Pas sekali, akhirnya Shani bisa bernapas lega. Ia tidak jadi menginap di teater.
"Yaudah, ayo pulang. Aku nginep aja di rumah kamu. Besok gada jadwal pagi."
Gracia mengangguk, "shaapp!" Ia kemudian merogoh sesuatu dari tasnya, Shani sudah hapal dengan kebiasaan Gracia ini lantas ia menengadahkan kedua telapak tangannya di depan Gracia seakan meminta sesuatu.
Sebotol gel handsanitizer Gracia keluarkan dan langsung memberikannya pada Shani dengan jumlah yang sangat banyak. Gracia memang masih sangat patuh dengan protokol kesehatan meski pandemi sudah mulai mereda. Ia selalu membawa handsanitizer kemana-mana untuk berjaga-jaga kalau ia tidak bisa cuci tangan.
"Banyak banget, Ge. Ini ntar kuman di tanganku hilang sampai tujuh turunan," ucap Shani.
Gracia menahan Shani untuk tidak mengusap gel itu pada tangannya terlebih dahulu. Sementara ia mengembalikan botol handsanitizer itu kembali ke dalam tasnya.
"Nih, liat nih, Ci. Aku kemaren nonton tutorial jadi pesulap merah."
"Apa sih, Ge?"
Gracia kemudian mengusap-usapkan kedua telapak tangannya pada telapak tangan Shani. Sesekali ia menggosok-gosokkannya agar merata.
"Kan ini bisa bikin kuman hilang, ya. Terus kalau aku ntar bisa balikin."
Gracia kemudian melepas tangan kanan Shani dan kirinya hingga menyisakan tangan lain mereka yang masih saling mengusap-usap. Ia kemudian berhenti dan komat-kamit seperti membaca mantra, tak lupa ia juga meniup-niup tangan mereka yang menyatu. Shani juga sedikit bingung kenapa ia menurut saja pada gadis di depannya ini.
"Dah, ayo ke Jason." Gracia kemudian menarik tangan Shani dan berjalan ke gerai dimana Jason masih makan.
"Apanya yang balik? Kumannya?"
Gracia menatap Shani, "siapa bilang kumannya yang balik?"
Alis kiri Shani naik mendengar jawaban Gracia, "terus apa, dong?" Ia tersenyum melihat tingkah aneh dan random Gracia yang entah kenapa selalu lucu di mata Shani.
Gadis itu berhenti berjalan dan menatap Shani sekejap, "tuh senyuman kamu yang balik, Bro."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
oneshoot and incorrect jkt48
Fanfictionjkt48 in shit incorrect and os. 18+ Some idea aren't mine!