Bab 21 Satu Kamar

19 1 0
                                    

Dibilang malu, jelas malu banget! 

Hania sedang tak berkutik di depan Kenan yang sekarang sedang tidur di pangkuannya.

Masih sesi pemotretan di kapal pesiar tentu. Hanya beda pose saja.

Banyak alasan kenapa Hania mendadak jadi batu begini. Pertama, karena kecupan dadakan di kening itu. Efeknya benar-benar di luar dugaan! Jantung Hania berdegup sangat kencang.

Kedua, karena Kenan ternyata tahu Maya sudah menipunya kemarin!

“Pak–” Ragu-ragu Hania membuka suara.

“Bu Hania, tolong elus rambut Pak Kenan!” Teriakan Raiden menjeda keraguan Hania.

Tangan perempuan itu secara perlahan mulai mengelus puncak kepala Kenan, sesuai instruksi Raiden menurut perasaan Hania. Semoga saja fotografer cerewet itu tidak mengomel atau memberikan instruksi lebih dari ini!

“Tadi mau ngomong apa?” tanya Kenan tiba-tiba.

“Oh? Enggak!” Hania mendadak gagap. “Gak ada apa-apa kok.”

“Kalau kamu sudah menemukan cara membalaskan dendam karena penipuan saudara tirimu itu, langsung katakan saja.”

“Euh … itu ….”

“Minimal dia merasakan apa yang kamu rasakan. Lebih dari itu, lebih bagus.”

“Kapan Pak Kenan tahu?”

“Setelah kamu bertingkah tidak waras.”

“Dari siapa?”

“Bima.”

Ah, benar. Ada Bima yang masih berada di Jakarta untuk menggantikan Kenan tempo hari. Kali ini Hania benar-benar merasa perkataan Kenan ada benarnya.

“Gue beneran gak waras!”

“Kok gak bilang jujur ke saya?”

“Kamu tak akan percaya.”

“Kata siapa?”

“Saya.”

“Enak aja! Coba aja kalau Pak Kenan jujur, mungkin—”

Kenan tiba-tiba bangkit dari pangkuan Hania. Spontan membuat Hania berhenti bicara.

“Break dulu, Rai!” teriak Kenan tiba-tiba.

Raiden tampak mengacungkan kameranya ke udara sebagai balasan.

“Jadi, apa rencanamu sekarang? Sudah memikirkan cara membalaskan dendam?” tanya Kenan. Sengaja mengalihkan topik pembicaraan pada satu hal itu.

Meski sebenarnya ia sendiri sudah memiliki rencana bagaimana cara membuat perhitungan pada saudara tiri Hania itu seperti apa. Tapi, tentu ia tak mau main hakim sendiri. Ia sudah sepakat akan membantu Hania, bukan Hania yang harus mengikuti cara bermainnya.

Hania tampak diam sejenak. “Gimana kalau nagih uang yang udah saya kasih?”

Kenan membuang napas sambil tersenyum sinis. “Ide lain! Itu tidak akan membuat saudaramu menangis seperti kamu kemarin!” 

Bibir Hania langsung mengerucut. Malu tentu saja.

“Atau … bikin perselingkuhan mereka viral di medsos dengan saya bikin thread gitu?”

“Norak! Kamu mau mempermalukan saya juga? Apa kata orang nanti jika tahu masa lalu seorang menantu Prince Group?”

Serba salah! Semua ide-ide yang melesat di kepala Hania ditolak mentah-mentah oleh Kenan. Semua alasan yang laki-laki itu utarakan begitu masuk akal sampai Hania tak bisa membantah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIPAKSA JADI JODOH (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang