Erine meregangkan tubuhnya didalam mobil, setelah cuti selama 3 bulan dari pekerjaannya, hari ini Erine menjalani total 5 iklan dan 2 pemotretan majalah. Nabila sigap memijat bahu dan kepala Erine.
" Apa ada jadwal lain yang harus aku jalani, Nabila? " Tanya Erine dengan mata tertutup.
" Untuk hari ini tidak ada lagi, Miss. Tapi, kak Erine harus membaca banyak tumpukan tawaran drama nanti karena besok Sutradara Ten dan Produser Yuta pasti akan menanyakan keputusan Kak Erine apalagi masing-masing sutradara menawarkan tiga sampai empat daftar drama untuk, Miss. " Jelas Nabila masih terus memijat kepala Erine. "
" Baiklah, lalu Nabila. Biasakan jangan panggil aku, Miss. Panggil Kak seperti biasa saja. " Nabila mengangguk paham sambil tersenyum kecil.
" Apa kita jadi mampir ke toko buku Qwerty dulu, Erine? " Tanya Kris tetap fokus mengemudi.
" Ah benar, aku baru ingat punya janji dengan Hugo disana hari ini. " Erine langsung bangun dari tidurnya dan merapikan tampilannya.
Nabila terkekeh, " Tidak perlu dirapikan lagi, Kak Erine. Bagi Kak Hugo pasti kak Erine cantik bagaimanapun tampilan kakak. " Kris mengangguk setuju dengan pendapat Nabila.
Erine menggoyangkan jari telunjuknya, " Daripada ingin terlihat cantik oleh Hugo, aku lebih senang melihat diriku cantik. Jadi, saranku padamu adikku, Nabila. Sebelum kamu mencintai seseorang, cintai dirimu terlebih dahulu. Love Yourself. "
Nabila mengedikkan bahunya, " Apapun itu aku tidak akan mengerti, sebaiknya kakak segera masuk, kak Hugo sepertinya sudah datang. " Kata Nabila sambil menyodorkan masker.
Erine mengerucutkan bibirnya kesal namun hanya sebentar lalu mengacak rambut Nabila, " Tumbuhlah dengan baik, Nabila. Kakak pergi dulu. " Erine melambaikan tangannya sebelum berlari masuk ke toko buku.
" Senang melihat akhirnya dia sembuh secara ajaib dari penyakitnya. " Kata Kris pada Nabila yang terus menatap Erine sambil tersenyum dari dalam mobil.
Nabila mengangguk, " Mereka berdua memang ditakdirkan bersama. Indah sekali. " Nabila menutup matanya sambil membayangkan akan bertemu dengan pangerannya juga.
" Jangan khawatir, kamu pasti akan menemukan cintamu juga nanti, Nabila. Aku pernah membaca sebuah buku dengan kata yang sangat indah, 'Meskipun kamu merasa seperti tokoh pendukung di dunia ini tapi tenang saja, kamu adalah tokoh protagonis utama didalam ceritamu sendiri. ' itu kata paling berkesan bagiku. " Kata Kris lalu menjalankan mobilnya sambil terkekeh karena Nabila ternyata sudah tertidur.
Erine mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Erine tidak bisa menghubungi Hugo karena baterai ponselnya yang low. Sambil mencari Hugo, Erine tertarik melihat sebuah buku. Entah kenapa, rasanya ada perasaan yang familiar begitu melihat sampul buku dengan latar negara salju itu.
" Full Love Duke Of the North? " Erine meraih buku itu dan membaca sinopsis di belakangnya, " Lilyana? Tidak sengaja tidur satu malam dengan Duke kejam dari Utara? Reynand Hugo Chavez?? Hugo?!! " Erine menutup mulutnya kaget, buku tadi terjatuh ke lantai.
" Jadi, mimpiku itu memang cerita sebuah novel? Hugo Chavez? Nama keluarga Thierry.. " Bathin Erine merunduk untuk mengambil buku yang tadi ia jatuhkan namun seseorang lebih dulu mengambilnya.
" Hugo? " Kata Erine pelan. " Aku daritadi mencarimu. Maaf ponselku low batt. "
Hugo mengangguk sambil tersenyum, " Aku ingin memperlihatkan buku ini padamu karena itu aku mengajakmu kesini. Aku sudah berjanji akan menceritakan alasanmu memimpikan dirimu sebagai putri kerajaan, bukan? "
Hugo menunjuk nama penulis di buku itu, " Buku ini ditulis oleh ibumu. Begitu juga dengan cerita Chindy dan Thierry, tapi bedanya cerita yang itu belum diterbitkan karena ibumu belum sempat menyelesaikannya. "
Alis Erine terangkat, " Ibuku yang menulis ini? "
Hugo mengangguk, " Aku menanyakannya pada Paman Carlos dan katanya ibumu memang seorang penulis dulu. Mungkin, dulu kamu pernah membaca cerita tentang Maneeka itu tapi melupakannya. "
" Aku ingat, didalam mimpi aku selalu membaca sebuah cerita yang ditulis oleh ibu. Dan itu cerita yang kubaca sebelum terbunuh dan akhirnya hidup sebagai Chindy seperti di cerita itu. Jadi, cerita itu bukan bagian dari mimpiku? " Lirih Erine, air matanya mengalir.
" Aku hanya memberikan pengobatan dengan membantumu menghadapi kenangan burukmu dan menyembuhkan mentalmu. " Jelas Hugo. " Mengenai mimpimu, itu sesuai dengan apa yang ada didalam pikiranmu. "
Hugo meraih tangan Erine lembut, " Sepertinya meskipun ibumu tidak ada lagi disini, dia juga berharap kamu bahagia. Berkat mimpi sebagai Chindy juga, kamu bisa melawan ketakutanmu. "
Erine menghapus air matanya sambil tersenyum, " Sepertinya memang begitu, Hugo. Dulu, aku selalu menyalahkan diriku tiap melihat ibu yang menangis setelah aku tidak sengaja membunuh ayah tapi sepertinya aku salah, ibu hanya tidak tahu apa yang harus dilakukannya apalagi ibu melahirkanku di usia masih 18 tahun. Ibu bahkan tidak bisa menikmati masa mudanya. "
Hugo menarik Erine ke pelukannya, " Kita memang tidak bisa memilih orangtua yang kita inginkan tapi kamu masih bisa menentukan akan menjadi orang tua yang seperti apa kita nanti. Aku tidak ingin kamu berlarut-larut dengan ini semua, Erine. Jikapun kamu masih merasa bersalah tanpa sengaja membunuh ayahmu, kita bisa menembusnya dengan menjadi orangtua yang baik nantinya. "
Erine tersenyum malu, " Iya, mari kita menjadi orangtua yang baik nantinya setelah menikah. "
Hugo melepas pelukannya dan menggenggam erat tangan Erine, " Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, Erine sampai ajal menjemputku. Aku mencintaimu. "
Erine tersenyum lagi, " Aku juga sangat mencintaimu, Hugo. Aku bersyukur kamu hadir di hidupku. "
Athisa tersenyum dibalik lemari-lemari buku yang tidak jauh dari Erine dan Hugo yang lagi-lagi menyatakan cinta mereka, " Melihat mereka bahagia setidaknya sedikit menghilangkan rasa bersalahku karena tidak menyampaikan pesan Hugo dulu pada Erine. " Bisik Athisa.
Alfaz mengusap rambut Athisa lembut, " Kamu juga tidak perlu merasa bersalah lagi, dulu aku yang salah atas semuanya karena Erine lebih terkenal, aku membohongi perasaan dan malah menjalin hubungan dengan Erine padahal aku sama sekali tidak menyukainya. Maafkan aku. "
Athisa membalikkan badannya menatap Alfaz, " Mungkin awal kita memang tidak baik tapi aku berharap dan berdoa semoga Tuhan mengampuni dosa kita dan memberikan akhir yang cukup baik untuk kita berdua. " Alfaz mengangguk pelan, meraih tangan Athisa dan menggenggamnya lembur, " Semoga terkabul. " Bathin Alfaz ikut berdoa dalam hati.
' Jangan sedih karena kamu tidak menonjol diantara banyak manusia didunia ini. Ingat, kamu pemeran utama didalam ceritamu sendiri '
Semangat, ditiap masa sulit pasti ada keindahan diujungnya, meskipun aku juga tidak bisa menjamin hal itu karena masa indah juga belum hadir dihidupku. Tapi, mari bersama-sama menanti masa indah di hidup kita.
![](https://img.wattpad.com/cover/363390050-288-k445960.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveling Devil's
RomanceEND •Sequel from Full Love Duke of The North• Erine Elvert seorang wanita sempurna begitulah yang selalu diberitakan dan ditulis di berita namun kenyataannya ia hanya seseorang yang merindukan bagaimana hangatnya rumah. Sampai akhirnya suatu malam...