Thierry mengedipkan matanya bingung, didepannya berdiri Alfrezt yang juga menatap Thierry bingung.
" Apa yang terjadi disini? Apa kalian berdua ingin memamerkan kedekatan saat ini? " Alfrezt menggeleng sambil menggerutu kesal karena iri.
Chindy melepas pelukannya dan menatap Alfrezt kesal, " Kenapa bahkan di mimpi ini pun aku harus melihat wajahmu. " Gerutu Chindy pelan. Ingatannya sudah kembali dan Chindy baru sadar Alfrezt disini adalah perumpamaan Alfaz, mantan tunangan Erine. Lalu, Sofia adalah perumpamaan Athisa, keinginan Erine yang menginginkan Athisa menyesal dan meminta maaf padanya terwujudkan disini meskipun di kenyataan Athisa tidak akan mungkin meminta maaf padanya namun setidaknya orang dengan wajah yang sama dan sifat yang hampir sama, meminta maaf padanya disini. Bahkan, Chindy juga mendapatkan banyak kasih sayang yang tidak bisa didapatkannya sebagai Erine.
Memikirkan bagaimana Hugo menciptakan dunia ini untuknya membuat Chindy ingin kembali lagi sebagai Erine. Meskipun tidak bisa menentukan awal hidup yang indah, setidaknya masih ada kesempatan untuk menciptakan akhir yang indah sebagai Erine.
Chindy menatap Thierry lalu tersenyum lebar, " Terimakasih sudah menerima dan mencintaiku sedalam ini, terimakasih. " Chindy memeluk Thierry lagi.
Thierry yang tidak tahu alasan Chindy memeluknya, membalas pelukan Chindy, " Kamu tidak perlu berterimakasih, sebaliknya aku yang harus berterimakasih karena dengan hadirnya dirimu di hidupku, kamu membangkitkan semangat diriku. Semuanya berkat dirimu. "
Alfrezt memutar matanya bosan, " Tiba-tiba aku merindukan Sofia jika melihat kalian begini. "
Chindy melepas pelukannya dan menatap tajam Alfrezt, " Jika saja, aku bisa membunuhmu. Tapi akan aku tahan, lebih baik aku menghabisimu di kenyataan nantinya. "
Kedua alis Alfrezt bertaut, " Dunia nyata? Apa kamu bermimpi lagi, Chindy? " Alfrezt menggeleng pelan, " Padahal kamu sudah lihat banyak hal nyata di dunia ini, tapi kamu masih bersikeras bahwa ini fiksi? "
Chindy menghela nafas gusar sambil bersidekap dada, " Tentu saja kamu ingin aku tinggal disini selamanya agar aku tidak sadar-sadar dari tidurku agar kamu bisa berduaan bebas dengan kakakku. " Chindy mengibaskan tangannya seperti mengusir Alfrezt, " Tapi, aku akan memaafkanmu disini, mungkin di alam bawah sadarku sendiri, aku merestuimu dengan kakakku. "
Alfrezt menatap Thierry bingung meminta penjelasan atas perkataan Chindy daritadi tapi Thierry hanya mengedikkan bahunya acuh pura-pura tidak paham dengan perkataan Chindy.
'AAAAAAAAAA'
Teriakan panjang menggelegar menyadarkan pikiran Chindy bahwa ini semua akan berakhir setelah ia membunuh raja terakhir.
" Itu pasti raja kegelapan yang terakhir. Dia pasti ingin membawa kegelapan penuh untuk dunia ini. " Kata Alfrezt mengeluarkan pedangnya. Thierry mengangguk ikut mengeluarkan pedangnya.
Seekor naga hitam melingkar memutari langit, " Naga? " Bathin Chindy. Seingatnya bukankah ia harus membunuh ayahnya?
" Itu bukan naga. " Kata Thierry masih menyipitkan matanya menatap naga yang masih terus berputar di langit.
Chindy ikut memperhatikan, mulutnya mengangga kaget, " Itu memang bukan naga. " Lirih Chindy pelan. Bentuk hewan itu sekilas memang seperti naga hanya saja berbeda jika dilihat lebih jelas, warna naga itu adalah hitam dengan sisik seperti sisik ular lalu juga memiliki dua kepala, satunya kepala naga dan satu lagi kepala manusia dengan wajah ayah kandung Erine. " Dia yang harus kubunuh. "
" Apa kamu mengenal wajah itu, Ndy? " Tanya Thierry. Chindy mengangguk dengan tangan mengepal kuat.
" Dia alasan hidupku berawal dari kehancuran. Aku harus membunuhnya agar bisa bertemu denganmu tapi aku bahkan tidak tahu cara membunuhnya. " Chindy berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveling Devil's
Romansa•Sequel from Full Love Duke of The North• Erine Elvert seorang wanita sempurna begitulah yang selalu diberitakan dan ditulis di berita namun kenyataannya ia hanya seseorang yang merindukan bagaimana hangatnya rumah. Sampai akhirnya suatu malam, ia t...