Hidup Untuk Bahagia

20 1 0
                                    

Chindy memeluk tubuh Thierry yang mulai menghilang bertaburan, " Tidak..tidak...jangan ambil Thierry.. hikss ..hikss.. " Isak Chindy yang sekarang ini hanya memeluk udara.

Chindy terus menangis sambil menatap sekitarnya menguap dan menghilang hanya menyisakan hamparan putih tak berujung. Jasad naga tadi pun juga ikut menghilang bersama dengan semua yang ada di dunia ini.

Chindy berusaha menenangkan dirinya yang masih terus menangis bahkan air matanya terus mengalir tanpa bisa ditahannya lagi. Akhirnya Chindy memilih menyerah dan menutup matanya sambil terbaring di hamparan ruangan serba putih. Sebuah suara terus menerus memanggilnya. Tidak lebih tepatnya memanggil Erine. " Kamu harus bangun sekarang. Sekarang juga!! Bangunlah, Erine. "

Chindy membuka matanya lagi dan mencari sumber suara, " Itu suara Hugo. " Bathin Chindy berjalan mencari asal suara hingga akhirnya Chindy menemukan sebuah cahaya, ujung dari ruangan ini. Meskipun silau, Chindy berjalan terus kearah cahaya itu.

" Kak Erine...kak Erine.. " Suara seseorang terus memanggilnya.

Chindy membuka matanya perlahan, cahaya yang menyilaukan membuat Chindy kesulitan membuka matanya.

Gadis yang berdiri disamping Chindy tadi berlari cepat keluar  sambil memanggil dokter. " Dokter? Apa mungkin aku di rumah sakit? " Lirih Chindy mencoba duduk namun tubuhnya terasa amat sakit karena kaku belum lagi kepalanya yang terasa pusing sekali.

Air mata Chindy mengalir begitu saja namun ia sendiri bahkan tidak tahu kenapa ia menangis, " Rasanya seperti aku bermimpi panjang dan itu terasa amat nyata. " Bathin Chindy menghapus air matanya.

Seorang dokter berlari kearah Chindy dengan tatapan khawatir langsung memeriksa Chindy, " Apa ada bagian tubuhmu yang terasa sangat sakit? " Tanya Dokter dengan nametag Hugo khawatir.

Chindy menatap dalam Hugo sambil menggigit bibir bawahnya, ia ingat semua mimpi yang dijalaninya adalah bagian pengobatan psikologisnya. Thierry yang dicintainya saat menjadi Chindy adalah Hugo, pria yang mencintai Erine secara tulus didunia ini.

Erine ingin memeluk Hugo namun tubuhnya sangat kaku sehingga sulit untuk digerakkan. Hanya air matanya yang mengalir lagi saat menatap Hugo. Saat melihat Erine yang menangis, Hugo langsung memeluk erat Erine yang tangisnya semakin terisak. Para perawat dan Nabila yang berada di ruangan tersebut berinisiatif untuk meninggalkan Erine dan Hugo berdua.

Hugo melepas pelukannya dan duduk di kursi sambil menggenggam tangan Erine. " Aku amat bersyukur, kamu akhirnya bangun, Erine. Kamu sudah tertidur selama dua bulan. Padahal prediksiku hanya satu bulan tapi kamu tertidur selama dua bulan. Aku mulai menyalahkan diriku ketika kamu tidak kunjung bangun. Terimakasih sudah kembali, Erine. " Hugo mencium punggung tangan Erine lama.

Erine mengeratkan genggamannya, " Justru, akulah yang berterima kasih padamu, Hugo. Berkat pengobatanmu ini, aku bisa melawan rasa takutku dan bisa merasakan hidup dengan versi yang lain. " Erine tersenyum kecil. " Terimakasih. "

Hugo menggeleng, " Aku tidak akan menciptakan pengobatan ini jika tidak bertemu denganmu. Justru dirimu yang memberi semangat dalam hidupku. "

Erine terkekeh, " Jadi, sampai kapan kita akan saling berterimakasih? "

Hugo tertawa, " Benar,  tapi hanya ini yang bisa ku ucapkan karena terlalu senang bisa bertemu dengan lagi. "

" Dirimu sebagai Duke Utara memang keren tapi sepertinya aku lebih menyukai Dokter Hugo. " Kata Erine sambil tersenyum manis. " Ah, aku baru ingat. Apa mungkin semua yang terjadi di mimpiku hanya khayalan atau memang ada bagian yang nyata? "

Hugo menjentikkan jarinya, " Itu semua akan kamu ketahui nanti, akan kuceritakan semuanya ketika pengobatan sempurna. "

Alis Erine terangkat, " Pengobatan sempurna? Bukankah aku sudah bangun, itu artinya semuanya sudah selesai, bukan? "

My Loveling Devil'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang