Mata Erine masih sulit untuk dibuka karena masih sangat mengantuk. " Kenapa bangun pagi banget, sih, kak!! " Gerutu Erine melirik jam dinding masih menunjukan pukul 4 subuh.
" Kamu harus bersiap untuk The Days. " Kata Athisa antusias.
Kening Erine berkerut, " The Days? " Tanpa menjawab pertanyaan Erine, Athisa menarik tangan Erine agar adiknya itu beranjak dari tempat tidur. Athisa mendorong pelan tubuh Erine masuk ke kamar mandi. " Ayo mandi cepat!!! " Kata Athisa sebelum menutup pintu kamar mandi tanpa mendengar jawaban Erine yang sudah pasti sangat kesal sekarang. Sejak bangun dari tidur panjangnya, adiknya itu semakin sangar.
Erine keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk karena kakaknya itu bahkan tidak memberikan waktu bagi Erine untuk membawa baju ganti.
Athisa berdiri didepan lemari Erine sambil tersenyum lebar, " Kenapa kakak berdiri disini? " Tanya Erine bingung berjalan mendekat kearah Athisa. " Minggir kak, aku mau mengambil baju ganti, dingin tahu, mandi subuh-subuh begini. " Gerutu Erine membuka pelan lemari pakaiannya.
Erine terpaku menatap sebuah gaun yang sangat indah terpajang di lemarinya, Erine menatap Athisa dengan mata yang berkedip berkali-kali, " Iiinn..nii ap..ppaa kaa..kk? " Tanya Erine gugup menunjuk gaun indah dengan banyak mutiara meskipun mutiara itu imitasi hanya saja gaun ini sangat mirip dengan gaun Chindy didalam mimpinya.
Athisa mengedikkan bahunya, " Hugo yang mengirimkannya kemarin. "
" Hugo? Kenapa dia bisa tahu..? " Mata Erine melebar begitu ingat perkataan Hugo sebelum pengobatannya dijalankan, Hugo mengatakan dia bisa melihat jalan mimpi yang dipikirkan oleh pasien.
Erine tersenyum sambil mengusap gaunnya lembut, " Tidak kusangka bisa memakai ini lagi. " Kekeh Erine.
" Kamu suka pakaian bangsawan seperti ini? " Tanya Athisa menahan senyumnya melihat Erine yang sangat bahagia.
Erine mengangguk, " Ini seperti di mimpiku. "
" Sekarang pakailah. Satu jam lagi, Hugo akan menjemputmu. "
" Hugo menjemputku? " Tanya Erine kaget.
Athisa mengangguk, " Sepertinya selama seminggu ini, dia sengaja menghilang untuk memberikan sebuah kejutan. " Erine tersenyum kecil, " Gantilah pakaianmu dan di meja rias sudah kakak siapkan berbagai aksesoris yang akan terlihat cocok dengan gaunmu. Pilih saja yang mana kamu suka. " Kata Athisa sebelum keluar dari kamar Erine.
Erine masih tersenyum menatap gaunnya, " Meskipun aku masih menyukai dia sebagai Thierry tapi sepertinya Hugo juga memiliki banyak sisi yang lebih baik. " Kekeh Erine lalu segera bersiap. Lagipula Erine akan segera bertemu dengan Hugo setelah satu Minggu tentu ia harus tampil secantik mungkin.
Athisa membuka pintu kamar sedikit, " Erine, apa kamu sudah selesai? "
Erine membalikkan tubuhnya menatap Athisa, " Aku sudah selesai, kak. "
Athisa terpana menatap adiknya yang tampak lebih cantik mengenakan pakaian itu. Entah kenapa rasanya seakan gaun itu dibuat khusus untuk Erine. " Kamu cantik sekali, Erine. Ayo, kita turun kebawah. Hugo sudah datang. "
Erine mengangguk pelan dan mengikuti langkah Athisa dari belakang. Semakin mendekati ruang tamu, Erine semakin mendengar jelas suara Hugo yang tertawa bersama dengan ayah dan ibunya.
Erine menautkan kedua tangannya erat, ia gugup dengan reaksi Hugo nanti ketika melihat dirinya jadi Erine lebih memilih terus menatap lantai. Hingga akhirnya, sebuah tangan terulur didepannya. Erine perlahan menatap Hugo yang tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Erine.
Erine menutup mulutnya tidak percaya, Hugo juga berpakaian layaknya Thierry. " Senang bertemu denganmu lagi, Yang Mulia. " Ujar Hugo meraih tangan Erine dan mencium punggung tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveling Devil's
Romance•Sequel from Full Love Duke of The North• Erine Elvert seorang wanita sempurna begitulah yang selalu diberitakan dan ditulis di berita namun kenyataannya ia hanya seseorang yang merindukan bagaimana hangatnya rumah. Sampai akhirnya suatu malam, ia t...