Seokjin dan Sojung saling bertukar kontak setelah pertemuan mereka malam itu. Dua hari setelah malam itu, mereka mengatur janji. Seokjin bilang, dia akan mengajak gadis itu pergi berkunjung ke rumah abu Go Seokjin; orang yang dikira Sojung adalah pelukis yang ia kagumi.
"Kami sudah bersahabat sejak lama. Dia sahabatku satu-satunya. Sejak dulu, memang banyak yang salah paham karena nama kami sama." Seokjin berbicara pada Sojung di sebelahnya, sambil menatap foto Go Seokjin di rumah abunya.
"Nama sama itu memang mungkin. Tapi bersahabat dengan orang yang memiliki nama sama, aku hampir tidak pernah menemui hubungan seperti itu." Sojung menoleh sebentar ke arah Seokjin. "Apa kehilangan Go Seokjin, terasa seperti kau kehilangan saudara terdekatmu?"
Seokjin mengulas senyum kecil. "Tentu saja. Dia sangat berharga untukku. Dia sudah menjadi bagian dari keluargaku."
Sojung mengangkat tangannya, menepuk-nepuk punggung Seokjin. "Pasti itu masa yang sangat berat bagimu."
Seokjin tidak tahu bahwa dia akan dapat ketenangan dari gadis itu. Senyumnya lantas terukir, disambut baik dengan senyuman yang terukir di wajah Sojung juga. Rasanya begitu nyaman sekaligus hangat bisa berbagi senyuman seperti ini.
Keduanya memutuskan untuk pamit pada Go Seokjin, tak lama setelah itu. Agenda selanjutnya, Seokjin dan gadis pujaan hatinya itu, berjalan menelusuri berbagai tempat kunjungan yang menarik.
Mereka sempat mengunjungi toko buku. Mereka juga mampir ke toko musik yang sudah tua, mendengarkan lagu-lagu lawas yang menyenangkan di telinga mereka. Selain mereka hidup di bidang yang sama, selera musik mereka juga cukup mirip. Sojung selalu memberikan reaksi antusias saat Seokjin memutar musik-musik kesukaannya, begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya, karena sudah menghabiskan banyak energi untuk bersenang-senang, keduanya pergi ke tempat makan untuk mengisi-ulang energi mereka. Keduanya pesan sup ayam dan teh hijau dingin.
Dengan inisiatifnya, Seokjin memisahkan daging-daging ayam dengan tulang yang ada di mangkuk miliknya. Namun, mangkuk itu segera ditukar dengan milik Sojung. Dia sedang berusaha untuk memperlakukan Sojung dengan baik.
"Terima kasih sudah melakukannya untukku." Walau awalnya perempuan itu sempat terkejut, tapi dia menerimanya dengan senang hati. Senyuman yang dilihat Seokjin kali ini, bahkan terasa lebih manis dari biasanya.
Wah ... kalau begini, Seokjin bisa jadi akan semakin jatuh cinta, 'kan?
--- A Walk ---
Komunikasi mereka setelah agenda jalan-jalan hari itu, berlangsung dengan lancar selama beberapa hari. Sebelum Seokjin mengabaikan pesan terakhir yang Sojung kirim lima hari lalu.
Laki-laki itu bukan sengaja mengabaikan pesan pujaan hatinya, dia hanya harus sedikit lebih fokus pada karya yang hampir ia selesaikan ini. Karya ini berisi harapan-harapannya untuk bisa mengepakkan sayap karir di dunia internasional. Ini karya yang akan menjadi daya tarik utama pada portofolionya.
Hari ini, karena Seokjin sudah menyelesaikan karyanya. Dia berniat untuk menghubungi Sojung lagi.
Celakanya bagi Seokjin, Sojung terus mengirimkan pesan padanya selama beberapa hari, meski Seokjin tidak membalas pesan. Dia pasti meninggalkan kesan buruk bagi perempuan itu.
You
Halo, Sojung. Bagaimana kabarmu?
Maafkan aku yang tidak membalas
pesanmu sama sekali. Aku terlalu sibuk belakangan ini.Apa hari minggu nanti kau punya waktu
senggang? Aku berniat mentraktirmu makanan enak untuk menebus kesalahanku 😓
KAMU SEDANG MEMBACA
Sowjin's Playlist
FanfictionKumpulan Short Story-nya Ayah dan Ibu dengan berbagai genre dan latar belakang. Anak Ayah Seokjin dan Ibu Sojung, disambut baik di sini. Welcome!