°˖✧ --- I Do: 0.2

49 8 6
                                    

Seokjin menarik napasnya, bersiap untuk meluapkan emosinya. "*Yak, neo mwoya?!" Seokjin membentak. "*Malhaebwa, i saekkiya. Ttorai? Saekki? Naya?"

"EO! NEO! WAE?" Sojung membalas dengan suara tak kalah nyaring. Dia bahkan justru berjalan ke depan menghampiri sutradara, sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

"Neo mwoya? Aish." Seokjin mengubah arah suara selanjutnya untuk semua staf yang mendengarkan. "Yak! Kenapa diam saja? Tarik gadis gila ini keluar! Siapa yang mengizinkan orang lain datang dan membuat keributan begini?"

"Kamdongnim." Salah satu staf menghampiri Seokjin dengan tertatih dan napas yang tersenggal-senggal. "Maafkan aku karena datang terlambat, tapi gadis ini adalah Han Sojung. Asistenmu yang baru."

Staf Sutradara Lee beralih, menatap Han Sojung. Dia meraih tangan gadis itu dan menepuknya beberapa kali, sambil menunjukkan raut wajah menyesal dan menyuruh Sojung untuk segera minta maaf.

"Ah. Han Sojung? Asisten Produser yang satu bulan lalu dipecat karena berbicara kasar pada produsernya?" Seokjin menyunggingkan senyumnya lagi-lagi, sambil terkekeh, meremehkan Sojung. "Melihat apa yang sudah kau lakukan padaku ... sepertinya benar. Kau tipe manusia yang tidak tahu sopan santun, ya?"

Sojung menarik tangannya yang sebelumnya diraih oleh kenalannya. Dia mengepalkan tangannya erat-erat, menahan emosinya. Matanya bahkan sudah berair. Apa yang Seokjin katakan itu ada benarnya, tapi kalimat terakhir laki-laki itu tidak benar sama sekali. Dua tahun Sojung menemani produsernya, dengan tabah melakukan apapun yang produsernya inginkan. Namun, karena kesalahannya terakhir kali ... orang-orang melupakan apa yang selama ini telah dia lakukan. Rasanya seperti tidak adil, semua usaha kerja kerasnya, dilupakan begitu saja.

"YAAAA!!!!" Sojung meledak tiba-tiba. Dia langsung menangis dan menekuk kedua lututnya, bersimpuh di tanah. "Aku tidak seperti itu. Kenapa kau bilang aku begitu? Kau mengenalku sejauh apa? Kau tahu apa yang sebenarnya kulalui selama ini? ... jahat sekali ucapanmu."

"Kamdongnim ..." Staf Seokjin yang berada di dekat mereka kebingungan. Namun, dia tetap pergi pada Sojung, menenangkannya yang sedang menangis. "Sojung-a ... uljima."

Seokjin meraup wajahnya, dia juga merasa kebingungan. Kenapa gadis ini tiba-tiba menangis? Padahal sebelumnya dia tampak berani. Apa ucapannya benar-benar menyakiti hati gadis itu?

"*Chogiyo ... wae uro?" Seokjin melepas satu tawanya, entah menertawakan dirinya yang kebingungan atau perubahan suasana hati Sojung yang mendadak.

Sementara itu, alih-alih mereda, suara tangisan Sojung makin nyaring. Itu tentu saja membuat Seokjin semakin kebingungan. Hingga akhirnya dia bersuara di depan pengeras suara, memutuskan untuk menjeda syuting dan akan dilakukan lagi saat suasana kembali kondusif.

--- I Do ---

Sunyi. Hanya ada suara serangga juga desiran ombak yang menyapa tepi pantai di malam hari. Sojung menenggak gelas kelimanya untuk satu botol soju yang dia beli di toko tempat dia berada sekarang.

Seseorang tiba-tiba duduk di sebrang kursinya. Dia membawa mie gelas, juga dua kaleng bir yang dia beli dari dalam toko. Sojung melihat orang itu, dia bahkan terkekeh sinis saat orang itu duduk tanpa permisi. Walaupun begitu, Sojung membiarkannya begitu saja. Dirinya hampir menyentuh batas toleransi alkohol, jado dia tidak punya tenaga yang cukup untuk mengusir orang itu.

"Kau sudah merasa lebih baik?"

Sojung tiba-tiba mendapat pertanyaan dari orang yang sepertinya sibuk menyantap mie gelasnya. Dia bertanya tanpa menatap ke arah Sojung, dia hanya fokus pada makanannya.

Sowjin's PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang