Sojung tertidur sampai satu jam tersisa sebelum waktu kerjanya tiba. Dia jelas tidur dengan nyenyak, jadi dia bangun dengan perasaan bahagia walaupun harus bergerak lebih cepat agar tidak terlambat pergi kerja.
Dengan usahanya, Sojung berhasil tiba sepuluh menit sebelum waktu yang diminta sutradaranya untuk berada di tempat. Namun, Sojung dibuat memiringkan kepala lantaran bingung. Saat dia datang, Seokjin--sutradaranya--melihatnya dengan tatapan tajam. Bukankah dia datang tepat waktu?
Selisih dua detik kemudian, Sojung segera menutup mulutnya karena hampir teriak lantaran mendadak ingat apa yang terjadi tadi malam, dia bahkan sampai jatuh karena benar-benar terkejut.
Sementara Seokjin, dia mendecih dan tersenyum miring di sebrang sana melihat Sojung yang terkejut.
Sojung tentu saja melihat Seokjin yang demikian dan itu membuat dia semakin merasa malu, juga sedikit ... merasa bersalah. Bagaimanapun, Seokjin adalah sutradaranya, sementara dia adalah asisten Seokjin.
Sojung perlahan berdiri, dia juga berusaha menyadarkan dirinya, berdehem beberapa kali. Tidak memedulikan beberapa staf yang berlalu-lalang, Sojung tetap berjalan mendekati Seokjin dan membungkuk sembilan puluh derajat. "Joesonghamnida, Kamdongnim!"
"Dwaesseo, saekkiya." Seokjin membalasnya dengan tidak sopan. Apakah kini mereka impas? Mata dibalas mata, mulut dibalas mulut. Seokjin sudah membalas perbuatan tidak sopan Sojung dengan hal serupa 'kan?
"Sebagai gantinya, tunjukan kemampuanmu sebagai sutradara hari ini. Kudengar dari Taera, kau pernah menjadi sutradara. Tunjukkan kemampuanmu padaku hari ini," titah Seokjin.
"Y-ye ...?" Wah ... Sojung kembali terkejut. Dia tersenyum, tapi dirinya merasa tertekan. Hanya karena kesalahannya tadi malam ... haruskah dia melakukan ini? Apakah ini hukuman yang adil untuknya?
"Kenapa? Kau tidak mampu? ... atau tidak mau melakukannya?" tanya Seokjin. "Kalau begitu jangan lakukan. Tidak perlu kerjakan kalau ragu. Jangan khawatir, aku akan mencari asisten baru. Terima kasih sudah datang ke sini dengan segala usahamu-"
"Ani, kamdong-nim ...," potong Sojung. Dia memejamkan mata sejenak, meyakinkan dirinya, lalu lanjut berkata, "... *halkkaeyo!"
"*Halkkae, geureom." Seokjin tersenyum puas. Dia tentu senang karena dia berhasil dengan hukumannya. Dia menang.
"Baik ... semuanya, dengarkan aku. Untuk hari ini dan besok, sutradara kalian adalah Han Sojung. Ikuti segala arahannya ... dan perhatikan sejauh mana kompetensinya." Pada kalimat akhirnya, Seokjin tersenyum miring dan bertingkah agak sombong khusus untuk Sojung.
Sementara semuanya bertepuk tangan, Sojung malah dilanda kekhawatiran. Atasan barunya benar-benar di luar dugaannya. Jauh lebih menyebalkan dan menyulitkanya dibanding dengan produser seniornya, Kang Yeongsil.
--- I Do ---
Dengan tampilan rambutnya yang digulung ke atas, headphone di telinganya, serta kaca mata yang digunakannya, Sojung tampak menarik. Bahkan cara dia begitu fokus menatap layar dan memperhatikan baik-baik akting aktrisnya, juga memperhatikan tiap potong momentum adegan, larut dalam peran sutradaranya, membuat wanita itu semakin mempesona.
"Cut!" Sojung melepaskan headphonenya, dan berdiri, serta memberikan tepuk tangan untuk apresiasi kepada aktrisnya. "Wah, Yera-ssi, kau mengikuti arahan dengan baik. Terima kasih sudah bekerjasama."
"Terima kasih kembali, Sutradara Han!" Sang aktris tersenyum bahagia, sambil bergerak-gerak kecil salah tingkah.
Seokjin diam-diam melepas tawanya, lalu berbicara dengan salah satu staf di sampingnya. "Kemampuannya lumayan, tapi ini terlalu dini untuk memuji kerja aktris. Masih ada beberapa adegan yang aktris itu perlu lakukan dengan baik. Bukan begitu?"
Staf di samping Seokjin terlihat kikuk, tapi pada akhirnya dia tertawa, menyetujui apa yang dikatakan Seokjin barusan.
Satu adegan selesai dengan baik, sekarang adalah waktu untuk berganti ke adegan selanjutnya. Para staf kembali sibuk dengan tugasnya, membantu kerja sutradara dalam mengatur setting.
Seokjin masih belum berbicara dengan Sojung. Dia sengaja, ingin melihat Sojung menunjukkan kemampuannya. Dia mau tahu sejauh mana kemampuan gadis itu. Seokjin merasa penasaran dan berharap pada kemampuan Sojung.
"Mari kita lihat ...," gumam Seokjin saat berjalan menuju tempat set berikutnya. "... tunjukkan semua kemampuanmu, Sojung. Arahan dalam adegan pertamamu cukup menjanjikan untukku."
Seokjin berjalan lebih cepat saat Sojung memanggilnya. Gadis itu membawa kertas adegan dan bertanya sesuatu pada Seokjin, meminta pendapatnya.
Namun, bukan tak mau menjawab, dia terlanjur mempercayakan semuanya pada Sojung, jadi dia hanya bilang, "terserahmu saja. Kau sutradaranya kali ini, kau yang mengeksekusi."
"Tidak bisakah kau memberitahuku pendapatmu? Ini kali pertamaku merasa kurang puas dengan adegan yang ada di skrip, aku belum pernah meminta aktris untuk mengubah adegan," kata Sojung.
"Kalau begitu lakukan sekarang, ini kesempatan untukmu melakukannya," jawab Seokjin.
"Baik, terima kasih, Sutradara Lee!" Sojung kembali ke tempatnya segera, berbicara baik-baik dengan sang aktris mengenai perubahan adegan. Dia memberikan arahan sekaligus contoh untuk adegan baru, yang menurutnya lebih baik.
Setelahnya, Sojung menyuruh semua orang untuk bersiap pada posisinya. Gadis itu juga kembali ke belakang layar, duduk di bangkunya, kembali melihat layar dengan fokus, lalu berucap, "Adegan dua puluh, ready ... action!"
--- I Do ---
Notes:
*Halkkaeyo = Aku akan melakukannya.
*Halkkae, geureom = Kalau begitu, lakukan.A/N:
Sojung dikasih kerjaan sama Seokjin, malah dikerjain (beneran). Oke lagi komandonya, Seokjin kan jadi enak 🤭Sutradara Lee bilek: mantap, asistenku 👍🏻🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Sowjin's Playlist
ФанфикKumpulan Short Story-nya Ayah dan Ibu dengan berbagai genre dan latar belakang. Anak Ayah Seokjin dan Ibu Sojung, disambut baik di sini. Welcome!