Part 21

103 6 1
                                    

Berjalan-jalan di Tengah salju selama 1 jam mengebaskan hati dan benar Taehyung , begitu pula tubuhnya. Ia membutuhkan perasaan kebas itu karena percakapan dengan Kookie meninyingkapkan terlalu banyak perasaan, terlalu banyak penyesalan. Terlalu banyak kenangan.

Pernahkah kau mengatakan pada seseorang kau mencintainya?

Satu kali.

Sejenak dalam benaknya, Taehyung bisa melihat wajah pucat ibunya, air mata mengalir turun di pipi ibunya yang pucat pasi.
Taehyung mendengar ucapannya sendiri bahwa setidaknya ia mencintai ibunya, dan menyaksikan wanita itu memalingkan wajah ke dinding.

Itulah terakhir kalinya ia melihat ibunya dalam keadaan hidup.

Taehyung mengenyahkan pikiran itu, tak ingin berurusan dengan perasaan sedih dan sendiri yang ditimbulkannya. Ada alasan mengapa ia tak pernah memikirkan hal itu. Alasan Ia memutuskan untuk memiliki pernikahan praktis, pernikahan tanpa penderitaan dan kekecewaan cinta.

Cinta menyakitkan. Cara menyakitkan bagi orang yang dicintai Dan orang yang mencintai. Cinta itu memusingkan, mengecewakan, rumit, dan tak penting. Ia telah menyaksikan pernikahan orang tuanya hancur berkeping-keping, melihat ibunya menutup diri karena ayahnya tak pernah bisa memberikan apa yang diinginkan ibunya.

Ketika dewasa Taehyung menyadari ibunya kemungkinan menderita depresi, yang menjadi penyebab kesedihan dalam pernikahannya. Ia tahu banyak orang jatuh cinta, mempercayai kisah dongeng, menjalaninya. Namun ia tak bersedia mengambil resiko itu. Dirinya terlalu mirip ayahnya, praktis, pendiam, tak bersedia mengatakan tiga kata sederhana itu.

Pernahkah kau mengatakan pada seseorang yang kau mencintainya?

Satu kali.

Dan itulah alasan, setidaknya sebagian, ia tak pernah berencana mengatakan atau merasakan hal itu lagi.

***

Salju telah mencair saat Kookie kembali ke kantor setelah tahun baru. Suasana hatinya serupa dengan cuaca suram itu, yang ia rasakan sejak percakapan menyakitkan terakhir dengan Taehyung.

Dirinya belum bertemu Taehyung sejak hari Natal, Taehyung pergi meninggalkan Weldon sore itu untuk kembali dan bekerja.

Sekarang, saat menyeret dirinya kembali ke kantor, Kookie bertanya-tanya apakah ia akan bertemu Taehyung. Apa yang akan dikatakan pria itu. Apa yang akan dirinya sendiri katakan. Benaknya terasa hampa dari kata-kata, bahkan pikiran.

Ia merasa kebas, walau hal itu masih membiarkan dirinya menyadari kesedihan menganga yang mengabulkan sudut-sudut benaknya. Dirinya merasa seolah sedang berseluncur di atas es yang sangat tipis dan bisa jatuh serta tenggelam dalam pusaran emosi kapan saja.

Yoona menyambutnya di ruang tunggu, terlihat berseri-seri dan gembira. Sepertinya, pikir Kookie dengan lega sekaligus getir, Yoona telah pulih dari perlakuan buruk Ji Chang Wook.

“Selamat Natal, Kookie!’ seru Yoona
“atau seharusnya aku mengatakan selamat tahun baru ya? Bagaimanapun, cuaca di luar indah kan?”

Kookie melirik gerimis es dingin dari balik bahu dan menyeringai.

“aku tak yakin aku menyebutnya indah”

Yoona tersipu, membuatnya terlihat semakin cantik.

“Oh, bukan, kurasa..... hanya karena.... Aku sangat bahagia”

“senang mendengarnya”

kegembiraan Yoona yang terlihat jelas sedikit memulihkan perasaan Kookie yang lesu.

“Apa liburanmu menyenangkan?”

“ Oh, ya.” Yoona mencondongkan tubuh ke depan
“aku tahu kau akan menganggapku benar-benar konyol, tapi aku tidak lagi patah hati karena___” ia menggigit bibir bawahnya
“___Kau tahu siapa”

Jodoh Bagi Kookie  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang