Part 7

127 3 0
                                    

Sisa makan malam itu berjalan menyenangkan dan Kookie lega karena percakapan beralih pada hal-hal yang lebih ringan.
Ayamnya enak, meski tidak luar biasa, dan Kookie menyadari dirinya menikmati bercakap-cakap dengan Taehyung mengenai hal-hal yang tampaknya tak penting seperti cuaca atau film terbaru.
Ia lupa betapa sarkastisnya selera humor Taehyung, jadi terkadang butuh waktu beberapa detik untuk  menyadari pria itu bercanda.

“apa kau rindu bepergian?’ tanyanya ketika pelayan mengambil piring-piring mereka
“karena kau berencana tinggal di sini sebentar waktu”

“akan ada hal-hal lain yang membuatku sibuk,” sahut  Taehyung santai.

Kookie mengatupkan bibir. “urusan pribadi itu.”

“kau agak penasaran dengan hal itu”

“hanya karena aku tak bisa membayangkan apa itu. Kau selalu terbuka Taehyung, tak ada rahasia, tak ada kejutan.”

Taehyung mengetukkan jemari ke meja. Pria itu punya jemari yang cukup bagus, pikir Kookie sambil lalu. Panjang dan lancip, ia sudah memperhatikannya sepanjang malam.

“membosankan lagi”

“aku benar-benar menghinamu dengan kata itu ya?” Kookie tertawa saat Taehyung menyeringai.

“Aku tak pernah menyadari kau menganggapku sangat membosankan,”
Taehyung sembari kembali menuangkan anggur ke gelas Kookie

“Aku seharusnya tidak minum itu.” Protes Kookie
“aku sudah merasa sedikit mabuk,” juga cukup mabuk untuk mengakuinya.

Taehyung tersenyum penuh pengertian. “dan seingatku kau mengucapkan hal-hal yang cukup menarik ketika kau minum terlalu banyak.”

Kookie merasa dirinya tersipu, karena ia tahu persis apa yang dimaksud Taehyung.

Tahu tidak, kau cukup tampan, mungkin kau ingin menciumku.

Taehyung kembali menyinggung malam itu, satu dansa ketika ia menawarkan diri pada pria itu, dipengaruhi sampanye serta kenaifan masa remajanya sendiri.
Mengapa Taehyung terus-menerus menyinggung hal itu?
Apa menurutnya itu lelucon yang hebat?

“jangan,” kata Kookie berusaha tetap terdengar santai dan menggoda, namun tidak berhasil.
Ia menyadari dirinya tak bisa berpura-pura menganggap itu hanya kelakar, seperti yang ia lakukan tempo hari.
Entah bagaimana, dalam cahaya lilin temaram, dengan Taehyung menatapnya dari seberang meja, ia tak sanggup menampilkan sikap acuh tak acuh dan santai yang selalu menyelubungi dirinya hampir bagaikan perisai.

“aku agak sensitif tentang itu,” katanya ringan dan Taehyung bersandar, ekspresinya berubah penasaran.

“Kenapa?”

Kookie menahan tawa kaget. “ kenapa? Karena kau membuatku malu!”

Taehyung menatapnya, ekspresi pria itu benar-benar keheranan sehingga sekali lagi Kookie bingung antara ingin tertawa atau merasa terluka.

“Aku membuatmu malu?” Ulang Taehyung, suaranya sedikit terkejut.
“Maaf Kookie, aku kurang paham bagaimana bisa seperti itu”

Kookie menggeleng, tak bersedia membahas hal itu. Mereka telah membicarakannya satu kali dan sekarang sudah saatnya meninggalkan kejadian tersebut di masa lalu.

“sudahlah, itu bukan masalah Taehyung. Itu terjadi tujuh tahun lalu. Aku masih kecil”

“aku tahu,” jawab Taehyung, begitu pelan hingga Kookie hampir tak mendengarnya.
“Aku juga menyadarinya saat itu”

Kembali resah, Kookie berkata. ” Selain itu, kita sedang membicarakan Jong suk dan Yoona.”

“apa masih ada lagi yang perlu dibicarakan tentang hal itu?”

Jodoh Bagi Kookie  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang