Part 14

130 6 0
                                    

Beberapa hari kemudian Kookie lewati dengan bekerja dan menyesali diri. Kookie tak mampu menyingkirkan rasa bersalah yang menguasainya karena mendekatkan Yoona  pada Ji Chang Wook.

Ia takut bertemu Taehyung, tahu selama ini pria itu benar dan tak diragukan lagi akan memberitahu Kookie tentang hal itu, namun Taehyung sama sekali tidak muncul.

“dia harus terbang kembali ke Afrika selama beberapa hari,” Lisa memberitahunya ketika Kookie menyerah dan mencari informasi.

“Tapi dia akan kembali untuk acara pencarian dana”

Acara pencarian dana sosial, minggu depan di apartemen Taehyung. Kookie akan pergi lebih dulu untuk membantu mendekorasi, namun meski pikiran itu memenuhinya dengan harapan menegangkan hanya beberapa hari lalu, sekarang itu menimbulkan ketakutan yang berbeda. Kookie  tak berharap untuk mengakui bahwa Taehyung memang benar, dan ia jelas tidak mengharapkan reaksi Taehyung.

Apa kubilang, Kookie? Kepraktisan lah yang dibutuhkan wanita...
Tidak, bukan itu, pikir Kookie kesal. Bukan itu.

Namun rasa penasaran dan penantian membantu menahan rasa takut mendalam tersebut saat ia menuju apartemen Taehyung hari Jumat sore. Kookie mengajak Yoona sebagai tamunya, berharap bahwa menghadiri pesta tanpa kehadiran Ji Chang Wook akan membuat gadis itu lebih bersemangat.

Kookie berusaha tidak memikirkan apa yang akan dikatakan Taehyung mengenai hal itu, tak diragukan lagi pria itu akan menuduhnya kembali ikut campur.

Udara dingin menusuk saat ia dan Yoona memasuki taksi menuju kawasan eksklusif di sebelah utara.
Chen sojin telah memberikan daftar instruksi mendetail mengenai catering, decorator, dan pemain musik.
Satu-satunya yang harus Kookie lakukan hanyalah mengawasi. Dan mungkin sedikit mengintip .

Glenyer semangat merayap naik sepanjang tulang belakang Kookie saat ia dan Yoona keluar dari taksi menuju bangunan modern berkilau tempat penthouse Taehyung berada. Lift super cepat membawanya ke lantai atas, dan pintu terbuka tanpa suara langsung menuju apartemen Taehyung. Rumah pria itu.

Kookie melangkah hati-hati di lantai kayu eboni berkilau yang sepertinya membentang tanpa batas ke berbagai arah. Apartemen ini memang menakjubkan seperti yang dikatakan Seo jin, tapi juga hampa.
Bahkan tanpa ciri khas. Jika ia berharap akan memperoleh petunjuk mengenai cara berpikir Taehyung, atau bahkan perasaannya dari tempat pria itu tinggal, ia pasti kecewa.

Apartemen itu tidak menunjukkan apapun. Mungkin, pikir Kookie dengan ironis, itulah indikasi cara berpikir Taehyung. Taehyung bukan pria yang mudah menunjukkan emosi.

Kookie memasuki ruang depan yang luas dengan jendela-jendela besar menghadap sungai. Persis seperti yang dikatakan Seo jin, semuanya berwarna hitam atau putih. Atau hitam dan putih. Kookie mengamati beberapa sofa kulit hitam yang terlihat sangat mahal, meja kopi dari marmer putih yang terlihat bagaikan ukiran modern, lukisan tergantung di atas perapian marmer hitam, tak lebih dari bujur sangkar putih dengan bercak tinta hitam berantakan di sudut kanan bawah.

Lukisan itu mungkin dijual seharga ribuan pound, pikir Kookie ironis, dan terlihat bagaikan sesuatu yang sengaja dibuat keponakan perempuannya.
Ia melirik ruang makan dan mengamati meja kayu eboni serta kursi-kursi pasangannya, karpet tebal seputih salju dan beberapa lukisan modern lagi, satu lukisan garis-garis Hitam putih penjara, satu lagi seperti garis-garis zebra. Menakjubkan. Mengerikan.

Ruangan itu tidak mengungkapkan diri Taehyung, bukan Taehyung yang ia kenal, pria yang selalu ada untuk membebaskan dan setelah itu memarahinya, yang bisa tersenyum tak setuju sekaligus geli, yang matanya berubah menjadi sewarna madu__
Pria yang menciumnya. Dan yang ingin menciumnya, mungkin lebih dari sekali.

Bel berbunyi dan Kookie terlonjak kaget. Katering pasti sudah tiba. Ia dan Yoona  saling melempar tatapan bersalah, mereka berdua sedang mengintip, dan Kookie mempersilahkan petugas katering masuk.

1 jam berikutnya dihabiskan untuk mengatur seluruh staf, memeriksa ribuan detail, dan menjawab lusinan pesan singkat dari Seo Jin, yang jelas masih ingin campur tangan dalam persiapan.

“kupikir kau sedang menonton film,” kata Kookie ketika Seo Jin menelepon untuk ketiga kalinya.

“memang, film tentang boyband. Mengerikan. Apakah petugas cateringnya menemukan asparagus putih?”

“ ya, dan truffle hitam. Jangan khawatir, Seo jin. Nikmati saja waktumu dengan putrimu”

Seo Jin mendesah gemetar. “rasanya sangat aneh,” Ia mengakui dengan suara pelan.
“kami belum pernah menghabiskan banyak waktu bersama-sama"

Hati Kookie bersimpati daripada yang pernah ia rasakan terhadap Seo Jin sebelumnya.

“Kalau begitu kalian harus menghabiskan lebih banyak waktu lagi, meski dengan menonton film tentang boyband” katanya
.
Akhirnya, pukul 06.30, hampir semua telah siap. Kookie melirik bar temporer, kuartet alat musik petik, katering, lalu menghembuskan nafas lega. Ia tak menyadari betapa banyak persiapan yang dibutuhkan pesta semacam ini.

“semuanya terlihat luar biasa,” kata Yoona, dan Kookie menyunggingkan senyum penuh terima kasih.
“Seo Jin bilang kita bisa menggunakan kamar tamu untuk mandi dan berganti pakaian, bagaimana kalau kita bersiap-siap?”

Yoona mengangguk dan setelah mengambil tas masing-masing, mereka melintasi koridor yang panjang dengan dinding-dinding putih kosong serta lantai kayu eboni, menuju kamar tidur.

Jodoh Bagi Kookie  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang