Dunia Terbalik | Part 1 | Masa Indah

2.5K 25 0
                                    

Namaku Rian, dan aku bekerja sebagai seorang guru taman kanak-kanak. Setiap pagi, aku bangun dengan semangat untuk menyambut senyuman anak-anak yang ceria di sekolah. Mengajar mereka adalah panggilan hatiku. Di dalam kelas, aku menjadi sosok yang penuh kasih dan perhatian, menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi murid-muridku.

Taman kanak-kanak tempatku mengajar terletak di pinggiran kota, dengan taman bermain yang luas dan ruang kelas yang dipenuhi dengan warna-warni karya seni dari anak-anak. Di sana, aku merasa hidup dan berarti. Namun, di balik senyumanku, ada beban yang tak bisa kuhindari—pernikahanku dengan Santi yang semakin tegang.

Istriku, Santi, bekerja sebagai satpam di sebuah mall besar di pusat kota. Setiap hari, dia berdiri tegak dengan seragamnya, mengawasi dan memastikan keamanan. Santi adalah wanita yang tangguh dan mandiri. Dia selalu siap menghadapi situasi apapun dengan tenang dan tegas.

Mall tempat Santi bekerja selalu ramai, dipenuhi dengan hiruk-pikuk orang-orang yang berbelanja dan bersantai. Santi menjalani pekerjaannya dengan profesionalisme tinggi, tidak pernah membiarkan apapun mengganggu fokusnya. Namun, setelah jam kerja usai dan dia pulang ke rumah, ketegangan antara kami mulai terasa.

Ini semua bermula ketika kami masih di sekolah. Pertama kali aku bertemu Santi adalah ketika kami masih duduk di bangku SMA. Saat itu adalah hari pertama kami masuk sekolah, dan suasana begitu ramai dengan siswa-siswa baru yang bersemangat dan penuh antusiasme. Aku, yang cenderung pendiam dan lebih suka mengamati daripada terlibat, merasa sedikit gugup mencoba menavigasi lingkungan baru ini.

Di tengah keramaian itu, aku melihatnya. Santi berdiri di depan papan pengumuman, matanya fokus pada daftar kelas yang ditempel di sana. Dia mengenakan seragam putih abu-abu yang agak longgar, dengan rambut diikat kuncir kuda, tampak begitu percaya diri. Dari cara dia berdiri dan berinteraksi dengan teman-teman barunya, jelas terlihat bahwa dia adalah seorang cewek yang tomboy. Santi selalu terlihat nyaman dengan dirinya sendiri, tanpa peduli apa yang orang lain pikirkan.

Aku mengumpulkan keberanian untuk mendekatinya. "Hai, kamu juga lagi cari kelas?" tanyaku dengan suara yang sedikit bergetar.

Dia menoleh dan tersenyum lebar, senyumnya tulus dan hangat. "Iya, aku Santi," jawabnya sambil mengulurkan tangan. Aku menjabat tangannya, merasakan cengkraman yang kuat namun bersahabat.

"Rian," kataku memperkenalkan diri. Kami berdua melihat daftar kelas bersama, dan ternyata kami berada di kelas yang sama. Mulai saat itu, kami sering berbicara dan bertukar cerita. Di dalam kelas, Santi selalu menjadi pusat perhatian dengan sifatnya yang ceria dan energik. Aku, yang lebih pendiam, merasa nyaman berada di dekatnya.

Seiring berjalannya waktu, persahabatan kami semakin erat. Santi dengan sifat tomboy dan kepercayaan dirinya yang tinggi, sementara aku lebih tenang dan penurut. Kami sering menghabiskan waktu bersama, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Setiap hari, kami semakin mengenal satu sama lain, saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Santi selalu menjadi sosok yang kuat dan tegas, tidak pernah ragu untuk menyuarakan pendapatnya. Ketika ada diskusi di kelas atau kegiatan ekstrakurikuler, dia selalu berada di depan, memimpin dan mengarahkan teman-teman. Santi adalah tipe orang yang tidak takut mengambil risiko dan menghadapi tantangan. Dia juga sering mengorganisir acara olahraga dan menjadi kapten tim basket perempuan. Keberaniannya dan kepemimpinannya membuat banyak teman kami menghormatinya.

Sementara itu, aku lebih suka mengamati dan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum berbicara. Di kelas, aku lebih sering menjadi pendengar yang baik, memberikan pendapat hanya ketika aku merasa yakin itu penting dan relevan. Banyak teman-teman yang menghargai sikap tenang dan pendiamku, tetapi ada juga yang sering mengolok-olokku karena aku agak kemayu.

Dunia TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang