Dunia Terbalik | Part 15 | Kejadian di Angkot

894 7 0
                                    

Suasana rumah yang begitu tenang memberi kesempatan untuk merenung sejenak. Aku berjalan perlahan menuju kamar, hanya suara langkahku yang terdengar di lantai. Ketika sampai di depan cermin, aku berhenti dan menatap pantulan diriku sendiri. Wajahku tampak lebih segar, mataku terlihat lebih rileks, dan sebuah senyum kecil muncul di bibirku. Ada sesuatu yang berbeda—seperti ada perasaan damai yang mengalir setelah rutinitas seharian.

Aku mendekati cermin, menatap lebih dalam. Perlahan, aku membuka handuk yang melilit tubuhku, membiarkan kain itu jatuh ke lantai. Kini, aku bisa melihat tubuhku dengan jelas. Setiap lekukan, setiap perubahan kecil yang terjadi selama beberapa bulan terakhir terasa lebih nyata saat aku menatap pantulan diriku.

"Hmm... makin lama, aku jadi makin mirip perempuan," gumamku, suaraku hampir tidak terdengar di ruangan yang sepi. Aku menyentuh kulitku perlahan, merasakan perubahan itu sendiri. Hormon yang telah kukonsumsi membuat tubuhku semakin feminin—payudaraku mulai membulat, pinggangku lebih kecil, dan kulitku terasa lebih lembut.

"Aku benar-benar berubah," kataku lagi, kali ini dengan sedikit keheranan dalam suaraku. Ada kebanggaan di sana, tapi juga kekhawatiran yang samar. Aku tahu ini adalah bagian dari perjalanan yang kupilih, tapi melihat perubahan fisik ini secara nyata membuatku tersadar betapa jauh aku telah melangkah.

Aku menarik napas panjang, mengangkat kedua tanganku dan dengan lembut meraba payudara yang mulai tumbuh itu. Meski tidak terlalu besar, mereka nyata—lebih terasa, lebih ada daripada sebelumnya. Aku mengusapnya pelan, membiarkan jari-jariku merasakan setiap detailnya. Ada kehangatan yang aneh tapi menyenangkan menyebar dari sentuhan itu, semacam rasa bangga akan perubahan kecil yang kurasakan. "Mungkin sebentar lagi bakal jadi lebih besar," gumamku lagi, kali ini dengan senyum tulus yang muncul tanpa sadar. Rasanya aneh, seperti menemukan sesuatu yang lama hilang, begitu asing tapi juga... memuaskan.

Tapi kemudian, sebuah ide tiba-tiba melintas di kepalaku, tak terduga, namun tak bisa kutolak untuk dipikirkan. "Apa aku implan aja ya, supaya lebih besar?" bisikku pada diriku sendiri. Bayangan implan payudara muncul sekejap di pikiranku, dan aku tersenyum kecil. Pikiran itu begitu menggoda—membayangkan diriku memiliki tubuh yang lebih montok.

"Biar Mas Santo makin puas sama aku," gumamku sambil tertawa kecil, merasa tergelitik oleh ideku sendiri. Rasanya seperti sebuah candaan, sesuatu yang terlintas begitu saja dalam pikiranku. Namun, di balik tawa itu, ada percikan keinginan yang mungkin lebih serius dari yang ingin kuakui. Bayangan Santi tiba-tiba muncul di pikiranku, membayangkan bagaimana ekspresinya jika dia melihat tubuhku berubah lebih sempurna di matanya. Aku mencoba membayangkan sorot matanya, bibirnya yang mungkin akan tersenyum puas melihat setiap lekuk tubuhku yang baru.

Aku tertawa lagi, kali ini sedikit lebih keras, mencoba menepis rasa bergidik yang merambat di kulitku. Dengan cepat, aku berbalik dan melangkah menuju lemari.


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

Dunia TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang